Jayapura, Jubi-Kiribati jadi negara merdeka pada 12 Juli 1979 dari Inggris, sehingga bentuk pemerintahaannya masuk dalam Persemakmuran Inggris. Sebelumnya negara ini dikuasai Inggris dan Amerika Serikat sejak 1939.
Sejak Jepang menghancurkan pangkalan militer Amerika Serikat di Pearl Harbour, Honolulu Hawai, 7 Desember 1941, maka saat itu pula Amerika Serikat terlibat dalam Perang Dunia Kedua. Pasalnya Jepang sudah menguasai hampir sebagian besar wilayah di Asia dan Pasifik mulai dari Gualdacanal Kepulauan Solomon, Bougainville, Lae Papua Nugini dan Hollandia Nederlands Nieuw Guinea, 22 April 1944. General Douglas Mac Arthur menempatkan Base F di Fischaven, Lae, Base G di Hollandia dan Base H di Biak Nederlands Nieuw Guinea.
Kalau pertempuran Gualdacanal diperingati pada Agustus 2022, maka Kiribati merayakannya pada November 2022 dengan ulang tahun ke 79 “Pertempuran Tarawa” di ibukota Kiribarti sekarang.
Mengutip laman newsletter.visitkiribati.travel menyebutkan, upacara peringatan 79 tahun Pertempuran Tarawa dilakukan di monumen peringatan Perang Dunia 2(WW2) Amerika Serikat ( AS ) di Betio, Tarawa Selatan pada Selasa 22 November 2022.
Pertempuran Tarawa adalah salah satu pertempuran pertama dalam Perang Pasifik selama Perang Dunia 2 dan berlangsung antara 20 – 23 November 1943. Pada akhir kampanye ini, hampir 6.400 orang Jepang, Korea, dan Amerika tewas di pulau kecil Betio dalam 76 jam pertempuran. Tak heran kalau wilayah ini mendapat julukan sebagai pertempuran paling berdarah selama Perang Dunia 2.
Upacara peringatan dimulai dengan sambutan tradisional dari para tetua Betio, diikuti dengan upacara peringatan yang mengharukan dipimpin oleh Wakil Moderator Gereja Bersatu Kiribati Pendeta Tioti Timon.
Dalam pidatonya, Presiden Republik Kiribati, Yang Mulia Taneti Maamau mengatakan “istri saya dan saya sangat senang bergabung dengan Anda hari ini untuk memberi penghormatan kepada Prajurit dan wanita AS, yang telah dengan berani berjuang untuk perdamaian dan harmoni. “Sementara sejarah tidak dapat diubah, keberanian, keberanian, dan tekad tanpa pamrih dari yang jatuh dan yang selamat harus selamanya diakui dan dihormati,”katanya.
“Dengan mengingat, dengan menceritakan kisah-kisah kita, kita berharap bahwa warisan mereka menjadi sumber inspirasi bagi bangsa-bangsa untuk menjalin perdamaian satu sama lain.”
Tak ketinggalan delegasi dari Kedutaan Besar AS di Suva Fiji juga hadir dalam peringatan ini. Delegasi AS dipimpin oleh Atase Angkatan Darat Letnan Kolonel John Paul A Smock, Komisaris Tinggi Selandia Baru untuk Kiribati, H.E. Andre Van Der Walt, Wakil Komisaris Tinggi Australia, Timothy Gill, Wakil Walikota Betio, pejabat pemerintah dan tetua masyarakat.
Letnan Kolonel John Paul A Smock, mengakui peringatan tersebut mengatakan hari ini, Amerika Serikat meningkatkan komitmennya terhadap Kiribati dan Pasifik Biru. “ Saya bersyukur kepada Tuhan bahwa saya cukup istimewa untuk menjadi bagian dari upaya itu. Masa lalu kita bersama menyatukan kita, dan masa depan kita bersama hanya akan membuat kita lebih kuat,”katanya.
Dia juga berterima kasih kepada semua orang yang hadir untuk waktu mereka hari ini dan atas kesempatan untuk mengingat mereka yang memberi begitu banyak dalam perjuangan kebebasan.
Momentum ini menjadi ajang penting bagi pengembangan wisata sejarah Perang Pasifik di Kiribati. Acara ditutup dengan rekreasi yang dilayani oleh staf dan manajemen Otoritas Pariwisata Kiribati (*)