Jayapura, Jubi – Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika atau BBMKG Wilayah V Jayapura menyatakan bencana banjir, tanah longsor, dan pohon tumbang banyak terjadi di Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, dan Kabupaten Keerom.
“Hujan paling tinggi itu ada di Timika dan Nabire. Tapi justru bencana lebih banyak terjadi di Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, dan Keerom,” ujar Ketua Tim Layanan Meteorologi Publik BBMKG Wilayah V Jayapura, Ezri Ronsumbre, saat ditemui Jubi di kantornya, Jumat (2/2/2024).
Ronsumbre menyatakan jumlah curah hujan bulanan dan karakteristik hujan tertinggi di Timika, diikuti Kabupaten Nabire, Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, dan Kabupaten Boven Digoel. Selain wilayah tersebut, curah hujan di wilayah lain di Papua rata-rata berintensitas rendah.
“Data dari BPBD [Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Provinsi Papua] wilayah-wilayah dalam peringkat bencana tertinggi nomor satu adalah Kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura, diikuti Keerom, [dan] Nabire,” ujarnya.
Ronsumbre menyatakan bencana seperti tanah longsor, banjir, dan pohon tumbang tersebut berhubungan dengan karakteristik dan kondisi lingkungan terkait bagaimana kemampuan lingkungan untuk merespons kejadian-kejadian ekstrem.
Lebih lanjut dia mengatakan pembangunan di Kota dan Kabupaten Jayapura sangat berkembang pesat namun sayangnya tanpa mempertimbangkan aspek lingkungan seperti pembangunan di daerah resapan air, pembabatan tutupan lahan, dan penebangan pohon serta penggundulan hutan.
”Pembangunan-pembangunan ini bagus tapi kadang orang bangun sesuka hati dengan tidak mempertimbangkan kondisi tata guna lahan dan mempertimbangkan risiko-risikonya, akhirnya orang membangun di tempat yang tidak seharusnya [seperti] mengurangi daerah-daerah resapan air, kemudian banyak daerah tutupan lahan yang ditebang,” ujarnya.
Belum lagi dengan masalah drainase atau got-got yang tersumbat dengan sampah dan lain sebagainya.
“Akhirnya sudah, hujan sedikit di Abe [Abepura] saja air keluar dari got di [Supermarket] Saga itu selesai, air semuanya,” ujarnya.
Ronsumbre berharap pemerintah dalam menggencarkan pembangunan di Tanah Papua, terutama Pemerintah Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, dan Kabupaten Keerom dapat mengatur tata kelola lingkungan dengan baik untuk mencegah dampak-dampak seperti, banjir, tanah longsor, pohon tumbang, dan bencana alam lainnya akibat cuaca ekstrem, terutama pada puncak musim penghujan.
“Jadi sebenarnya, selama kita punya pemerintah bisa mengatur tata kelola lingkungan dengan baik saya pikir dampak-dampak yang signifikan itu sebenarnya bisa diminimalisir,” ujarnya.
Menurutnya, wilayah-wilayah yang memiliki dua musim, yakni musim hujan dan musim kemarau, seperti Kota Jayapura, Kabupaten Jayapura, Kabupaten Keerom, Kabupaten Nabire, Kabupaten Merauke, dan Kabupaten Jayawijaya dan sekitarnya, telah memasuki puncak musim penghujan hingga Maret 2024 mendatang, dan hujan lebat akan terus terjadi. (*)
Discussion about this post