Jayapura, Jubi – Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) Papua dilanda duka. Ule Latumahina, sosok yang berjasa dan mendedikasikan hidupnya untuk olahraga atletik Papua baru saja menutup usia, Sabtu (2/4/22).
Kepergian Ule Latumahina meninggalkan duka yang mendalam dan kenangan manis bagi PASI dan KONI Papua.
Semasa hidupnya, almarhum dikenal sebagai mantan atlet, pelatih dan pengurus PASI Papua. Ule tergabung dalam skuad kontingen Papua (dulu Irian Jaya) pada Pekan Olahraga Nasional (PON) VII di Jawa Timur tahun 1969.
Sekretaris Umum PASI Papua, Markus Raubaba mengenang sosok Ule Latumahina sebagai orang tua yang sangat berjasa bagi olahraga atletik di Papua.
“Bapa Ule adalah orang tua kami yang mendedikasikan hidupnya untuk olahraga atletik. Orang tua beliau juga yang membawa masuk atletik Papua. Berdirinya pengurus olahraga atletik Papua juga berawal dari orang tua Bapa Ule,” kata Markus kepada Jubi.
Dari situlah Almarhum Ule juga sempat menjadi atlet atletik Papua yang telah memberikan penghargaan terbaik untuk Papua pada era 70-an.
Tak habis di situ, bahkan almarhum terus membina kepengurusan, dengan selalu memberikan arahan, sehingga kepengurusan PASI Papua bisa berjalan sampai hari ini.
“Itu karena beliau selalu mendampingi kami. Walaupun beliau tidak turun langsung tapi selalu mensupport kami,” ungkap Markus kepada Jubi.
“Semasa hidupnya beliau selalu setia mendampingi kami, bahkan saat kami hendak mengikuti PON XX lalu, beliau sempat menyisihkan waktu untuk menghadiri dan memberikan nasihat kepada tim kami,” sambungnya.
Berkat jasa dan dedikasi almarhum, PASI Papua menyampaikan terima kasih dan belasungkawa mendalam.
“Kami sangat mengingat sekali apa yang beliau sudah lakukan untuk kami. Kami atas nama PASI Papua mengucap terima kasih atas dedikasi beliau dan semoga apa yang beliau berikan kepada PASI Papua bisa terus dilanjutkan oleh generasi yang akan datang agar bisa berjaya terus di kemudian hari,” ungkapnya.
Sementara itu, Binpres PASI Papua, Mathias Rumkorem juga merasa kehilangan atas kepergian Ule Latumahina yang merupakan teman dan saudara saat berjuang bersama di bawah panji atletik Papua.
Mathias menceritakan, almarhum sudah mendarah daging dengan atletik Papua karena orang tua almarhum merupakan pelopor olahraga atletik di Papua sejak zaman Belanda.
“Beliau fasih berbahasa Belanda. Dari orang tuanya itulah beliau menjadi pelari 400 meter. Setelah itu beliau berkecimpung di organisasi KONI cabang olahraga PASI. Beliau banyak memberikan saran bagi kami dan beliau lah anak asli PASI. Beliau adalah gudang dari pelatih PASI Papua, semua orang tahu tentang beliau, dia mantan atlet, pengurus dan pelatih,” kenang Mathias.
Ia menuturkan, berkat tangan dingin almarhum, banyak atlet potensial yang lahir dari didikannya.
“PON pertama beliau sudah ikut serta. Kemudian sempat dipakai di KONI Pusat dan berkiprah di luar negeri. Banyak atlet yang lahir dari didikannya, seperti Julius Afaar dan lainnya. Beliau itu ramah, terbuka dan sangat merangkul para atlet, selalu berikan motivasi dan bertangan dingin. Sosoknya sangat peduli dan berdedikasi sekali dengan olahraga atletik,” tuturnya.
“Yang saya masih ingat dari perkataan beliau itu kalian jangan lupa bahwa cabor atletik ini merupakan induk dari olahraga lainnya, beliau berharap jangan sampai atletik tenggelam dan harus bangkit terus selama perjuangan itu masih ada,” tambahnya.
Wartawan senior di Papua, Aziz Matdoan juga mengakui jika sosok almarhum merupakan pelaku dan pemerhati olahraga yang punya banyak pengalaman dan dedikasi tinggi untuk olahraga atletik di Papua.
“Beliau adalah sosok yang punya banyak pengalaman olahraga dan juga pelaku olahraga di Tanah Papua. Kita ikut prihatin dan turut berbelasungkawa, beliau mencurahkan seluruh hidupnya untuk olahraga. Beliau sangat punya pengalaman di olahraga Papua, Indonesia dan luar negeri. Beliau juga dikenal sebagai orang yang punya pergaulan luas, dan sosok yang bertangan dingin,” kata Matdoan. (*)
Discussion about this post