Jayapura, Jubi – Nasib Persipura Jayapura saat ini bak di ujung tanduk. Jelang bergulirnya kompetisi Liga 2 musim 2023/2024 yang hanya menyisakan 26 hari menuju kick-off, klub profesional di Indonesia Timur khususnya di Papua itu justru belum menunjukkan tanda-tanda persiapan.
Faktor finansial menjadi penyebab utama Persipura, yang merupakan klub pengoleksi empat gelar juara Liga Indonesia itu belum juga mempersiapkan tim.
Sampai saat ini, manajemen Persipura mengklaim masih menunggu laporan pertanggungjawaban keuangan dari manajemen sebelumnya untuk diserahkan kepada pihak sponsor. Jika itu tak diselesaikan, Persipura akan kesulitan mencari sponsor baru dan terancam mendapatkan sanksi dari federasi sepak bola Indonesia.
Berdasarkan pertemuan perwakilan 28 klub Liga 2 bersama PSSI dan operator kompetisi PT Liga Indonesia Baru pada 20 Juli, menyepakati kompetisi Liga 2 musim 2023/2024 akan digulirkan pada awal September 2023 atau selambat-lambatnya pada 8 September.
Waktu terus berjalan, tim Mutiara Hitam kini hanya punya waktu 26 hari saja untuk mempersiapkan tim. Itu pun kalau tidak terus menunggu laporan yang harus diserahkan kepada pihak sponsor.
Manajemen Persipura melalui Ketua Umum, Benhur Tomi Mano sendiri sudah mengungkapkan jika pihaknya belum ada persiapan apapun jelang kompetisi Liga 2.
“Kita belum merekrut para pemain, karena kalau kita merekrut pemain, konsekuensinya itu kita harus ikat kontrak mereka, untuk bayar pelatih, pemain dan lainnya. Sampai sekarang kita belum siap apa-apa,” kata Tomi Mano.
Sementara, sanksi sudah di depan mata kalau saja Persipura tak juga mendapatkan sponsor dan mempersiapkan tim untuk ikut kompetisi.
Persipura akan bernasib sama dengan sejumlah klub Indonesia yang namanya telah tenggelam bahkan hilang dari persepakbolaan Indonesia setelah mendapatkan sanksi karena tak bisa berkompetisi dan melanjutkan kompetisi.
Di antaranya ada trio klub Sulawesi Utara, Persma Manado, Persmin Minahasa dan Persibom Bolaang Mongondow.
Persma dicoret dari keanggotaan PSSI pada 2011 karena tak ikut kompetisi resmi selama tiga musim beruntun sejak 2009, plus menunggak gaji pemain.
Persmin juga mengalami hal yang sama, tak lolos verifikasi karena kesulitan finansial, dinyatakan bangkrut dan tak bisa ikut kompetisi Liga Super Indonesia pada 2008 dan mati suri hingga saat ini.
Persibom juga tak jauh berbeda, tak diperbolehkan mengikuti kompetisi pada 2009/2010 karena dinyatakan bangkrut, namanya juga tak terdengar lagi di kompetisi sepak bola Indonesia sampai saat ini.
Kemudian ada Persik Kediri dan Persiwa Wamena yang harus dicoret dari kompetisi karena tak lolos verifikasi pada tahun 2015.
Ketika itu berdasarkan rapat pleno verifikasi keuangan oleh operator kompetisi, Persik dan Persiwa masuk dalam kategori yang tidak bisa turun di kompetisi ISL 2014/2015 karena keuangan mereka dinilai lemah. Persiwa juga mengalami hal yang sama pada 2017 dan akhirnya didegradasi ke Liga Nusantara.
Satu tim Papua lainnya, Persidafon Dafonsoro juga terpaksa mengundurkan diri dari kompetisi 2014 karena kesulitan finansial. Ketika itu Persidafon memutuskan mundur menyusul Persitara Jakarta Utara dan Persenga Nganjuk. Ketiga klub itu akhirnya mendapatkan sanksi didegradasi ke kompetisi amatir. (*)