Jayapura, Jubi – Prestasi mahasiswa Papua di asrama bukan saja dalam bermain sepak bola, musisi, serta jadi penyanyi. Dalam prestasi akademi di perguruan tinggi juga ada. Hans J Wospakrik pada 1971 masuk Institut Teknologi Bandung (ITB) dan tinggal di Asrama Mahasiswa Papua Kamasan II. Hans menyelesaikan pendidikan Fisika di ITB pada 1976 dengan cum laude, hingga meraih gelar Ph.D di Durham University, Inggris, antara tahun 1999 hingga 2002.
Selain itu ada Dr Ir Burhan, mahasiswa asal Kabupaten Fakfak yang juga pernah tinggal di Asrama Mahasiswa Papua Kamasan II. Burhan kuliah di Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung dan melanjutkan ke Universitas Nasional Sydney Australia.
Selanjutnya Dr Burhan bekerja di SEAMEO BIOTROP (Southeast Asian Regional Centre for Tropical Biology) di Bogor. Lembaga ini merupakan lembaga regional yang bergerak dalam bidang penelitian, seminar, pelatihan, dan diseminasi hasil penelitian biologi tropika.

Salah seorang alumni Akademi Pertanian Nasional (Akpernas) Bandung, Max Mahuse, sangat sedih mendengar dan mengetahui kondisi terkini Asrama Mahasiswa Papua Kamasan II Bandung.
“Menyedihkan. Kita sudah tidak berdayakah. Sayang,” kata Max Mahuse yang kini menjadi petani sukses di Muting, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua Selatan.
Max Mahuze pernah menjadi anggota DPRD Kabupaten Merauke dan aktivis LSM bernama YAPSEL (Yayasan Pengembangan Sosial Ekonomi dan Lingkungan). Kini, Max Mahuze kembali ke kampungnya di Muting dan menjadi petani kebun, menanam ribuan pohon karet dan juga petani buah rambutan.
Selama masih menjadi penghuni Asrama Mahasiswa Papua Kamasan II Bandung, Max Mahuse juga menjadi salah satu perintis usaha sablon kaos bagi sesama mahasiswa Papua di Bandung.
Sebenarnya mahasiswa dan alumni pernah meminta agar Pemerintah Provinsi Papua segera merenovasi Asrama Mahasiswa Papua Kamasan II pada 1 Januari 2018. Permintaan ini dilakukan karena minimnya perhatian dari Pemerintah Provinsi Papua khususnya Biro Umum dan Protokol Setda Provinsi Papua
Asrama Mahasiswa Papua Kamasan II Bandung ini pernah pula disegel oleh apparat Polsekta Cihapit dari Poltabes Bandung pada 2012.
“Penyegelan dengan police line ini terjadi karena adanya keributan,” kata William Jano Sondakh, mantan Sekretaris Mahasiswa Irian Jaya (IMIJA), seraya menambahkan lokasi ini sangat strategis hingga mau diserobot organisasi massa di Bandung dan mengaku sebagai pemilik ahli waris pada 2015 lalu.

Lokasi asrama yang sangat strategi sehingga setiap sore dan malam banyak kendaraan yang mondar-mandir dan melihat kondisi asrama.
“Memang benar banyak pihak yang sudah mengincar asrama di Jalan Cilaki 59ini,” kata Fransiskus Iyai, Ketua Ikatan Mahasiswa se Tanah Papua Bandung, Jawa Barat (IMASEPA BJB).
Dia bahkan mengancam sampai pada 25 Desember 2023, Pemerintah Provinsi Papua tidak ada reaksi untuk memperbaiki dan merenovasi, pihaknya akan menjual kepada orang yang berminat.
“Saya tegaskan jika sampai tidak ada upaya perbaikan, kita akan menentukan sikap lebih baik menjual ke pihak lain,” kata Iyai.
Alumni Asrama Mahasiswa Papua Kamasan II Bandung dan juga seorang akuntan, Marthinus Thesias, mengatakan lokasi asrama mahasiswa jalan Cilaki no. 59 Bandung itu sangat ekonomis dan strategis.
“Harga tanah di sini berkisar antara Rp60 sampai dengan Rp100 miliar. Ini lokasi tanah kelas I di Kota Bandung,” kata alumni Akuntasi Fakultasi Eknonomi Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung.
Dia menambahkan karena luas bangunan dan tanah milik Pemprov Papua ini mempunyai nilai ratusan miliar rupiah, tentunya harus melalui persetujuan sidang DPR Papua dan sudah menjadi asset Pemerintah Provinsi Papua.

Sementara itu, mantan Ketua Dewan Kamasan II Asrama Mahasiswa Bandung, Dance Wamafma, yang sekarang jadi dosen bahasa Jepang, Fakultas Sastra Universitas Kristen Maranatha Bandung, mengatakan beberapa bulan lalu ada utusan dari Pemerintah Provinsi Papua yang berkunjung ke asrama mahasiswa Kamasan II Bandung.
“Cuma sampai sekarang saya tidak tahu sampai di mana kesimpulan dan kelihatannya tra jelas,“ kata Wamafma.
Namun, kata Wamafma, sekarang di asrama banyak kuliner dan anak-anak mahasiswa juga sudah mempunyai tempat untuk berusaha menjual kuliner asal Papua di depan asrama mahasiswa Papua.
Wamafma juga mengakui kalau saat ini hampir setiap kabupaten di Papua telah membuka asrama mahasiswa, mulai dari kabupaten dari Papua Selatan, Papua Barat, dan juga Provinsi Papua.
“Sementara asrama untuk S1 sudah punya asrama dari masing-masing kabupaten. Kalau untuk mahasiswa S2 dan S3 mungkin bisa memakai asrama mahasiswa Kamasan II Bandung. Tapi mau bilang apa, bingung juga,” katanya.
Ketua IMASEPA, Fransiskus Iyai, mengakui kalau sekarang banyak asrama yang dibangun oleh setiap kabupaten.
“Ada IMAFAK [Ikatan Mahasiswa Kabupaten Fakfak], Ikatan Mahasiwa Yapen, Ikatan Mahasiswa Mimika, dan lainnya,” katanya seraya menambahkan semua telah sepakat tergabung dalam IMASEPA.
Dikatakan ada sebanyak 25 komisariat basis (Komas) mahasiswa Papua, paguyuban setiap kabupaten, dan korwil.
“Jadi total semua di Bandung dan Jawa Barat mencapai ribuan mahasiswa Papua,” katanya. (*)