Merauke, Jubi – Gelombang protes terhadap matinya jaringan internet 4G Telkomsel di Kabupaten Merauke, Papua Selatan kembali terjadi setelah beberapa hari sebelumnya unjuk rasa dilakukan oleh Komunitas Wartawan Daerah – KWD Papua Selatan di Kantor Telkom di Merauke.
Kali ini pada Kamis (11/1/2024), kelompok mahasiswa yang menamakan diri Aliansi Mahasiswa – Masyarakat menggelar demonstrasi besar-besaran di Kantor Bupati Merauke dan Kantor Telkom setempat.
Di depan gerbang kantor bupati, sempat terjadi ketegangan massa dengan petugas Satpol PP yang menghalangi para pedemo masuk halaman kantor bupati. Kurang lebih setengah jam baru mahasiswa diizinkan masuk untuk orasi dan berdialog dengan pejabat di sana.
Di hadapan pelaksana harian Sekda Merauke, Yustina Sianturi dan sejumlah pejabat yang menerima massa, mahasiswa mengajukan tiga tuntutan utama yakni menuntut layanan WiFi gratis selama jaringan internet mati, mendesak Pemerintah Provinsi Papua Selatan dan Pemkab Merauke untuk menghadirkan provider lain, dan segera melakukan pemulihan jaringan internet dalam bulan ini.
“Persoalan matinya jaringan internet di Merauke sudah tujuh kali terjadi. September 2023 lalu, saat jaringan internet mati kami melakukan demonstrasi. Hari ini kami datang kembali (setelah jaringan internet mati di awal Januari 2024), berbicara kembali soal jaringan internet dan sekaligus menagih janji pemerintah daerah untuk memasukkan provider lain,” kata Korlap Aliansi Mahasiswa – Masyarakat, Rizky Pattiasina dalam orasinya.
Pattiasina menyatakan masyarakat Kabupaten Merauke dan sekitarnya mengalami kerugian yang besar akibat gangguan internet. Kerugian itu bukan hanya sekali, tapi berulangkali, seiring dengan matinya jaringan 4G Telkomsel yang tercatat tujuh kali berturut-turut. Masyarakat rugi karena sebagian besar orang mengandalkan jaringan internet dalam dunia usaha maupun dalam sektor pekerjaan lainnya.
“Kami juga akan bergerak ke Telkom meminta kepastian PT Telkom terkait perbaikan jaringan internet ini. Kami juga meminta ganti rugi masyarakat akibat gangguan jaringan internet, dan Telkom harus memberikan WiFi gratis kepada masyarakat. Masyarakat sudah geram karena merasa ditipu berulangkali,” ujarnya.
Salah seorang orator dari perwakilan ojek online di Merauke menyatakan bahwa mereka tidak memiliki pendapatan selama jaringan internet di Merauke mati. Gangguan jaringan internet di Merauke telah terjadi berulangkali, dan pemerintah dianggap gagal mendorong sektor telekomunikasi di daerah tersebut.
“Kami tidak punya pendapatan dengan matinya jaringan internet. Gangguan internet yang berulang kali ini menunjukkan pemerintah tidak mampu mengurus persoalan ini. Telkom hanya monopoli dan pemerintah tidak mampu hadirkan provider lain,” kata dia.
“Hidup kami sehari-hari sebagai ojek online, pendapatan kami tergantung jaringan internet. Begitu juga pelaku usaha lainnya, masyarakat sangat rugi akibat gangguan internet ini, kami menuntut pemerintah dan Telkom untuk ganti rugi terhadap masyarakat,” tutupnya.
Sementara Plh Sekda Merauke, Yustina Sianturi mengatakan di zaman digitalisasi, semua urusan menggunakan sistem dan mengandalkan jaringan internet. Dampak gangguan internet di Merauke dirasakan oleh semua kalangan, termasuk pemerintah.
Pemerintah daerah, kata Sianturi, telah melakukan sejumlah tindakan untuk mengatasi persoalan internet di sana. Salah satunya pemerintah daerah Merauke telah menyediakan dua lahan di sana untuk Indosat beroperasi di sana. Pemerintah juga menyiapkan 18 titik atau lokasi untuk memancing provider lain masuk memberikan layanan di Merauke.
“Lokasi semuanya sudah siap. Berita gembiranya bahwa sudah dilakukan survei langsung oleh pihak Indosat. Itu upaya-upaya yang dilakukan pemerintah. Apa yang menjadi tuntutan mahasiswa masyarakat hari ini telah kami rangkum dan siap kami sampaikan langsung ke bupati,” kata Sianturi.
Dari kantor bupati, massa bergerak ke Kantor Telkom yang berjarak kurang lebih 500 meter. Di sana, unjuk rasa Aliansi Mahasiswa – Masyarakat diwarnai dengan aksi pembakaran ban bekas. Massa juga menghujani Kantor Telkom dengan batu.
Akibat tindakan tersebut, nyaris terjadi bentrok antara mahasiswa dan polisi yang mengawal aksi massa tersebut. Namun kondisi ini dapat diredam oleh aparat keamanan maupun koordinator aksi. Sejumlah koordinator aksi pun kembali beorasi, kendati pimpinan Telkom belum muncul menemui pedemo. (*/Emanuel Riberu)
Discussion about this post