Jayapura, Jubi – Perjuangan tinju Papua menuju Pekan Olahraga Nasional – PON XXI di Aceh – Sumatera Utara mendapatkan jalan terjal.
Dari 20 petinju yang diboyong ke babak kualifikasi atau Pra-PON pertama yang digelar di Makassar, Sulawesi Selatan, 21-30 Juli 2023, hanya tiga petinju yang sudah dipastikan lolos ke PON.
Kegagalan itu menjadi cambuk bagi Pertina Papua. Mereka membutuhkan perhatian lebih untuk mempersiapkan para petinjunya secara matang, agar tak kembali gagal seperti yang dialami di Pra-PON I ini.
Tiga petinju Papua yang berhasil mengamankan jatah kelas atau tiket ke PON XXI yakni Salomina Yarisetouw yang meraih medali emas di kelas 70 kg, Dessy Aiwoy medali perunggu kelas 63 kg, dan Falery Kaboare medali perunggu kelas 57 kg.
Manajer tinju Papua yang ikut mendampingi tim bertanding, Alfred Kayoi mengatakan kegagalan di Pra-PON I ini akibat kurangnya perhatian serius terhadap persiapan tim, seperti masalah asupan gizi dan tidak adanya program TC terpusat maupun try out. Mereka juga berangkat ke Pra-PON dengan menggunakan kapal laut dari Jayapura ke Makassar.
Tinju Papua hanya menggelar seleksi singkat untuk menyeleksi petinju-petinju dari sejumlah daerah seperti Kota dan Kabupaten Jayapura, Keerom, Waropen dan Mamberamo Raya pada akhir Juni lalu. Selebihnya, mereka masih menurunkan beberapa atlet lama.
“Kesimpulan gagal dalam meraih entry by class di Pra-PON I ini karena tidak ada TC atlet, tidak ada asupan gizi atau nutrisi bagi para atlet sehingga banyak yang sakit setelah mendapatkan beban latihan yang tidak seimbang. Juga karena tidak melakukan try out, atlet butuh jam terbang karena 70 persen mereka adalah atlet baru yang belum pernah ikut iven nasional,” kata Kayoi, Senin (31/7/2023).
Namun ia mengaku, para petinju Papua sudah berjuang habis-habisan demi mendapatkan tiket lolos ke PON XXI. Sayang, tak adanya asupan gizi yang seimbang dan minimnya jam terbang menyebabkan kegagalan.
“Dasar bertinju dan semangat juang para atlet walaupun minim jam terbang namun lumayan baik, terutama semangat juang yang sangat tinggi. Harapan kami, terutama KONI Provinsi Papua bisa memahami hal ini, karena Pengprov Pertina Papua Juara Umum Tinju PON XX 2021 Papua,” ujarnya.
Kayoi juga menuturkan, hilangnya kejayaan tinju Papua karena sudah tak ada lagi figur yang benar-benar peduli dengan olahraga tinju.
“Kita kehilangan figur yang menggilai olahraga tinju, bukan hanya sekadar hobi saja. Tapi harus benar-benar gila dengan olahraga ini. Itu yang membedakan kita dengan zaman dulu dan daerah lainnya saat ini,” katanya.
Pertina Papua masih ada kesempatan untuk merebut kelas atau jatah tiket ke PON XXI pada Pra-PON kedua yang akan dilaksanakan di Kupang, Nusa Tenggara Timur pada Oktober mendatang.
Namun ia meminta dukungan kepada KONI Papua agar mau memfasilitasi Pertina untuk mengadakan Kejuaraan Daerah sepulangnya dari Makassar, agar dijadikan sebagai ajang untuk menyeleksi dan menjaring petinju-petinju dari daerah yang potensial.
“Mereka masih punya kesempatan di Pra-PON kedua bulan Oktober di Kupang. Kita menginginkan adanya iven Kejurda untuk menyeleksi petinju-petinju potensial,” ujarnya.
Pertina menyampaikan apresiasi kepada legenda tinju Papua, Beny Maniani yang telah berjuang untuk memberangkatkan tim tinju Papua ke Pra-PON.
“Terima kasih tak terhingga untuk legenda tinju Papua, Beny Maniani yang dengan jerih payah, tidak mau tahu telah berusaha dengan segala kemampuan memberangkatkan atlet ke Kejuaraan Tinju Amatir Pra-PON pertama di Kota Makassar,” ujarnya. (*)
Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!