Sentani, Jubi – Banyak pemilih di Distrik Sentani yang mengeluh terhadap Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pilkada 2024 yang dikeluarkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Jayapura saat hari pencoblosan Rabu, 27 November 2024.
Keluhan itu terkait lokasi TPS (Tempat Pemungutan Suara) sesuai DPT mereka yang sebelumnya dekat dengan rumah, lalu terdaftar di TPS lain yang jauh dari rumah mereka. Jumlah TPS di Distrik Sentani 110 unit dan hampir di semua TPS pemilihnya ada yang mengeluhkan hal serupa.
“Waktu Pilpres 2024 saya berada di TPS 04 Makhendang Pasar Lama, sekarang saya dapat undangan, ternyata TPS saya sudah berubah jauh sekali di depan Jalan Sosial, padahal saya warga Pasar Lama Sentani,” ujar Selvina di Sentani, Rabu (27/11/2024).
Selvina mengaku perubahan DPT ini sama sekali tidak diberitahukan sebelumnya. Padahal beberapa kali ikut Pemilu sebelumnya, tempat ia sekeluarga memilih selalu di TPS 004 Makhendang Pasar Lama Sentani.
Selvi berharap pemilih yang mengalami hal yang sama sepertinya tetap menggunakan hak suaranya untuk lima tahun mendatang.
“Bukti hari ini ada banyak yang tidak ikut memilih karena DPT-nya berubah secara tiba-tiba.Bukan hanya saya yang berpindah lokasi TPS, ternyata di TPS yang saya ikut memilih ada warga yang lain juga mengeluh hal yang sama, mereka adalah warga BTN sosial,” katanya.
Hal yang sama juga dikeluhkan David Jikwa, warga yang tinggal dekat dengan Pasar Pharaa Sentani.
“TPS yang kemarin saat Pilpres itu di Jalan Youmakhe depan Gedung Tabita, sekarang pindah tempat memilih jauh di Pasar Lama Sentani, padahal TPS 028 Youmakhe ada, tetapi kami tidak terdaftar pada DPT-nya,” ujarnhya.
Menurut David banyak sekali perubahan yang terjadi saat Pilkada 2024. Akibat DPT dan TPS yang berubah menyebabkan warga sengaja dibuat sibuk untuk mencari TPS-nya.
“Lalu terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dalam tahapan pemilu, seperti mobilisasi massa hingga perhitungan suara yang tidak sesuai dengan jumlah kertas suara. Slogan gunakan hak suaramu dengan baik itu sudah tidak sesuai dengan kondisi saat ini yang kami rasakan,” katanya.
Petugas KPPS (Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara) 004 Makhendang Pasar Lama Sentani Marlinda Sawyas mengatakan DPT yang ada sebelumnya di TPS-nya hanya 217 pemilih, namun saat ini sudah bertambah menjadi 584 pemilih.
“Lalu kertas suara yang terpakai dari total 600-an itu hanya 200 lebih, sisanya banyak yang tidak digunakan. Sementara waktu yang ditentukan hanya 5 jam untuk proses pencoblosan,” katanya.
Ia menjelaskan bahwa pagi banyak warga yang datang mengecek daftar nama mereka, lalu sebagian pergi dan yang ada namanya di DPT langsung ikut mencoblos.
Ia mengaku tidak mengetahui apakah bertambahnya jumlah DPT sudah diketahui warga atau tidak. “Hal ini juga penting diperhatikan, karena tahapan kami hanya sebatas pungut-hitung di TPS,” ujarnya.
Sawyas sudah beberapa kali terlibat dalam penyelenggaraan pemilu, baik Pilpres dan Pileg, maupun Pilkada. Ia mengaku jarang ada DPT yang benar-benar sesuai dengan tempat tinggal pemilih dan belum pernah kertas suara habis terpakai sesuai dengan jumlah DPT.
“Sejak awal pendataan oleh pemerintah melalui capil dan Pantarlih (Panitia Pendaftaran Pemilih) yang langsung juga ke tengah masyarakat harus sinkron datanya,” katanya.
Pantauan Jubi di lapangan pada hari pencoblosan, yaitu di Distrik Sentani, Distrik Waibhu, dan Distrik Sentani Barat Moi, kantor pemerintahan tutup, sedangkan aktivitas masyarakat tetap berjalan normal. Sebagian besar pedagang tetap melakukan jual beli, ruko, toko, hingga warung makan berjalan seperti biasa, termasuk arus transportasi di jalan raya.
Di tengah kesibukan Pilkada Serentak 2024 itu ada sejumlah pedagang yang meraup keuntungan dari hasil dagangannya, meski hanya sehari. Salah satunya Meri Weya yang berjualan buah matoa dan pinang di Pasar Kampung Sabron Sari, Distrik Sentani Barat Moi.
“Lumayan untuk hari ini, buah matoa dalam dua karung 50 kg bisa habis seketika. Jual per tumpuknya Rp30 ribu laku semua, dua karung ini dapat Rp700 ribu. Sementara untuk pinang pertumpuknya Rp10 ribu, sudah dapat hasil sampai siang jelang sore ini sebanyak Rp450 ribu. Tidak seperti hari-hari sebelumnya, matoa juga untuk musim saat ini tidak begitu banyak,” ujarnya. (*)
Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!