Jayapura, Jubi – Pendokumentasian bahasa dalam bentuk kamus merupakan salah satu cara untuk membantu pemerintah dan masyarakat dalam melakukan pelestarian bahasa daerah.
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Jayapura melalui Bidang Kebudayaan bekerja sama dengan FKIP Universitas Cenderawasih Jayapura Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia membuat kamus bahasa daerah khususnya di Kampung Skouw Yambe, Skouw Mabo, dan Skouw Sae.
“Penulisan kamus bahasa Skouw dengan begitu kebanggaan menggunakan bahasa daerah dapat segera tumbuh dan upaya mempertahankan bahasa dapat berlangsung dengan baik,” ujar Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Jayapura, Grace Linda Yoku, di Kantor Wali Kota Jayapura, Jumat (14/7/2023).
Kepunahan bahasa, bukan hanya sekedar hilangnya alat komunikasi, tapi juga nilai-nilai budaya dan pengetahuan lokal yang terkandung dalam bahasa.
Selain itu, lanjut Grace Yoku, ketakutan akan kepunahan bahasa-bahasa minoritas sangat penting untuk dikaji. Sebab, sesuai dengan diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945, Bab XIII Pasal 32 Ayat 2, disebutkan bahwa negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional.
“Menargetkan 800 kata dan dokumen digital dalam bentuk flashdisk. Bahasa Skouw ini termasuk bahasa yang sulit dalam penyebutannya, dan selama ini belum ada tulisan yang dibuat secara lengkap tentang bahasa Skouw,” ujarnya.
“Jadi, kami harus cepat untuk melestarikan agar jangan sampai bahasa ini punah dan generasi berikut tidak bisa mengucapkan bahasa mereka sendiri,” sambungannya.
Narasumber, lanjut Grace Yoku, yang menyampaikan atau pengucapan bahasa Skouw dengan baik dan benar sudah meninggal, sehingga yang ada di kampung-kampung tersisa 2 persen yang masih hidup.
“Ini program dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Jayapura. Rencana bukan hanya kamus bahasa Skouw, tapi juga kamus bahasa di kampung lainnya di Kota Jayapura,” ujarnya.
Grace Yoku menambahkan upaya penulisan kamus bahasa Skouw bukan hanya pelestarian bahasa daerah tapi juga pemajuan kebudayaan tentang makanan tradisional, pengobatan tradisional, permainan tradisional, dan mata pencaharian masyarakat di masing-masing kampung.
“Kami berusaha untuk melestarikan bahasa menggunakan bahasa masing-masing dalam kehidupan sehari-hari, sehingga bahasa daerah atau bahasa ibu tidak punah,” jelasnya.
Ketua Tim Peneliti Kamus Bahasa Skouw, Henry Ch. Iwong, mengatakan tujuan penulisan kamus bahasa Skouw, yaitu untuk mendokumentasikan bahasa Skouw, untuk membantu para pemakai mengenal kata-kata baru dan maknanya.
“Untuk memuat kata dilengkapi kalimat, penggunaannya serta cara-cara mengucapkan kata dan kalimat tersebut, dan menerangkan asal kata serta contoh penggunaannya,” ujarnya.
Tahapan yang sudah dikerjakan, lanjut Henry Iwong, yaitu observasi (sudah melakukan studi sosiolinguistik singkat), kajian literatur (sudah mengumpulkan penelitian terdahulu dan sudah menemukan huruf-huruf dalam bahasa Skouw).
Selain itu, lanjut Henry Iwong yang juga Dosen di FKIP Uncen Jayapura Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, tahapan berikutnya adakah survei (akan melakukan survei berupa pengumpulan data awal yaitu 800 kata dan sudah membuat alat pengumpulan data awal).
“Tinggal orang tua yang dapat berbahasa. Generasi muda dan anak-anak tidak dapat berbahasa. Penelitian ini akan mendata jumlah penutur aktif bahasa Skouw yang pasti,” jelasnya.
Henry Iwong menambahkan huruf-huruf dalam Bahasa Skouw (berdasarkan kajian literatur), yaitu 15 konsonan (b, p, m, f, t, n, I, S, r, y, h, k, j, w, ng) dan 15 vokal (a, á, à, e, é, è, u, ú, ù, o, 6, ò, i, í, ì).
“Terdapat pola suku kata, yaitu pola V, pola KV, pola KVK, dan pola KKV serta nada pada vokal, yaitu vokal [a, i, u, e, o], naik [a’, i’, u’, e’, o’] dan turun [a’, i’, u’, e’, o’]. Harapan kami agar pelestarian bahasa daerah ini dapat diturunkan dari generasi ke generasi,” jelasnya.
Tim peneliti kamus bahasa Skouw adalah Henry Ch. Iwong, Grace J.M. Mantiri, Meggy Merlin Mokay, Dra. Tri Handayani, dan Dr. Yunus Wafom. (*)