Jayapura, Jubi – Kepala Bidang Pembinaan SMA/SMK Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Jayapura, Nur Jaya, mengatakan peserta didik saat ini dihadapkan dengan tantangan krisis mental.
“Anak yang tidak bisa menghalau segala hal persoalan yang terjadi pada mereka mengalami krisis mental. Ini menjadi pekerjaan rumah terutama guru-guru BK sebagai pionir pembinaan mental anak,” ujar Nur Jaya di Jayapura, Selasa (21/11/2023).
Dikatakannya, meskipun tidak semua peserta didik terutama jenjang SMA dan SMK mengalami krisis mental dalam menghadapi derasnya tantangan hidup, hal ini menjadi perhatian serius agar anak tidak terjerumus ke dalam hal-hal yang tidak diinginkan seperti bunuh diri.
“Mental anak yang terganggu tidak hanya mengancam kondisi fisik tapi juga psikisnya, sehingga sering dijumpai anak yang memilih mengakhiri hidupnya akibat tidak bisa membendung mental yang dialami,” ujarnya.
Guru-guru BK bisa menjadi tempat anak-anak berbicara, tidak hanya pada saat mereka punya masalah tapi mereka sadar bahwa anak membutuhkan guru BK demi mendapatian dukungan.
“Jadi ruang BK ini fungsinya memang untuk tempat anak-anak bisa berbagi cerita, jangan sampai image anak-anak kita bahwa ruang BK itu untuk anak-anak yang melakukan pelanggaran. Hal itu yang kita ingin hilangkan, sehingga slogan bahwa rumah kedua itu ada di sekolah dapat diwujudkan,” ujarnya.
Nur Jaya berharap dewan guru termasuk guru BK, wali kelas, dan kepala sekolah bersama-sama dengan orang tua dapat bekerja sama untuk bisa membawa anak-anak tidak hanya sukses secara intelektual dan akademik, tapi juga emosional dan spiritual.
“Supaya anak-anak kita juga tetap ada dalam menghadapi persoalan-persoalan dengan baik, karena berada di lingkungan yang benar-benar ada saat mereka butuhkan. Hal ini tentu saja berdampak positif terhadap kualitas belajar dan mengajar mereka,” ujarnya.
Nur Jaya menambahkan, terkait dengan bimbingan teknis asesmen minat dan bakat serta penggunaan riasech di sekolah guna mempersiapkan peserta didik kelas 12 atau kelas 3 baik jenjang SMA dan SMK, agar memiliki arah yang tepat saat meninggalkan.
“Anak-anak kelas 12 ini kan sebentar lagi meninggalkan bangku sekolah dan akan menuju ke perguruan tinggi ataupun dunia kerja. Nah, tentunya mereka butuh stimulan jurusan-jurusan yang akan dipilih gitu. Jadi pada saat mereka keluar sudah siap,” katanya. (*)