Jayapura, Jubi – Setiap hari Kamis, setiap siswa dan guru di SD Inpres Abeale I di Sentani, Ibu Kota Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua, diwajibkan mengenakan atribut budaya khas Mamberamo Tami seperti noken dan mahkota berhias bulu kasuari. Atribut budaya itu dikenakan para siswa dan guru SD Abeale I selama kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Kepala Sekolah SD Inpres Abeale I, Yustina Rita Patandean SPd mengatakan pihaknya telah menerapkan kebijakan itu sejak setahunan yang lalu. “Kami di SD Abeale I sudah terapkan itu setiap hari Kamis, [para guru dan siswa akan] pakai atribut budaya,” kata Yustina pada Kamis (12/10/2023).
SD Abeale I dan SD Abeale II merupakan sekolah yang menjadi tempat peluncuran penggunaan atribut budaya di sekolah pada 5 Agustus 2022. Penggunaan atribut budaya itu diluncurkan oleh Bupati Jayapura kala itu, Mathius Awoitauw.
Menurutnya, penerapakan atribut budaya itu sesuai dengan kebijakan Bupati Jayapura untuk menerapkan pengajaran bahasa ibu dan pengenaan atribut budaya dalam kegiatan di sekolah. Menurutnya, kebijakan itu berlakudi seluruh sekolah yang ada di Kabupaten Jayapura.
Akan tetapi, Yustina membenarkan belum semua sekolah menerapkan pengajaran bahasa ibu dan pengenaan atribut budaya dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. SD Inpres Abeale I sendiri telah menerapkan pengenaan atribut budaya setiap hari Kamis, dan hal itu didukung oleh para orangtua/wali murid.
Setiap hari Kamis, setiap rombongan belajar di SD Inpres Abeale I secara bergantian akan bertugas menari yospan bersama para guru. “Kami bagi tugas dari [rombongan belajar] kelas 3 sampai kelas 6 untuk [bergantian menarikan] yospan [pada] hari Kamis. Hari ini kelas 5 yang bertugas [menari yospan],” katanya.
Pada Kamis itu, belum semua murid mengenakan atribut budaya yang ditentukan. Yustina yakin akhirnya semua siswa akan mengenakan atribut budaya yang ditentukan. Penyediaan atribut budaya bagi para siswa memang dilakukan secara mandiri oleh orangtua/wali murid.
“Saya dan teman-teman guru di SD Abeale I tidak tuntut semua murid pakai. Pelan-pelan pasti semua bisa gunakan atribut budaya,” katanya. (*)