Merauke, Jubi – Sedikitnya 40 kelompok pelaku usaha ekonomi kreatif di Kabupaten Merauke, menerima bantuan peralatan kerja antara lain kulkas, frezeer, mesin pengemas bungkusan, dan kompor dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Merauke, Papua.
Sumber anggaran bantuan peralatan kerja tersebut dari dana otonomi khusus (Otsus) Papua dan dana alokasi umum (DAU) tahun anggaran 2022.
Bantuan diserahkan langsung oleh Bupati Merauke, Romanus Mbaraka kepada perwakilan kelompok usaha ekonomi kreatif di aula Noken Sai Merauke, Rabu (30/11/2022).
“Tahun depan, kita akan dorong lagi bantuan usaha untuk pelaku ekonomi kreatif, dan kita harapkan pelaku usaha harus serius dan mampu bertumbuh serta mengembangkan produksinya. Ada 40 kelompok, kalau dihitung-hitung sekitar Rp200 juta dapat digeser dari dana Otsus dan DAU,” kata Romanus Mbaraka.
Mbaraka menyatakan, pemerintah daerah Kabupaten Merauke bakal memprogramkan lagi bantuan kepada pelaku usaha ekonomi kreatif pada 2023 mendatang, mengingat permintaan pasar di wilayah tersebut terus meningkat. Apalagi saat ini Merauke menjadi ibu kota Provinsi Papua Selatan.
“Pasar di Merauke sekarang lagi terbuka lebar, apalagi sudah jadi provinsi. Dalam setahun ini saja, kita kedatangan banyak tamu. Dan salah satu contoh peluang di sektor ekonomi kreatif ialah hampir semua pejabat yang datang itu pesan madu kopos. Madu asli yang diproduksi pelaku usaha orang asli Papua di Kampung Yanggandur, Distrik Sota,” kata Mbaraka.
“Khasiat madu ini sangat bagus dan baik untuk kesehatan. Saya harapkan pelaku usaha madu ini dapat menjaga kualitas produknya, memperbaiki kemasan dan juga mampu mencari pasar. Jangan menunggu pemerintah saja yang cari pasar. Manfaatkan media sosial yang ada untuk mempromosikan hasil produksi,” sambungnya.
Mbaraka mengakui potensi wisata alam di Kabupaten Merauke masih sangat kurang. Sehingga yang perlu ditonjolkan ke depan adalah hasil produksi unggulan, seperti kuliner, sarang semut, minyak kayu putih dan juga madu kopos dari Yanggandur.
“Keunggulan daerah kita banyak, tapi bapak ibu yang kerja, tidak bisa pemerintah melakukan intervensi lebih jauh. Itu nanti sulit. Pemerintah mendorong dengan memberi fasilitas, pendampingan dan pembinaan. Selanjutnya harus mandiri. Terutama orang asli Papua, harus tunjukkan jati diri bahwa orang Papua juga bisa dalam dunia usaha,” katanya.
Sementara, Kepala Bidang Ekonomi Kreatif pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Merauke, Thadeus Warayaan menyatakan bantuan yang diberikan berupa peralatan kerja dan bahan-bahan penunjang. Bantuan diberikan sesuai kebutuhan para pelaku usaha.
“Dari 40 kelompok ini, 30 kelompok mendapat bantuan dengan sumber dana Otsus. 30 kelompok ini 100 persen penerimanya adalah kelompok ekonomi kreatif orang asli Papua. Sisanya 10 kelompok bersumber dari dana DAU, dan diperuntukan bagi pelaku usaha ekonomi kreatif warga nusantara,” kata Thadeus.
Ia menambahkan, Bidang Ekonomi Kreatif Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Merauke memperoleh alokasi dana Otsus sebesar Rp300 juta di tahun 2022. Dana tersebut telah digunakan untuk pengadaan bantuan peralatan kerja dan bahan penunjang bagi kelompok usaha ekonomi kreatif.
“Bantuan yang diberikan tidak berupa uang, melainkan berupa peralatan kerja dan bahan penunjang untuk mendukung kegiatan usaha kelompok ekonomi kreatif. Sebelumnya kami melakukan survei dan pendataan dulu, sehingga bantuan menjadi lebih tepat sasaran,” ujarnya. (*)