Jayapura, Jubi – Yafeth Wetipo, pengusaha muda asli Papua yang merajut kesuksesannya dari berbisnis kopi. Bisnisnya kini semakin berkembang dan naik kelas berkat usaha “emas hijau” itu.
Yafeth mulai merintis usaha kopi sejak tahun 2014 setelah memutuskan berhenti sebagai dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) di salah satu Universitas swasta di Papua.
Ia memulai dengan menjual biji kopi atau green beans. Usahanya itu mendapatkan respons positif di pasaran.
Lalu pada tahun 2016, Yafeth terus menseriusi usaha kopinya itu dan merintis sangrai kopi dengan pengoperasian secara sederhana menggunakan wajan.
Sejak lama pemuda berusia 34 tahun itu memang sudah berhasrat untuk menekuni bisnis kopi. Ia mulai mengenal kopi dari sang Ayah.
Sebagai putra asli Kurima, Kabupaten Yahukimo, Papua, Yafeth memutuskan terjun di bisnis kopi karena tergerak untuk membantu roda perekonomian para petani kopi di Pegunungan Papua.
Keputusannya meninggalkan profesi dosen tak bertepuk sebelah tangan. Usahanya terus berkembang, hingga pada tahun 2018 ia telah mengoperasikan sangrai kopinya menggunakan mesin.
“Usaha kopi ini saya rintis sejak tahun 2014 sampai saat ini. Awalnya penjualan green beans sampai tahun 2016 mulai merintis sangrai kopi dengan memakai wajan, dan pada 2018 barulah usaha saya memakai mesin sangrai yang properti sampai saat ini,” kata Yafeth kepada Jubi, Senin (30/11/2023).
Highland Roastery, bisnis kopi yang didirikan Yafeth Wetipo itu terus berkembang. Tak hanya melayani penjualan aneka biji kopi dari Pegunungan Papua. Highland Roastery yang terletak di Yoka, Distrik Heram, Kota Jayapura itu kini menjadi pusat pelatihan olah kopi bagi para pemuda Papua.
Naik Kelas
Sejak tahun 2020, Yafeth Wetipo menjadi salah satu mitra binaan PT Pertamina (Persero). Ia mengaku, berkat dukungan Pertamina berupa modal kerja dan pelatihan yang diberikan, ia bisa terus mengembangkan usahanya.
“Saya menjadi binaan PT Pertamina pada tahun 2020 silam, ada beberapa dukungan yang saya dapat yaitu modal kerja dan pelatihan. Dan semua sangat berguna bagi perkembangan usaha saya saat ini. Sampai sekarang saya masih menjadi mitra Pertamina,” kata Yafeth.
Pada tahun 2021 Yafeth Wetipo dinyatakan naik kelas, lewat UMK Academy Pertamina yang merupakan program pembinaan usaha mikro dan kecil yang dilakukan secara terstruktur, berjenjang, dan terintegrasi sesuai dengan kebutuhan dan harapan para mitra binaan.
Dari program tersebut, usaha yang digarap Yafeth naik kelas ke Go Online yang berfokus pada perluasan pasar dengan menggunakan online platform.
“Jadi dari program UMK academy naik kelas yang saya dapat yaitu Go online. Nah, pada program ini kami dilatih selama satu tahun guna memaksimalkan digital marketing untuk penjualan,” ujarnya.
Yafeth mengungkapkan, lewat program UMK Acdemy Pertamina ia mendapatkan banyak manfaat, mulai dari pengetahuan terkait pemasaran secara online hingga proses pelatihan yang dirasa sangat baik dengan metode one on one.
Vice President Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso menyampaikan UMK Academy Pertamina dirancang untuk mencetak UMK naik kelas yang mampu meningkatkan produktivitas sesuai dengan semangat Sustainable Development Goals (SDGs) untuk pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
“Dengan Pertamina UMK academy kami berharap dapat meningkatkan kualitas dan kemampuan UMK agar dapat bersaing secara lebih efektif di pasar,” kata Fadjar lewat keterangan tertulis.
Sebagai BUMN, PT Pertamina memiliki program pendanaan UMK yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri sekaligus memberikan multiplier effect bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Untuk mendukung UMKM naik kelas, Pertamina melakukan pembenahan yang lebih terstruktur melalui penyelenggaraan kurikulum UMKM yang terdiri dari beberapa tahapan modul, yaitu tahapan Go Modern, Go Digital, Go Online dan Go Global.
Area Manager Communication, Relation & CSR PT Pertamina Patra Niaga Region Papua Maluku, Eddie Mangun mengatakan pada medio 2021-2023 sudah ada sekitar 6.731 UMKM binaan Pertamina yang naik kelas.
“Program akselerasi dilakukan melalui program Pertamina UMKM Academy dengan Program Go Modern, Go Digital, Go Online atau Go Global. Mitra binaan Pertamina tidak saja mendapatkan support permodalan dan fasilitas peralatan, namun diberikan juga program pembinaan melalui program tersebut,” kata Eddie Mangun kepada Jubi.
Menduniakan Kopi Papua
Usaha yang digeluti Yafeth Wetipo untuk ikut mengangkat roda perekonomian petani kopi Papua perlahan memberikan dampak positif.
“Dampak positif yaitu dalam memenuhi kebutuhan keluarga, dapat membantu memasarkan produk petani sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani dan memperkenalkan kopi papua ke banyak orang,” kata Yafeth.
Ia juga berharap dapat menjadi inspirasi bagi pemuda Papua untuk ikut berkontribusi dalam memperkenalkan kopi Papua ke seluruh Indonesia hingga mancanegara.
“Kami mengintervensi anak muda agar meneruskan apa yang sudah dijalankan oleh orang tua mereka, tetapi juga bisa menjadi informasi yang bagus ke kampung tentang perkembangan kopi yang cepat,” ujarnya.
“Harapan saya juga banyak anak muda yang bisa maju dan berkembang dengan mengelola sumber daya alam yang kita miliki saat ini baik lewat komoditas unggulan maupun komuditas yang lain.”
Hingga sekarang, kopi yang dipasarkan oleh Yafeth sudah tersebar ke sebagian besar wilayah Indonesia. Ia masih bercita-cita memperluas ekspansi bisnis kopi-nya hingga ke luar negeri agar bisa membuka lahan pekerjaan bagi banyak orang.
“Kami sudah memasarkan ke hampir semua provinsi di indonesia. Kami datangkan kopi-kopi dari Lanny Jaya, Yahukimo, Pegunugan Bintang, dan Kabupaten Jayawijaya. Mimpi besar kami adalah mengekspor kopi ke luar negri agar bisa memperkerjakan banyak orang untuk kebun, produksi maupun Coffee Shop,” katanya.
Dari berbagai jenis kopi Indonesia, kopi Papua kini menjadi salah satu yang dicari oleh penikmat kopi dunia. Ada banyak varian kopi Papua, baik dari jenis arabica maupun robusta.
Salah satu varietas kopi adalah kopi lembah baliem, yang ditanam di Wamena. Kopi ini memiliki sejarah panjang dan mulai diperkenalkan oleh Dinas Pertanian Belanda di era 1960-an. Bila menengok sejarahnya, kopi wamena yang ditanam di ketinggian 1.400-2.700 meter di atas permukaan laut (mdpl) di Pegunungan Tengah Papua itu merupakan varietas kopi arabica terbaik dan berkualitas tinggi. (*)
Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!