Oleh: Sulistya Ningrum dan Febi Ramdani*
Tidak terasa Kabupaten Yahukimo yang dimekarkan dari Kabupaten Jayawijaya, tahun 2022, melewati dua dekade sebagai kabupaten mandiri. Sebelas tahun lamanya, Yahukimo dengan segala dinamikanya berkembang dari tiga distrik utama menjadi 51 distrik.
Upaya pemekaran wilayah ini sejatinya untuk mempercepat proses pembangunan di Kabupaten Yahukimo, dengan membagi habis seluruh wilayah dengan cakupan yang lebih kecil, agar dimungkinkan optimalisasi proses pembangunan.
Secara kasat mata, sebelas tahun lamanya pembangunan yang tangible memang belum sepesat kabupaten induk di Jayawijaya. Namun, pembangunan fasilitas, sarana, dan prasarana di wilayah Yahukimo boleh dikatakan berprogres dengan pelan.
Dekai yang kini telah memiliki akses keluar-masuk melalui moda transportasi udara, juga telah memberi peluang perkembangan yang positif untuk kemajuan wilayah. Juga pembangunan berbagai perkantoran, fasilitas kesehatan seperti puskesmas dan pendidikan seperti bertambahnya berbagai gedung sekolah di beberapa titik lokasi, juga kerap menambah perkembangan wilayah Yahukimo.
Namun, perkembangan secara kasat mata atau tangible ini tentu tidak cukup. Fasilitas kesehatan seperti puskesmas yang mumpuni pun tidak akan mampu menyehatkan seluruh warganya jika tidak ada petugas kesehatan yang berjaga, dan tidak ada kesadaran kesehatan yang dimiliki oleh warga.
Begitu pun dengan berbagai fasilitas pendidikan seperti gedung sekolah yang tidak akan berdaya guna, apabila motivasi dan kesadaran pentingnya pendidikan tidak diimani oleh lebih banyak orang. Gedung pemerintahan yang megah tidak akan optimal menjalankan fungsinya, apabila sumber daya pekerjanya tidak memenuhi standar, bekerja tanpa mengetahui target dan visi apa yang akan dicapai.
Isu ketimpangan pembangunan di Yahukimo
Inilah isu yang dihadapi oleh Kabupaten Yahukimo dan beberapa kabupaten lainnya yang serupa. Adanya ketimpangan atau gap antara pembangunan fisik dan nonfisik menyebabkan progress perkembangan daerah menjadi sangat lambat.
Kini, setelah melewati dua dekade lamanya, Kabupaten Yahukimo harus berkontemplasi dan berefleksi tentang apa saja yang sudah terlewati, serta mencari solusi untuk kabupaten yang lebih maju dan sejahtera.
Jumlah penduduk Yahukimo sebanyak 350.880 jiwa merupakan modal utama penggerak kemajuan daerah. Dari total penduduk tersebut ada 83 persen atau kurang lebih 292.128 penduduk yang merupakan penduduk usia produktif dari usia 15 tahun hingga 64 tahun. Inilah kelompok penduduk yang mestinya memiliki produktivitas tinggi, untuk menggerakkan kemajuan wilayah.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa terdapat 85,47 persen penduduk Yahukimo berusia lebih dari 15 tahun yang bekerja secara aktif. Jika dihitung secara jumlah absolut, maka terdapat 259.150 penduduk berusia lebih dari 15 tahun yang sudah aktif bekerja.
Sayangnya, tidak semua pekerja ini merupakan pekerja yang berpenghasilan; masih ada sebagian besar pekerja ini merupakan pekerja keluarga yang tidak dibayar, dan bekerja sekadar memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari.
Tentu saja, kemampuan untuk bisa bekerja dengan optimal sangat lekat dengan kualitas sumber daya manusia (SDM). Sumber daya manusia ini diukur melalui indikator pendidikan, kesehatan, serta kemampuan ekonomi. Kualitas SDM di Kabupaten Yahukimo sendiri masih berada dalam kategori rendah, yakni masih berada di bawah Kabupaten Jayawijaya dan Tolikara dari seluruh kabupaten di Provinsi Papua Pegunungan. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Yahukimo masih berada di level 50,25.
Bila merefleksikan sebelas tahun perjalanan Kabupaten Yahukimo, mestinya penguatan SDM atau pembangunan intangible yang berfokus pada kualitas manusia menjadi prioritas utama. Lantas bagaimana meningkatkan kualitas SDM di Yahukimo?
Pendidikan
Fokus utama untuk peningkatan SDM tentu ada pada pendidikan. Pemerintah harus sadar bahwa pendidikan merupakan investasi jangka panjang yang sangat krusial bagi perkembangan Yahukimo.
Hasilnya memang tidaklah dipanen dalam waktu setahun dua tahun. Namun, investasi ini merupakan investasi pembangunan yang amat menjanjikan.
Pemerintah selaku pengambil kebijakan dan penggerak pembangunan harus membangun sinergi dan kolaborasi dengan berbagai pihak, mulai dari masyarakat adat, pihak gereja hingga para tokoh agama, untuk menyuarakan betapa pentingnya pendidikan formal. Betapa berharganya pendidikan untuk bisa meningkatkan derajat hidup manusia.
Selain penguatan sarana dan prasarana pendidikan, partisipasi sekolah formal juga perlu ditegakkan. Tercatat di tahun 2019, partisipasi sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas tidak ada yang mencapai 50 persen. Jumlah penduduk usia 15 tahun yang pernah mengenyam pendidikan hanya sebanyak 32 persen, sedangkan penduduk yang masih sekolah sebanyak 21 persen. Penduduk yang belum atau tidak bersekolah mencapai 47 persen.
Ini menunjukkan bahwa pendidikan di Yahukimo masih sangat rendah, padahal pendidikan merupakan kunci utama membuka peluang besar di masa yang akan datang.
Kesehatan
Fokus berikut yang perlu diperhatikan ada pada isu kesehatan. Isu kesehatan merupakan isu yang sangat luas dan berkaitan dengan faktor lainnya. Tercatat di tahun 2017, jumlah pengidap penyakit TB paru, pneumonia, kusta, diare, dan DBD di Kabupaten Yahukimo mencapai 11.845 kasus dan merupakan jumlah kasus tertinggi di Provinsi Papua Pegunungan. Sebanyak 7 persen dari seluruh penduduk mengeluh sakit di Kabupaten Yahukimo. Jumlahnya juga tertinggi di wilayah Papua Pegunungan.
Tentu kesehatan merupakan implikasi dari banyak hal, seperti pola hidup yang sangat lekat dan pola pikir dan tingkat aspirasi, kemampuan ekonomi, serta daya dukung lingkungan. Namun, paling tidak, Pemerintah Yahukimo bisa menggerakkan berbagai tindak pencegahan penyakit, melalui berbagai program dan sosialisasi pola hidup sehat. Menumpas angka kematian ibu dan bayi dengan memperkuat sosialisasi, untuk pemeriksaan kehamilan dan imunisasi wajib bagi balita, serta edukasi kesehatan yang menyeluruh.
Pemerintah harus bisa merangkul berbagai pihak di Yahukimo, untuk bisa memajukan derajat kesehatan, melalui kerja sama dengan pihak gereja, tokoh adat, masyarakat dan sebagainya. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk kemajuan wilayah.
Namun, adanya prioritas dapat mempercepat dan mengoptimalkan perkembangan di Yahukimo. Inilah saatnya Kabupaten Yahukimo bangkit, untuk melepas segala prahara demi kemaslahatan masyarakat yang maju dan sejahtera. (*)
*Penulis adalah statistisi BPS Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua Pegunungan