Jayapura, Jubi – Pembersihan permukiman liar di ibu kota Papua Nugini, Port Moresby, diperkirakan akan memakan waktu beberapa hari lagi. Lokasi di Bush Wara di Port Moresby sedang dibersihkan oleh pemiliknya, Nambawan Super Ltd—penyedia dana pensiun—yang ingin mengembangkan lokasi tersebut, demikian dikutip Jubi dari rnz.co.nz, pada Jumat (12/7/2024).
Bush Wara telah menjadi rumah bagi sekitar 5.000 orang yang telah membuat bangunan permanen di lokasi tersebut, dan memohon karena mereka tidak punya tempat lain untuk dituju.
Koresponden RNZ Pacific di Papua Nugini, Scott Waide, mengatakan peralatan berat untuk pembongkaran tiba di lokasi pada Kamis pagi, setelah Nambawan Super memberi waktu 120 hari kepada penduduk untuk pindah secara sukarela.
“Kemarin alat berat dikerahkan sekitar pukul 4 pagi dan pekerjaan dimulai sekitar pukul 6 pagi, pukul tujuh pagi rumah-rumah mulai dipindahkan,” katanya.
“Ada banyak polisi yang berjaga di area tersebut. Ada juga protes dari warga. Namun, secara umum, situasinya berjalan sesuai perkiraan,” katanya lagi.
Ia mengatakan protes ini sebagian besar berlangsung damai, meskipun ada bendera yang dibakar dan plakat dikibarkan, yang menyerukan bantuan pemerintah dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Waide mengatakan ada pula referensi media sosial terhadap kekerasan, tetapi hal itu belum menjadi kenyataan.
Ada beberapa pilihan bagi penduduk yang mengungsi, yang telah diperingatkan untuk menjauh dari Provinsi Tengah oleh gubernur provinsi tersebut, Rufina Peter, sementara Waide mengatakan permohonan kepada Komisi Distrik Ibu Kota Nasional Port Moresby diterima bahwa saat ini mereka tidak dapat membantu.
Dia mengatakan Nambawan Super memiliki kantor di sekitar permukiman Bush Wara “di mana itu hampir seperti kantor penghubung tempat mereka berkomunikasi dengan warga setiap minggu dan bulan”.
“Jadi, mereka sudah berusaha semaksimal mungkin untuk membuat orang sadar bahwa penggusuran mungkin akan terjadi,” ujarnya.
Waide mengatakan masalah tanah merupakan masalah yang kompleks dan sudah berlangsung lama di Papua Nugini, dan negara tersebut telah kekurangan kemauan politik selama puluhan tahun untuk menangani masalah permukiman, dan tentang perjuangan yang dihadapi orang-orang saat mereka bermigrasi ke kota untuk mencari tanah untuk ditinggali. (*)
Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!