Jayapura, Jubi – Sekretaris Daerah Kabupaten Jayapura Hana S Hikoyabi mewakili Pemerintah Kabupaten Jayapura meresmikan ‘Kebun Tuli Yotoro’ yang dikelola Komunitas Tuli Jayapura (KTJ) bersama Pemuda Yotoro Kampung Kwadeware di Kampung Kwadeware, Distrik Waibu, Kabupaten Jayapura, Papua, Senin (25/9/2023).
Peresmian itu secara simbolis ditandai dengan penarikan tirai yang menutup plang ‘Kebun Tuli Yotoro’ oleh Sekda Hana S Hikoyabi didampingi Kepala Dinas Pertanian dan Holtikultura Kabupaten Jayapura David A Zakaria. Kemudian dilanjutkan dengan penanaman bibit jagung secara simbolis oleh kedua pejabat.
Hadir juga pada acara itu Papua Koordinator Samdhana Institute Piter Roki Alosius, Ketua Pemuda Yotoro Julianto Anton Vans Marweri, dan pengurus Komunitas Tuli Jayapura (KTJ).
Sekda Hana S Hikoyabi saat memberikan sambutan menyampaikan dukungan Pemkab Jayapura. Ia mendorong warga Kampung Kwadeware untuk meniru kegiatan yang sudah dilakukan Pemuda Yotoro bersama Komunitas Tuli Jayapura.
“Buat teman-teman dengar, jangan bermalas-malasan, harus meniru semangat dari teman-teman Tuli dan Pemuda Yotoro, semangat untuk mengerjakan kebun ini dengan tangan sendiri,” katanya.
Perwakilan Komunitas Tuli Jayapura, David didampingi didampingi juru bicara isyarat Naomi menjelaskan proses awal penggarapan kebun tersebut.
“Kami teman-teman tuli dan teman-teman dengar [beberapa pemuda Yotoro] sama-sama mengerjakan kebun ini, mulai dari membabat rumput, kemudian menggemburkan tanah dengan traktor, dan juga penanaman bibit jagung,” katanya.
Ketua Pemuda Yotoro Julianto Anton Vans Marweri mengatakan luas kebun itu 2 hektare dan bibit yang ditanam adalah jagung dan tanaman kelor.
Papua Koordinator Samdhana Institute Piter Roki Alosius menjelaskan kebun tersebut dibuat karena inisiasi dari Komunitas Noken Mamta. Komunitas Noken Mamta yang didukung Samdhana Institute merupakan tempat bergabung beberapa komunitas, salah satunya Komunitas Tuli Jayapura (KTJ).
Kegiatan ‘Kebun Tuli Yotoro’, katanya, sebagai upaya pentingnya pemanfaat lahan untuk berkebun dan memudahkan masyarakat di Kampung Kwadeware dan menolong warga dalam mengkonsumsi sayuran dari kebun sendiri. Lahan tidur yang dikelola dapat juga menolong perekonomian warga.
“Kalau kita hitung-hitung berdasarkan informasi dari Kepala Dinas Pertanian dan Holtikultura Kabupaten Jayapura, lahan dua hektare kalau ditanami jagung sekali panen dalam satu tahun bisa menghasilkan 20 ton,” katanya.
Roki juga menjelaskan latar belakang kegiatan Samdhana Insitute di Papua dan Komunitas Noken Mamta. Samdhana yang berkantor di Bogor merupakan komunitas aktivis dan praktisi yang bekerja bersama masyarakat adat dan komunitas lokal, berkolaborasi dengan gerakan masyarakat sipil, menginspirasi, memelihara, dan menumbuhkan komunitas tangguh untuk keadilan sosial dan lingkungan di Asia Tenggara.
Di Papua, Samdhana mendorong berdirinya Komunitas Noken Mamta yang salah satu kegiatannya adalah Menoken. Menoken adalah tindakan merajut dan membangun wadah untuk menyambungkan komunitas, produk, pengetahuan, dan solidaritas.
“Dengan filosofi noken yang berisikan kasih kerahiman, rajutan solidaritas, kekuatan dalam kelenturan, kedayagunaan, keterbukaan, dan memelihara kehidupan,” katanya.
Kegiatan Menoken adalah kegiatan yang selalu bersifat informal, fleksibel, mengutamakan persahabatan, berkumpul, kemping, memasak dan makan bersama, bertukar cerita dan pengetahuan, menyanyi dan menari dan menikmati seni budaya bersama-sama, menjalin semangat, dan solidaritas.
Penoken adalah semua orang yang terlibat, berbagi pengetahuan dan kegembiraan, saling mendukung dalam kasih.
“Menoken bukan berarti buat-buat noken, tapi filosofi dari Menoken adalah bagaimana menggerakkan kembali semangat atau nilai-nilai noken yang selama ini sudah dipahami dan selama ini sudah diangkat oleh teman-teman dari komunitas noken,” katanya.
Kebetulan, kata Roki, kegiatan pertama Komunitas Noken Mamta dilakukan di Kampung Kwadeware, yaitu di Bukit Yotoro pada 2021. Kurang-lebih 30 komunitas hadir pada kegiatan di Bukit Yotoro itu. “Kegiatan menoken [waktu itu] lebih kepada yang happy-happy, seperti kemping, bernyanyi, dan bercerita dengan Komunitas Noken Mamta,” katanya.
Dari kegiatan Menoken itu lahirlah Janji Yotoro, di mana salah satunya bagaimana orang-orang di komunitas bisa berkontribusi dalam penyelamatan lingkungan dan gerakan-gerakan lainnya. Juga juga salah satunya berbagi noken, di mana ada nilai kebersamaan, konektivitas, dan nilai kerahiman atau kehidupan.
Kegiatan pertama yang disepakati waktu itu adalah bagaimana menghijaukan Yotoro. Kondisi Yotoro di mana-mana terjadi pengikisan dan juga longsor.
“Jadi jika memang tidak ada upaya-upaya yang lebih bagus, bisa kemungkinan 10 atau 15 tahun berikut Yotoro sudah tidak ada, karena terus terjadi pengikisan,” ujarnya. (*)