Jayapura, Jubi – Amerika Serikat (AS) dan sekutunya menganggap serius ancaman dari Tiongkok dan Korea Utara di kawasan Asia-Pasifik dengan latihan militer multinasional terbesarnya hingga saat ini.
Latihan Cope North 2024 baru-baru ini dimulai di Persemakmuran Kepulauan Mariana Utara (CNMI) untuk mempersiapkan anggota militer multinasional menghadapi tantangan potensial yang mungkin mereka hadapi.
“Skenario pelatihan mencakup peristiwa yang menimbulkan korban massal, yang mengharuskan anggota militer untuk beroperasi pada saat krisis ekstrem dalam sebuah front yang kohesif dan terpadu,” demikian dikutip Jubi dari rnz.co.nz, Jumat (16/2/2024).
Aspek pelatihan lainnya termasuk F/A-18 Hornet Korps Marinir AS yang melakukan operasi Agile Combat Employment di Bandara Internasional Tinian dan angkatan udara tempur yang mempraktikkan aktivitas penyebaran dengan AS, Royal Australian Air Force, Japan Air Self-Defense Force, Royal Canadian Air Force, Angkatan Udara Republik Korea, Angkatan Udara Prancis, dan Angkatan Luar Angkasa.
“Kami berada di sini di Tinian karena tempat ini menyediakan lingkungan terpencil bagi kami untuk berlatih,” kata Komandan Kamp Skuadron Respon Kontinjensi ke-36, Kapten Bryan Griswold.
“Dengan datang ke sini, kami dapat mempraktikkan pekerjaan tempur yang tangkas, untuk mencakup semua yang kami perlukan untuk bertahan hidup, dan beroperasi secara geografis terpisah dari unit asal kami,” tambahnya.
“Salah satu cara agar kita mampu beroperasi secara penuh adalah dengan melatih skenario ekstrem seperti kecelakaan pesawat,” kata perwira Angkatan Udara Australia, David England.
“Kami tahu bahwa kita semua mempunyai terminologi dan prosedur yang berbeda terkait dengan skenario ini. Namun melalui pelatihan gabungan, kami berhasil mewujudkannya sehingga perbedaan-perbedaan tersebut dapat dihaluskan untuk skenario potensial di dunia nyata,” katanya.
Cope North adalah ajang pembuktian bagi mitra multinasional. Setiap iterasi berupaya untuk memperkuat aliansi dan kemitraan serta keunggulan perang antara enam negara.
“Kami benar-benar berupaya membangun tim dan memahami perbedaan budaya,” kata Griswold.
“Setiap kali kami melakukan hal ini, memberi kami wawasan tentang bagaimana kami dapat meningkatkan proses kami, menjadikan kami mitra yang efektif di masa depan,” tambahnya. (*)
Discussion about this post