Wamena, Jubi – Gabungan kelompok tani atau gapoktan Nitnen Nithesik yang artinya ‘dari kita untuk kita’ di Distrik Walesi Kabupaten Jayawijaya menggelar musyawarah umum anggota atau MUA ke-1 di kantor Kampung Walesi, pada Selasa (29/11/2022).
Perwakilan Bank Papua Cabang Wamena, Kanexsius Iba, selaku fasilitator menyatakan kegiatan tersebut merupakan lanjutan dari program sebelumnya yang telah dilakukan dua bulan.
“Tujuan utamanya kegiatan ini, pertama, untuk mendukung pemerintah dalam hal pemberdayaan masyarakat. Kedua, meningkatkan ekonomi masyarakat. Ketiga, meningkatkan kapasitas masyarakat itu sendiri serta mengembalikan budaya yang sebelumnya memiliki kualitas yang baik maka hal itu yang kita mencoba kembali untuk mengembalikan budaya itu,” katanya.
Program yang dikembangkan, salah satunya di bidang pertanian, kata Kanexsius Iba, adalah penanaman kedelai oleh tiga kelompok masyarakat yaitu ibu-ibu janda bersatu atau IB-JABER , siekelek, orang muda Katolik Paroki Santo Paulus Walesi atau OMK-PSPW, dengan total anggota 105 orang.
“Tahapan selanjutnya adalah membangun konsolidasi bersama masyarakat agar mereka itu optimis dan terus mengembangkan usahanya. Apa yang kita bangun dari awal ini agar hasilnya sesuai apa yang kita targetkan,” katanya.
Iba menambahkan sasaran dan target ke depannya adalah kelompok ini memiliki pondasi yang kuat dan solid untuk menata ekonomi masyarakat yang lebih baik, serta memiliki garis koordinasi satu arah agar bisa menjadi pro model bagi pemerintah daerah maupun pada masyarakat umumnya.
Iba berharap ke depanya agar di Distrik Walesi bisa memproduksi kedelai untuk mencukupi kebutuhan di daerah maupun sampai ke nasional.
Di tempat yang sama, Amatus Yelipele selaku ketua umum dari gabungan tiga kelompok tani itu, menyatakan musyawarah umum anggota dengan tujuan mempersatukan atau mengakomodir masyarakat yang sementara ini berjalan hidup tanpa arah.
“Kami menemukan beberapa masalah utamanya adalah terkait dengan persoalan ekonomi produktif,” kata Amatus Yelipele.
“Kami melihat dari kebiasaan atau tradisi kehidupan masyarakat yang ada di Wamena melalui bercocok tanam maka hal itu yang menjadi fokus utama untuk dikembangkan,” sambungnya.
Amatus menjelaskan kelompok ini dibentuk tahun 2018 silam dengan anggota 10 orang. Awal usahanya analah menanam keladi sehingga pernah menghasilkan uang Rp20 juta.
“Kami bentuk dua kelompok lagi untuk melanjutkan dan mengembangkan usaha ini,” jelasnya.
Lebih lanjut Amatus menyatakan saat ini pihaknya sedang mengembangkan bibit kedelai sebagai percontohan dengan modal nekat dan sebagai modal awal mereka menggunakan dana sumbangan suka rela dari anggota kelompok.
Amantus juga menambahkan,dalam usaha ketiga kelompok ini didukung Bank Papua Cabang Wamena dengan memfasilitasi bibit dan memberikan arahan atau dorongan untuk tumbuh kembang usaha ini. (*)