Jayapura, Jubi – Menjual PNG ke Asia lewat Provinsi Sepik Barat di ibu kota Vanimo. Ini merupakan judul utama di media pertama Post Courier saat peresmian bandara Vanimo dua tahun lalu tepatnya Senin (8/6/2022). Awal Maret 2023 Jubi berkunjung ke Port Moresby melewati Bandara Vanimo yang sudah berubah.
Sangat kontras, berbeda dengan beberapa tahun lalu terutama pada April 2002 sejak pertama kali jurnalis Jubi berkunjung ke Lae, Wewak, Hopkins dan Madang serta Port Moresby dan tentunya bandara Vanimo ibu kota Provinsi Sepik Barat.
Berbeda dengan bandara Boram, Wewak di ibu kota Provinsi Sepik Timur belum ada pemugaran apalagi perbaikan sebagaimana bandara Vanimo. Jurnalis Jubi saat menyinggahi bandara Boram di Wewak pada Minggu (12/3/2023) lalu tampaknya belum ada perbaikan sama sekali.
Walau demikian Perdana Menteri kepada The National.com menyebutkan bahwa Bandara Boram EAST Sepik akan direnovasi dan landasan pacunya diperpanjang.
“National Airports Corporation (NAC) sudah memiliki rencana untuk memperpanjang landasan pacu di Wewak, Provinsi Sepik Timur,” kata Marape kala itu. Apalagi lanjut PM Papua Nugini itu kalau Boram adalah bandara penting karena merupakan pintu masuk ke salah satu pusat ekonomi negara Papua Nugini.
Oleh karena itu, karena Vanimo ibu kota Provinsi Sepik Barat berbatasan langsung dengan ibu kota Provinsi Papua Kota Jayapura, sehingga bandara Vanimo menjadi prioritas penting yang dibangun sejak 2018 dan diresmikan pada 8 Juni 2022 lalu.
Managing Director dan Chief Executive Officer, Rex Kiponge, mengatakan terminal tersebut dapat menampung hingga 100 orang.
Kiponge mengatakan terminal baru Bandara Vanimo adalah bagian dari seluruh proyek peningkatan bandara senilai K70,1 juta yang didanai oleh pemerintah nasional dengan dukungan dari Bank Pembangunan Asia.
“Dengan Sepik Barat sebagai pintu gerbang terdekat PNG ke Asia. Bandara Vanimo mengantisipasi untuk menjadi tuan rumah penerbangan internasional di masa depan,” katanya.
Proyek peningkatan bandara ini diberikan kepada China Railway Construction Engineering.
Investasi Malaysia dan Filipina
Salah satu perusahaan kayu dari Malaysia dari Grup Rimbunan Hijau telah lama berinvestasi di Papua Nugini khususnya di Provinsi Sepik Barat. Perusahaan kayu asal Malaysia ini telah membangun sebuah hotel berbintang lima di Port Moresby tepat di depan Kantor Perdana Menteri PNG. Hotel berbintang lima ini terkenal dengan nama Hotel Stanley dengan manejernya warga negara Australia.
Selain di Port Moresby, pengusaha asal Malaysia juga membangun hotel di Vanimo. Sebelumnya di Vanimo hanya terdapat dua hotel dan kini sudah memiliki tiga hotel. Sebenarnya ada juga pengusaha asal Indonesia yang dulu berbisnis mempunyai toko Sama-sama di Kota Jayapura, namun kemudian pindah ke PNG dan menjadi warga negara di sana.
Begitupula dengan pengusaha yang membangun Water Front City Super Market di Port Moresby juga bekas pengusaha yang tokonya terbakar di dekat Pasar Jaya sekarang sudah menjadi daerah hijau depan Kantor Pos Kota Jayapura.
Jubi sempat berdiskusi dengan salah satu manejemen Hotel Berbintang Lima di Port Moresby mengakui kalau pengusaha Filipina juga membangun pabrik pengalengan ikan di Madang, Provinsi Morobe.
Dia mengatakan beberapa tahun ke depan sebuah perusahaan minyak asal Perancis Total akan berinvestasi sehingga ini akan memacu bisnis perhotelan di Port Moresby. Karena menurut dia PNG termasuk salah satu penghasi Gas Alam dan Minyak sehingga perusahaan Tootal akan berinvestasi di PNG.
LNG Tootal dan Exxon Mobile
Mengutip totalenergies.com.pg menyebutkan perusahaan gas dan minyak asal Prancis ini mengoperasikan Blok PRL-15 di darar dan juga terletak di Teluk Papua New Guinea dengan potensi yang signifikan di formasi terdekat.
Selain itu pnglng.com menyebutkan bahwa Proyek LNG PNG telah membayar lebih dari PGK 14 miliar Kina kepada Negara sejak dimulainya produksi LNG. Pada tahun 2021 saja, Negara memperoleh rekor pendapatan dari Proyek tersebut, dengan lebih dari PGK 2,2 miliar diserahkan kepada pemerintah.
Pendapatan yang dihasilkan oleh Proyek LNG PNG termasuk PGK 7,1 miliar yang mengalir ke Kumul Petroleum Holdings Limited dan perkiraan PGK 4,5 miliar dalam berbagai pajak yang dibayarkan kepada Internal Revenue Commission.
ExxonMobil PNG Limited (33,2%), anak perusahaan Exxon Mobil Corporation, membangun dan mengoperasikan Proyek LNG PNG atas nama perusahaan patungan: Santos Limited (42,5%), Kumul Petroleum Holdings Limited (16,8%), JX Nippon Oil & Gas Exploration Korporasi (4,7%), Mineral Resources Development Company Limited (2,8%). Petromin 0,2% tergabung dalam Kumul Petroleum Holdings Limited (KPHL) pada 2016. (*)