Jayapura, Jubi – Terkadang penjajahan di muka bumi tidak sesuai dengan peri kemanusian dan keadilan. Berbeda dengan pemerintahan Belanda di Irian Barat yang kala itu masih bernama wilayah Nederlands Nieuw Guinea menjadi bagian dari delegasi dalam Konferensi Komisi Pasifik Selatan. Hampir sebagian besar hubungan wilayah Nederlands Nieuw Guinea berkaitan erat dengan wilayah Pasifik Selatan termasuk Papua New Guinea yang masih dijajah Australia kala itu.
Bahkan, penduduk pribumi dari Papua Barat diberi kesempatan ikut pula dalam konferensi SPC selama 15 tahun. Dosen dan peneliti dari FISIP Universitas Indonesia, jurusan Hubungan Internasional, H Zulkifli Hamid dalam bukunya berjudul “Politik di Melanesia” menyebutkan bahwa kontak-kontak bersifat budaya (Melanesia) juga terjalin terutama antara penduduk Irian Jaya dengan PNG.
“Sejak ratusan tahun, penduduk Irian Jaya dan PNG telah menjalin komunikasi di antara mereka, baik dalam hal berdagang, perkawinan maupun kegiatan upacara tradisional,” demikian dikutip dari Politik di Melanesia (hal-3).
Dikatakan, kontak antara warga di Irian Barat atau wilayah Nederlands Nieuw Guinea semakin meluas antara 1947 sampai dengan 1962. “Hal ini sehubungan dengan dibentuknya South Pacific Commision (SPC) 1947 oleh beberapa negara colonial di wilayah Pasifik antara lain Inggris, Belanda, Australia, Selandia Baru, dan Amerika Serikat,” kata Zulkifli Hamid.
Lebih lanjut dia menjelaskan wilayah jajahan Belanda waktu itu yang bernama Nederlands Nieuw Guinea dimasukkan pula sebagai yang mendapatkan bantuan teknik, ekonomi dari Komisi Pasifik Selatan itu.
Salah satu project Nimboran yang diusulkan dari South Pacific Commision yaitu perkebunan cokelat dengan peralatan traktor, yang terkenal dengan pembentukan Koperasi Java Datum oleh masyarakat Nimboran, Genyem kala itu (Penduduk Irian Barat, Prof Dr Koentaraningrat, Projeck Nimboran, hal 177).
Selanjutnya, dalam pertemuan tiga tahunan sejak pertama pada 1950 di Suva, Fiji, kedua 1953 di Noumea Kaledonia Baru, ketiga di Suva Fiji pada 1956, konferensi SPC keempat di Rabaul PNG 1959 dan pada 1962 pertemuan kelima di Pago Pago Samoa Timur.
“Dengan demikian selama konferensi SPC ini sudah 15 tahun penduduk Irian Jaya mempunyai hubungan yang intensif tidak hanya dengan Papua New Guinea tetapi dengan penduduk Melanesia. Bahkan di wilayah Pasifik Selatan secara keseluruhan,”kata Zulkifli Hamid dalam buku Politik di Melanesia.
Dalam pertemuan di SPC, terdapat berbagai kegiatan mulai dari tukar menukar informasi sampai presentase kebudayaan.
Pernyataan Zulkifli Hamid dalam buku Politik di Melanesia, ditegaskan pula dalam buku berjudul Belanda di Irian Jaya, tertulis bahwa delegasi Nederlands Nieuw Guinea ke pertemuan Komisi Pasifik Selatan pada 1959 antara lain Markus Kaisiepo, Th Meset, FKT Poana, Raja Rumbati, dan juru bahasa Cor Stefels.
Bahkan pimpinan delegasi Nederlands Niuew Guinea Markus Kaisiepo mengkritik pemerintah Australia yang melakukan diskriminasi terhadap warga Papua New Guinea kala itu. Kaisiepo menentang perlakuan pemisahan antara warga kulit hitam di PNG dengan kaum penjajah kala itu. Pasalnya bagi Kaisiepo selama di Nederlands Nieuw Guinea tidak ada diskriminasi dan ada persamaan hak tanpa membedakan warna kulit. (*)
Discussion about this post