Jayapura, Jubi – Guna melindungi generasi muda Papua usia produktif, Pendeta Nelly Tebay STh mendirikan Taman Baca Kingmi Eklesia Angkasa, di Kelurahan Angkasa, Distrik Jayapura Utara, Kota Jayapura, Papua. Taman baca yang didirikan sejak lima tahun lalu itu, selain menyajikan berbagai jenis buku bacaan, juga membuka kelas musik, kelas, bahasa Inggris, dan membaca.
Hal itu disampaikan Pendeta Nelly Tebay STh saat ditemui Jubi pada acara Hari Ulang Tahun (HUT) ke-5 Taman Baca dan HUT ke-17 Remaja Kingmi Eklesia Angkasa di Gereja Kemah Injil Indonesia (Kingmi), Jalan S. Condronegoro Angkasapura, Kota Jayapura, Papua, pada minggu (3/11/2024).
“Saya melihat perkembangan informasi, situasi generasi Papua sekarang sedang tidak baik-baik saja. Banyak yang sudah terjerumus kepada hal-hal negatif. Pengguna narkoba, peminum minuman keras aktif, dan seks bebas terus terjadi. Hal-hal ini juga yang turut berkontribusi pada naiknya angka kriminalitas dan pengangguran, saya dirikan taman baca ini, untuk selamatkan sisa generasi yang ada dan yang akan datang,” katanya, saat diwawancarai di Taman Baca Kingmi Eklesia.
Ia menyebutkan beberapa kelas produktif yang dibukanya bersama para jemaat gereja itu, bertujuan mengajak para generasi mengembangkan minat bakat sesuai talenta yang mereka miliki. Setiap Kamis merupakan hari yang telah dijadwalkan untuk mengajari anak-anak. Tenaga pengajar di Taman Baca Kingmi Eklesia merupakan para anggota jemaat, yang direkrut sesuai bidang dan keahlian mereka.
“Tenaga pengajar di taman baca ini rata-rata jemaat kami sendiri, kecuali yang mengajar bahasa Inggris kami ambil dari luar jemaat. Selama lima tahun ini, puji Tuhan murid-murid kami yang diajari terdiri dari berbagai kelas. Mereka punya kemajuan, mereka bisa memainkan musik, yang usia anak-anak, kami ajarkan membaca, masih umur 6 tahun sudah bisa membaca dengan baik,” ujarnya.
Ia menambahkan, saat ini taman bacanya belum ada dukungan dari pihak pemerintah di Papua. Buku-buku yang mereka sediakan di Perpustakaan Taman Baca diperoleh dari para donatur di luar Papua, seperti dari Jakarta dan Surabaya. Ia berharap, upayanya ini dilirik pemerintah di Tanah Papua untuk menunjang berbagai kebutuhan yang belum ada.
“Taman baca ini saya dirikan dengan modal pribadi dan jemaat, dukungan dari Pertamina Papua, dan beberapa orang baik yang secara sukarela mendukung kami. Guru-guru yang mengajar generasi ini juga mereka bekerja secara sukarela, tidak ada gaji yang saya kasih. Rasa keterpanggilan mereka yang kuat, maka kami masih jalan hari ini dari lima tahun lalu,” katanya.
Rata-rata dari mereka, kata Tebay, yang dididik di Taman Baca Kingmi Eklesia itu, sebagian besarnya merupakan generasi muda Orang Asli Papua (OAP). Tidak ada batasan antara laki-laki dan perempuan, untuk memilih kelas belajar sesuai talenta mereka.
“Misalnya dia perempuan, tapi kalau dia suka musik, kami fasilitasi, kami ajari di setiap pertemuan. Sebaliknya untuk kelas-kelas yang lain tidak dibedakan. Tapi ada perbedaan pengajaran untuk masing-masing usia. Usia anak-anak, remaja, dan dewasa mereka diajari secara terpisah. Intinya mereka diajarkan dari tidak tahu menjadi tahu. Ilmu yang mereka punya bisa dipakai di mana saja, di mana pun mereka pergi nanti,” ujarnya.
Sementara itu, salah satu tenaga pengajar kelas musik, Ruben Bonay mengatakan bukan hanya generasi OAP, anak-anak para anggota jemaat yang non-OAP juga berhak belajar di taman baca tersebut. Tujuannya, agar mereka disiapkan pada jalan yang baik.
“Kami arahkan mereka sejak dini, supaya ketika mereka keluar, bertemu pergaulan di luar, mereka ini mampu menyaring berbagai relasi dan situasi yang dihadapi,” katanya.
Bonay yang ditugaskan mengajarkan musik kepada pemain pemula itu menjelaskan, tingginya antusias para generasi muda untuk belajar, menjadi semangat mereka untuk terus melaksanakan program-program pendidikan di taman baca itu. (*)
Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!