Jayapura, Jubi- Penghargaan Cerita Pendek Persemakmuran diberikan setiap tahun untuk karya fiksi pendek terbaik yang belum diterbitkan. Lembaga yang menaungi bekas negara-negara jajahan Inggris ini sebanyak 56 negara selalu ikut dalam ajang bergengsi ini.
Pemenang regional memperoleh hadiah masing masing £2.500 dan pemenang keseluruhan menerima sebanyak £5.000.(poundsterling mata uang Inggris).
“Penulis dan peneliti orang Papua Nugini dari Provinsi Otonomi Bougainville Dennis Kikira telah terpilih sebagai pemenang untuk sastra paling bergengsi di dunia Cerita Pendek (Cerpen) Persemakmuran 2023,”demikian tulis postcourier.com.pg edisi Jumat (14/4/2023).
Post Courier menyebutkan, untuk menempatkan pencapaian monumental ini dalam perspektif, Kikira masuk bersama 6.402 orang lainnya dari 56 negara Persemakmuran di seluruh dunia dan masuk dalam daftar cerita pendek Persemakmuran 2023.
Selanjunya dia masuk dalam 28 daftar cerpen pendek bersama orang lainnya. Dennis Kikira bersama tiga peraih dari Australia dan satu orang dari Selandia Baru lolos dari wilayah Pasifik sebagai bekas jajahan Inggris di sana.
Cerita Pendek karya Dennis Kikira berjudul,”Ketika Pulau ini menghilang” (When this island disappear’s). Sedangkan dari Australia dan Selandia Baru, berjudul Sauce karya Jean Flynn, Catching karya Janeen Samuel dan Sugartown karya Emma Sloley sedangkan dari Selandia Baru, Kilinochi karya Himali Mcinnes.
Dalam laman resmi commonwealthfoundation.com, Dennis Kikira menuturkan cerpennya itu bercerita tentang seorang nelayan pulau sederhana yang dikirim dalam perjalanan yang tidak diketahui oleh kepala otoriternya. Ia berlayar untuk membawa harapan guna menyelamatkan penduduk pulau dari dampak brutal pemanasan global dan kenaikan permukaan laut.
‘Gelombang – kesedihan para dewa laut dalam kegelapan pekat di tengah malam dan semburan air asin di laut, kepahitannya menggigit mata, bibir, dan pernapasan. “Siapa yang bisa melihat sepanjang malam saat laut melepaskan amarahnya dalam gelombang yang dalam?”. Satu-satunya suara, riak gemuruh yang mengikuti arah angin.’
Dennis Kikira berasal dari Daerah Otonomi Bougainville di Papua Nugini. Ia berasal dari Kampung Lemanmanu, Konstiituen Haku. Saat ini ia tinggal di Buka dan bekerja sebagai koordinator program Kemitraan Bougainville Abt Associates yang mendukung pemerintah Otonomi Bougainville.
“Hari ini saya merasa bangga untuk menyematkan Papua Nugini, di peta dunia di antara penulis berbakat, dan di tengah begitu banyal label negatif terhadap PNG di tingkat internasional,”katanya.
Berprofesi sebagai Ahli Lingkungan dan Praktisi Pembangunan, ia mempelajari ilmu lingkungan dan geografi di Universitas Papua Nugini, dan meraih gelar pascasarjana dalam pengelolaan lingkungan dari Universitas Queensland di Australia.
Seorang penulis yang tidak diterbitkan, Dennis selalu menulis secara luas sebagai hobi. Dalam wawancara dengan Post Courier, Dennis Kikira sangat berterima kasih kepada rekan kerjanya yang juga berasal dari Bougainville, Eleanor Maineke.” Terima kasih kepada rekan kerja saya Eleanor,”katanya.
Eleanor Maineke juga memberikan ucapan sukses buat rekan kerjanya itu selamat untuk Dennis karena telah berhasil masuk ke daftar cerita pendek Persemakmuran 2023.
“Dan untuk mewakili Rumah Pulau kita, Daerah Otonomi Bougainville (AROB) yang pasti merasakan sejumput Perubahan Iklim yang merupakan topik global yang mempengaruhi umat manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Sekali lagi selamat,”Maineke.
Daerah Otonomi Bougainville
Pulau Bougainville atau dalam bahasa Inggris Pidgine,Tok Pisin disebut Bogenvil, merupakan pulau utama dari Daerah Otonom Bougainville, yang termasuk bagian dari Papua Nugini.
Pulau ini sebelumnya merupakan daratan utama di Solomon Utara yang terkait dengan Kekaisaran Jerman. Luas daratannya adalah 9.300 km2 (3.600 sq mi). Populasi seluruh provinsi, termasuk pulau terdekat seperti Carteret, adalah sekitar 300.000 (sensus 2019). Titik tertinggi adalah Gunung Balbi, di pulau utama, dengan ketinggian 2.715 m (8.907 kaki). Pulau Buka yang jauh lebih kecil, c. 500 km2 (190 sq mi), terletak di utara, melintasi Selat Buka selebar 400–500 m (1.300–1.600 kaki).
Meskipun selatnya sempit, tidak ada jembatan yang melintasinya, tetapi terdapat layanan feri reguler antara pemukiman utama di kedua sisinya. Bandara utama (atau lapangan terbang) di utara berada di kota Buka. Dennis Kikira sendiri tinggal di Kota Buka yang berada di Pulau Buka.
Referendum kemerdekaan yang tidak mengikat diadakan di Bougainville,[1] wilayah otonom Papua Nugini, antara 23 November dan 7 Desember 2019. Pertanyaan referendum adalah pilihan antara otonomi yang lebih besar di dalam Papua Nugini dan kemerdekaan penuh; pemilih memberikan suara mayoritas (98,31%) untuk kemerdekaan.
Mengutip wikipedia.org, referendum bagi Bougainville merupakan hasil kesepakatan tahun 2001 antara pemerintah Papua Nugini dan Pemerintah Otonomi Bougainville yang mengakhiri perang saudara yang terjadi dari tahun 1988 hingga 1998. Pemungutan suara tidak mengikat dan pemerintah Papua Nugini memiliki otoritas akhir atas keputusan tentang status politik Dennis KikiraBougainville. Pengamat mengatakan bahwa hasil yang jelas membuat Papua Nugini sulit untuk mengabaikan atau menunda hasil, tetapi kemerdekaan itu bisa memakan waktu bertahun-tahun untuk dicapai.
Pada Juli 2021, sebuah kesepakatan dicapai antara pemerintah Papua Nugini dan Bougainville, di mana Bougainville akan merdeka pada tahun 2027 jika diratifikasi oleh parlemen Papua Nugini.(*)