Merauke, Jubi – Jalan utama ke Kampung Kaliki, Distrik Kurik, Kabupaten Merauke, Papua Selatan sangat memprihatinkan. Jalan yang tidak sepenuhnya beraspal itu dalam kondisi rusak parah, berlubang dan berlumpur. Dalam musim hujan, jalan itu tidak dapat dilalui kendaraan roda empat.
Kepala Kampung Kaliki, Timotius Balagaize kepada Jubi di Kampung Kurik, Senin (8/5/2023) mengungkapkan, jalan yang rusak itu menghambat berbagai aktivitas, terutamaย pelayanan pendidikan, kesehatan dan ekonomi masyarakat di sana.
“Aktivitas pendidikan keseharian berjalan biasa. Hanya saja kendala jalan ini membuat guru-guru datang terlambat. Anak-anak harus mengikuti pelajaran dari jam 07.00, tapi molor hingga jam 10.00 – 11.00 siang. Jalan rusak parah, sulit lewat dengan motor apalagi musim hujan sekarang ini,” kata Balagaize.
Balagaize menyebut di Kampung Kaliki terdapat 127 kepala keluarga dengan penduduk sejumlah 531 jiwa. Jalan masuk ke Kaliki dari pusat distrik kurang lebih 15 kilometer. Jalan tersebut tidak sepenuhnya beraspal, sehingga di musim hujan jalan itu sangat sulit untuk dilewati.
“Di Kaliki ada satu sekolah dasar yakni SD YPPK Kaliki dan satu PAUD. Untuk SMP dan SMA, anak-anak kami harus ke Kurik. Jaraknya sekitar 15 kilometer. Dengan kondisi jalan saat ini, tentu sangat sulit bagi anak-anak kami” ujarnya.
Balagaize mengungkapkan masalah jalan rusak itu tidak hanya menghambat aktivitas pendidikan di sana, tapi juga berdampak terhadap layanan kesehatan dan perkembangan ekonomi masyarakat. Warga Kaliki tidak dapat memasarkan hasil alam dan perkebunan keluar karena kondisi jalan yang tidak mendukung.
“Di Kaliki ada 6 guru SD, tapi hanya kepala sekolah yang menetap di kampung, sedangkan para gurunya setiap hari bolak-balik ke Kaliki. Tapi kalau musim hujan begini, tentu susah juga mereka (guru) mau datang mengajar. Perrsoalan jalan ini menghambat sektor lainnya selain pendidikan. Perkembangan ekonomi di kampung berjalan sangat lambat, karena warga kami tidak bisa keluar menjual hasil pertanian dan hutan,” ujarnya.
Balagaize mengatakan, pemerintah kampung dan masyarakat di sana setiap tahun mengusulkan pembangunan jalan ke Kaliki melalui kegiatan musrenbang tingkat kampung dan distrik. Namun hingga kini belum ada sentuhan atau perhatian pemerintah terkait jalan di kampung itu.
“Baik dari aparatur kampung maupun dari tokoh agama dan tokoh adat selalu usulkan dalam setiap kesempatan musrenbang. Kami selalu bersuara agar jalan dibangun, tapi harapan kami belum terpenuhi. Kami sangat menginginkan jalan ini menjadi baik sehingga berbagai persoalan di Kaliki sedikit demi sedikit bisa teratasi. Terutama berkaitan dengan pelayanan pendidikan, kesehatan dan peningkatan ekonomi masyarakat,” tuturnya.
Terkait pendidikan juga, kata Balagaize, masyarakat di sana berharap agar pemerintah dapat merekrut anak-anak muda di kampung setempat menjadi guru honor. Hal ini untuk mengantisipasi kekosongan guru bila terjadi kendala dalam pendidikan.
“Banyak anak-anak kami yang sudah menyelesaikan pendidikan tinggi. Kami berharap mereka diberdayakan sebagai guru honor. Jika guru-guru dari luar tidak masuk karena kendala jalan, maka ada guru-guru honor yang bisa membekap,” kata dia.
Balagaize menambahkan bahwa pemerintah kampung dapat mengalokasikan dana kampung untuk pembiayaan guru honor di sana. Namun mengingat dana kampung yang terbatas dan banyak program yang harus dijalankan, maka pemerintah kampung sangat membutuhkan bantuan pemerintah daerah.
“Dana kampung yang ada pelaksanaannya sesuai juklak dan juknis yang ada. Kami membiayai program-program yang memang sudah direncanakan, karenanya meminta dukungan pemerintah untuk guru-guru honor,” ujarnya.
“Dana kampung untuk pendidikan ada, tapi itu kami programkan untuk pembangunan PAUD. Tahun ini kami telah bangun satu PAUD dan memberikan pembiayaan pendidikannya,” tutup Balagaize. (*)