Nabire, Jubi – Keluarga korban mendesak Polres Nabire segera mengumumkan hasil uji laboratorium terkait kematian Norlince Pekei, perawat yang bekerja di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Deiyai, Provinsi Papua Tengah.
Norlince Pekei diduga meninggal akibat keracunan makanan dan lauk yang dibeli di Pasar Pagi, Kelurahan Bumi Wonorejo, Kabupaten Nabire, Provinsi Papua Tengah, Kamis pagi (2/1/2025).
Suami korban, Ferdinant Pakage mengatakan, pihaknya bersama Polres Nabire berkomitmen agar dalam tujuh hari akan diungkap hasil uji labnya.
“Usai korban meninggal dunia, Polres Nabire langsung tangani kasus ini. Mereka (Polisi) mengirimkan sampel makanan ke laboratorium forensik (labfor) Rumah Sakit Bhayangkara Jayapura,” kata Ferdinant Pakage kepada Jubi di Nabire, Senin (13/1/2025).
Awalnya Norlince Pekei bersama seorang anaknya pergi ke pasar, yang tak jauh dari rumahnya itu menggunakan motor. Sekembalinya di rumah, usai belanja, dia menyiapkan diri untuk sarapan.
Kasus ini juga telah menghebohkan warga Nabire dan sekitarnya. Keluarga korban bahkan hingga kini sedang berduka atas kepergian Norlince Pekei.
“Kami keluarga selama duka ini berlangsung tunggu informasi pasti dari pihak Polres Nabire atas pengujian sampel makanan yang dikirim ke RS Bhayangkara Jayapura. Tapi belum ada informasi pasti. Sehingga kami ingin supaya segera umumkan,” kata Ferdinant Pakage.
Awalnya kasus kematian istrinya ini, kata Pakage, sudah diviralkan melalui media sosial, seperti WhatsApp Group, facebook, youtube dan lainnya. Disebutkan bahwa Norlince Pekei itu meninggal karena keracunan makanan yang dibeli pada 2 Januari 2025 di pasar pagi Bumi Wonorejo.
Setelah kematian Norlince Pekei, sang suami, Ferdinant Pakage langsung melaporkan kasus tersebut kepada Polres Nabire.
“Pagi itu juga kasus ini kami melaporkan ke Polres Nabire maupun Polda Papua Tengah. Kami sudah mediasi penutupan sementara pasar pagi di Bumi Wonorejo. Dan hasil kesepakatan pihak korban maupun kepala pasar pagi ditutup selama tujuh hari terhitung tanggal 6 sampai 11 Januari 2025,” katanya.
Jika molor waktu mengumumkan hasil laboratorium forensik, maka pihaknya bakal melakukan pengusutan ulang. “Kalau lewat dari batas waktu yang disepakati, maka kami pihak korban tidak akan terima apapun hasilnya,” ucapnya.
“Kalau molor-molor waktu, kami dari pihak keluarga korban meminta kepada Polres Nabire dan RS Bhayangkara harus (dilakukan) pemeriksaan atau usut ulang. Dan itu harus disaksikan oleh saya sebagai suami korban, keluarganya dari almarhumah dan lembaga independen, seperti Komnas HAM, serta perlu adanya keterlibatan dari pengacara hukum supaya kita sama-sama membuktikan kebenarannya bahwa ini sudah diuji melalui laboratorium forensik dan hasilnya terdeteksi virus atau tidak terdeteksi,” ujar Pakage.
Kepala Satuan Reskrim Polres Nabire, AKP Bertu Haridyka Eka Anwar yang dikonfirmasi mengakui telah mengantongi hasil laboratorium forensik atas pengujian sampel makanan tersebut.
“Hasil lab sudah ada, nanti kita akan rilis (konferensi pers) dengan Kapolres (Nabire) baru. Sekalian dengan video viral terkait uang palsu,” kata AKP Bertu Haridyka Eka Anwar melalui pesan WhatsApp.
Hari ini, Senin (13/1/2025) telah dilakukan pelantikan pejabat Polda Papua Tengah termasuk pergantian Kapolres Nabire dari AKBP Wahyudi Satriyo Bintoro kepada AKBP Samuel Dominggus Tatiratu.
Menanggapi hal itu, Ferdinant Pakage berharap agar pasca pergantian Kapolres harus diumumkan hasil uji lab sampel makanan itu.
“Kami menginginkan agar kasus ini harus dibuka secara terang benderang demi kemanusiaan, sebab hal serupa juga telah terjadi beberapa waktu lalu namun dibiarkan saja,” ujarnya.
Ia juga meminta agar semua pihak, sama-sama memberikan dukungan untuk pengungkapan kasus ini, sehingga ke depan tidak boleh terjadi lagi.
“Semua stakeholder sama-sama bekerja sama dalam pengungkapan kasus ini demi kemanusiaan,” ucapnya.
“Semua orang harus mengetahui bahwa jasadnya almarhumah dimakamkan di saya punya halaman rumah, bukan di tempat pemakaman umum. Ini sengaja saya makamkan di rumah, dengan maksud kasus ini harus diusut tuntas atas penyebab kematian dari istriku,” katanya.

Kronologi
Menurut Ferdinant Pakage, pada 2 Januari 2025, sekitar pukul 07.30 WP, korban bersama anak-anaknya pergi ke pasar pagi Bumi Wonorejo, menggunakan motor untuk membeli makanan sebagai sarapan. Setelah itu korban bersama anaknya kembali ke rumah dan menyantap makanan yang dibeli.
Menu makanan yang dibeli adalah nasi goreng pakai ikan. Saat menyantap makanan, suaminya naik ke lantai dua (rumah), sementara korban bersama anak-anaknya makan di ruang makan yang berada di lantai satu.
Usai menikmati sarapan, Norlince Pekei (korban) mengalami sakit perut, kepala pusing, panas tinggi, serta mengalami gangguan sesak napas.
Karena napasnya tidak bisa ditahan lagi, karena kondisinya semakin memburuk, akhirnya Ferdinant Pakage yang berada di lantai dua turun ke lantai satu, atas permintaan istrinya dan anak-anaknya untuk menolong.
Korban meminta suaminya agar diantarkan ke RSUD Nabire untuk dilakukan penanganan medis. Saat hendak jalan korban tiba-tiba mencret di tempat.
Napasnya semakin darurat. Suaminya lalu menstarter motor seraya meminta istrinya harus pegang kuat.
“Kami dua pakai motor, saya bilang dia (istrinya) pegang kuat dari belakang. Ibu naik di belakang sambil pegang dari belakang, sampai di lampu merah Oyehe dayanya semakin menurun, tidak bisa pegang bahuku lagi. Saya khawatir, jangan sampai ibu jatuh di tengah jalan, dan saya mengendarai di pinggir jalan sambil pegang dia punya tangan,” katanya.
Sampai di Malompo, jarak dengan RSUD Nabire, sekitar satu kilometer, istrinya sudah tidak mampu memegang baju suaminya. Ia makin khawatir tapi istrinya bilang harus balap sampai di RSUD.
“Setibanya di RSUD, ibu terbanting. Saya meminta petugas kesehatan di ruangan UGD untuk memberikan kursi roda namun tidak ada, terpaksa saya pegang tangan saja bawah masuk ke ruang gawat darurat,” katanya.

Di ruangan ini, lanjut dia, ada dokter jaga dan perawat. Namun terkesan dibiarkan (tidak melakukan pertolongan).
Suaminya meminta tim medis untuk memasang oksigen tapi tak digubris. Sontak saja almarhuma juga teriak, “Dokter tolong bantu saya, saya sedang sesak napas, saya tidak bisa bernafas lagi. Nafas saya.ini harus dibantu dengan oksigen, saya tahu kondisi tubuh saya karena saya juga seorang perawat!”
Tak ada yang merespons teriakan Norlince. Dalam hitungan menit Norlince Pekei, seorang perawat itu, mengembuskan napas terakhirnya.
Usai mengembuskan napas terakhirnya, dari mulut dan hidung korban mengeluarkan busa.
Sang suami kemudian bertanya kepada dokter dan tim medis yang ada di ruangan itu. Secara spontan dokter yang ada di tempat menanyakan kepada Ferdinant, “Tadi ibu makan apa? Itu keracunan makanan!”
Secara bergiliran juga tim medis menyampaikan bahwa keluarnya busa-busa itu dipengaruhi makanan beracun.
Selanjutnya Ferdinant Pakage meminta dokter menerbitkan surat keterangan kematian. Selanjutnya jasad istrinya lalu dibawa menuju ke kantor Polres Nabire, guna membuat laporan polisi atas kematian Norlince yang diduga keracunan makanan itu.
Mayat korban kemudian dibawa ke rumahnya di bilangan Kalibobo Nabire, untuk disemayamkan dan akhirnya dikebumikan di halaman rumahnya. (*)
Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!