Mulia, Jubi – Kota Mulia, yang berada di ketinggian 3500 di atas permukaan laut, di wilayah pegunungan tengah Papua ini menjadi pilihan para dokter untuk berbagi kepedulian melalui bantuan pelayanan operasi gratis mata katarak hingga berbagi bantuan sosial – bansos lainnya.
Ketua tim kesehatan, yang juga Ketua Umum Perkumpulan Sosial Himpunan Bersatu Teguh, Andreas Sofiandi mengatakan pelayanan kesehatan dan bansos yang diberikan sejak 12-17 Agustus 2022 itu dilakukan sebagai bentuk kepedulian terhadap sesama terutama di daerah-daerah terpencil, termasuk Kabupaten Puncak, Papua.
“Kita dengan tim kesehatan berada di Puncak Jaya dalam rangka pelayanan kesehata bagi masyarakat Puncak Jaya terutama dalam penanganan mata katarak,” kata Andreas kepada Jubi, Jumat (19/8/2022).
Pada hari pertama, setidaknya sudah terdaftar 65 pasien untuk operasi mata katarak. Dan, angka tersebut bertambah hingga hari terakhir pada 17 Agustus.
“Seperti kita lihat hari ini kita berada disini untuk operasi mata, kita masih menemukan banyak masyarakat yang problem permasalahan mata buta karena katarak masih cukup tinggi di sini. Kita coba menangani permasalahan katarak ini sampai tanggal 17 [Agustus]. Pada kesempatan lain saya pikir kita harus kembali untuk melakukan kunjungan bagaimana bisa membantu permasalahan kesehatan mata disini,” ujar Andreas.
Pada kunjungan pertama kalinya di Puncak Jaya ini, Andreas menilai daerah yang dapat mencapai suhu hingga 6 derajat celcius pada malam hari ini patut mendapat perhatian. Pasalnya, daerah yang berada di tengah-tengah pegunungan Papua ini hanya bisa dicapai dengan menggunakan pesawat kecil berkapasitas maksimal 9 orang.
“Kita ketahui bahwa Puncak Jaya ini adalah kabupaten yang berada di lembah, yang transportasi disini nggak mudah. Kita datang dari semua daerah untuk menuju kesini semua pakai pesawat terbang. Dan disini penduduk yang masih belum terlayani tentang kesehatan masih sangat rendah,” ujarnya.
Salah satu anggota tim kesehatan, dr. Efandi Lukman, mengatakan pihaknya dapat melakukan operasi mata katarak dengan jumlah puluhan pasien dalam sehari, dengan peralatan lengkap yang dibawa langsung dari Jakarta. Ia berharap kegiatan yang berlangsung kurang dari seminggu ini dapat memberikan manfaat besar bagi masyarakat Puncak Jaya.
“Kita membawa tim dokter dan tim perawat dan peralatannya dengan alat yang paling canggih. Muda-mudahan masyarakat disini bisa sadar bahwa mata yang buta karena gangguan katarak itu mudah sekali bisa diatasi. Tidak perlu lama, tidak perlu mahal dan bisa kembali normal seperti sedia kala,” kata dr Efandi.
Sementara itu, Ali Rahmad Saleh, dari Dirjen Pajak Kementerian Keuangan RI mengatakan ini merupakan bentuk kolaborasi kerja sama antara instansi pemerintah seperti Kementerian Sosial, Direktoral Pajak Kementerian Keuangan, Mahkamah Agung dan Pengadilan Tinggi Jayapura, yang bekerja sama dengan pemerintah daerah di Kabupaten Puncak Jaya.
“Ini menunjukkan kepedulian kita kepada sesama apalagi ini dalam rangka hari kemerdekaan republik Indonesia yang ke-77,” kata Ali.
Ia mengatakan, selain di Puncak Jaya, pihaknya juga melakukan kegiatan sosial serupa di daerah lain Indonesia.
“Harapannya bahwa, negara ini dibiayai dengan pajak, pajak semakin baik sehingga kita bisa lebih mandiri dan kita bisa memberikan subsidi yang lebih baik lagi kepada dunia kesehatan, pendidikan dan kita sudah saksikan bersama-sama tadi seperti Bapa Wakil Bupati sampaikan bahwa sekolah alkitab belum ada perhatian. Dan, untuk kedepan ini bisa lebih baik lagi perhatian kita kepada seluruh warga Indonesia khususnya di kabupaten Puncak Jaya,” harapnya.
Selain pelayanan kesehatan, tim yang tergabung dari beberapa instansi pemerintah dan swasta ini juga menyalurkan bantuan sosial. Di Mulia, penyaluran bantuan dilakukan di Sekolah Alkitab Mulia berupa jacek dan selimut, lampu solar cell, alkitab serta bahan makanan. Penyaluran bantuan sosial juga dilakukan di Distrik Ilu, Kabupaten Puncak Jaya.
Wakil Bupati Puncak Jaya, Deinas Geley yang mengundang sekaligus mendampingi langsung kegiatan sosial tersebut mengaku senang.
“Rasanya sedikit beban dipundak sudah lepas, setelah lihat orang-orang tua kami yang buta selama ini karena sakit katarak itu bisa lihat lagi. Mereka berdoa dengan cucuran air mata. Itu tanda mereka senang, air mata itu yang gambarkan perasaan mereka juga saya. Dan, kesempatan ini saya ingin berterima kasih dan berikan apresiasi tinggi buat Pak Andreas dan para dokter yang sudah datang. Semoga tim ini selalu diberkati untuk terus layani masyarakat kecil,” harap Deinas Geley. (*)