Jayapura, Jubi – Jari jemari kedua tangan Stephani Woen tampak lincah membentuk abjad demi abjad merangkai menjadi kalimat. Kalimat itu lalu diucapkan dengan bantuan juru bahasa isyarat, Mayawi Fringkreu.
Memakai bahasa isyarat, Stephani bercerita tentang Komunitas Tuli Jayapura. Stephani merupakan Ketua Komunitas Tuli Jayapura. Stephani adalah penyandang tuli. Ia hanya bisa berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat atau gestur tubuh.
Komunitas Tuli Jayapura dibentuk pada 2018. Komunitas ini dibentuk Stephani bersama tiga temannya sesama penyandang tuli. Empat tahun berdiri komunitas ini telah memiliki 26 anggota.
Stephani menuturkan dari 26 anggota di antaranya yang bekerja dua orang, enam orang masih sekolah, sepuluh orang pernah berpartisipasi pada Peparnas 2022 lalu, dan lainnya menganggur.
Stephani menyatakan dulu sebelum ada komunitas ia sering di rumah saja. Kini dengan adanya komunitas mereka sering terlibat dalam berbagai kegiatan, seperti peringatan Hari Sumpah Pemuda, berkemah, penanaman pohon, dan kegiatan sosial lainnya.
“Kami senang bisa ikut kegiatan bersama-sama. Melalui kegiatan-kegiatan kami belajar hal baru,” kata Fringkeu menerjemahkan maksud Stephani kepada wartawan.
Stephani menuturkan sangat terbantu dengan komunitas tuli ini. Tak hanya sebagai wadah untuk sesama penyandang tuli, akan tetapi melalui komunitas ini mereka membuka kelas bahasa isyarat. Tujuannya agar semakin banyak orang belajar bahasa isyarat dan semakin banyak teman.
“Kelas bahasa isyarat terbuka untuk umum. Bisa daftar lewat [akun] Instagram kami,” ujar Stephani.
Stephani menyatakan walaupun menghadapi kesulitan tidak serta merta membuat mereka menyerah. Ia menuturkan saat ini sedang mencarikan pekerja bagi teman-temannya. Mereka sudah pernah berbicara dengan sebuah supermarket di Jayapura agar bisa dipekerjakan. Ia berharap pihak supermarket bisa mempekerjakan mereka.“Kami masih menunggu panggilan dari pihak supermarket itu,” ujarnya.
Stephani menuturkan di antara sesama mereka terkadang masih kesulitan berkomunikasi karena keterbatasan dalam referensi diksi atau kosa kata. Oleh karena itu mereka sangat membutuhkan juru bahasa isyarat.
Saat ini penyandang tuli di Jayapura hanya dibantu satu juru bahasa isyarat. Namun, juru bahasa isyarat itu sudah tidak sering bersama mereka lagi sebab sudah berkeluarga.
“Ada juru bahasa isyarat Mba Dewi tapi sudah berkeluarga jadi sibuk,” kata Stephani.
Stephani berharap Pemerintah Kota Jayapura dapat memfasilitasi dengan menyediakan juru bahasa isyarat. Selain itu penyandang tuli juga membutuhkan informasi visual atau tulisan pada fasilitas publik yang ada di Kota Jayapura.
“Informasi yang dipasang harus ada teks [tulisan] supaya teman-teman penyandang tuli paham,” katanya.
Salah satu Juru bahas isyarat, Naomi menyatakan teman-teman tuli membutuhkan juru bahasa isyarat. Serta teman tuli butuh lebih banyak ruang interaksi bersama teman-teman dengar untuk menambah wawasan dan pengalaman teman-teman tuli.
Naomi menuturkan teman-teman tuli selalu semangat dan kompak saat berkegiatan bersama-sama dengan menoken. Dengan begitu mereka mendapatkan banyak pengalaman melalui kegiatan menoken.
“Persiapan acara ulang tahun Sabtu [17/9/2022) lalu total enam bulan kami bersama-sama bangun konsep acara, pembiayaan, dan pelaksanaan acara kami diskusikan semua bersama sama,” ujarnya.
Naomi menyatakan teman-teman tuli banyak yang berbakat dan mampu melakukan banyak hal. Mereka hanya kurang ekplorasi banyak hal dan kekurangan ruang atau wadah untuk unjuk bakat dan kemampuan.
“Saya sudah bersama mereka berkegiatan bersama-sama lebih dari setahun. Dan kesulitan lain hanya berkomunikasi pastinya normal sama seperti berkomunikasi dengan orang dengan bahasa lain terkadang miskomunikasi,” kata Naomi kepada Jubi melalui pesan whatsapp, pada Jumat (23/9/2022).
Asisten III Bidang Administrasi Umum Kota Jayapura, Amos Salosa, menyatakan komunitas tuli merupakan komunitas yang paling efektif untuk membentuk karakter generasi muda Indonesia khususnya di Kota Jayapura Provinsi Papua yang sepakat dipahami oleh komunitas tuli Jayapura.
“Meskipun memiliki keterbatasan tetapi mereka mampu menunjukkan kehadirannya di Kota Jayapura sebagai bagian dari masyarakat yang tidak berkekurangan,” kata Salosa kepada kepada wartawan dalam perayaan ulang tahun ke-4 Komunitas Tuli Jayapura, pada Sabtu, 17 September 2022.
Salosa menyatakan Pemerintah Kota Jayapura sangat mendukung keberadaan Komunitas Tuli Jayapura. Pemerintah Kota Jayapura, kata Salosa, mengajak komunitas tuli dan komunitas lainnya yang ada di Kota Jayapura dapat bersinergi dan berkesinambungan untuk kemajuan Kota Jayapura.
“Kami berharap agar masyarakat dan pemangku kepentingan dapat bekerja sama dengan Komunitas Tuli Jayapura untuk bersama-sama membangun komunitas ini sehingga Komunitas Tuli Jayapura akan lebih maju dan berkembang,” ujarnya. (*)