Sentani, Jubi – Asurri Fish Club (AFC) merupakan Kelompok Usaha Bersama dari Kampung Tarvia, Distrik Demta, Kabupaten Jayapura. AFC mengolah ikan tuna asap untuk kebutuhan pangan masyarakat di Distrik Demta hingga ke luar.
Pembina AFC, Jimmy Fitowin menjelaskan bahwa ikan tuna asap ini diolah secara alami dan dikemas tanpa bahan pengawet, namun mampu bertahan selama enam bulan.
“Ikan tuna lokal diambil dari laut Demta oleh masyarakat, kemudian ikan tuna yang berukuran besar itu dipisahkan dagingnya dari tulang dan kepalanya, kemudian diasap dalam wadah oven khusus dengan menggunakan bahan bakar alami berupa batok kelapa yang telah dibakar,” ujarnya, saat ditemui di Sentani, Rabu (8/6/2022).
Menurutnya, stok ikan di Demta cukup banyak akan tetapi untuk membawanya ke Kota Sentani atau ke Pasar Pharaa dan Hamadi di Kota Jayapura, sangat jauh jaraknya. Setibanya di pasar, kondisi ikan sudah hancur atau tidak segar lagi.
“Formulasi ikan asap tanpa pengawet dan hanya menggunakan batok kelapa, kami dapatkan informasinya dari Badan Pengelola Perikanan Kota Ambon yang merupakan penyuplai olahan ikan asap ke berbagai daerah di Indonesia,” katanya.
AFC didirikan sejak 2019 lalu dan awalnya terkendala dalam permodalan untuk pengadaan oven dan bahan plastik sebagai kemasan. Namun saat ini, setelah berbagai langkah maju dan dukungan sejumlah pihak, dalam hal ini Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Jayapura, usaha ikap tuna asap ini sudah berjalan dan menyuplai ke beberpa tempat-tempat penjualan di kota seperti Saga Mall, serta sejumlah mini market di Kota Sentani yang telah bekerja sama dengan AFC.
“Ketersediaan ikan melalui nelayan tangkap lokal di Kampung Tarvia, satu kemasan olahan ikan asap kami hargai 100 ribu rupiah. Dan 50 ekor ikan tuna besar bisa menghasilkan 100 kemasan yang siap saji, selama ada stok ikan tuna maka setiap hari ada 25-50 kemasan dari satu oven. Ke depan jika ada tambahan oven maka hasil kemasan setiap hari bisa bertambah,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Jayapura, Rudi Saragih mengatakan selain bantuan kapal bagi nelayan tangkap, ada juga Kelompok Usaha Bersama nelayan yang diberikan pelatihan serta bantuan, untuk dapat mengolah kembali hasil tangkapan ikan.
“Ada yang kita bantu oven untuk asar ikan, ada juga waring untuk keramba, dan kapal ikan. Selain itu, ada juga pembentukan Badan Usaha Koperasi yang nantinya hasil olahan ikan asap bahkan ikan mentahnya, bisa dijual melalui koperasi. Modal awal, dinas berikan sebagai perangsang, dan selanjutnya dalam tahap pembinaan hingga pengurus bisa mandiri,” katanya. (*)
Discussion about this post