Wamena, Jubi – Setelah sempat vakum hampir delapan tahun lamanya, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kabupaten Jayawijaya menggelar Konferensi XXII untuk menentukan pengurus dan program kerja baru.
Ketua Panitia Konferensi, Monika Wally mengatakan, hal ini dilakukan guna memperkuat kembali PGRI yang selama ini vakum, serta mempersatukan semua pendidik dan tenaga kependidikan yang ada di Jayawijaya.
“Nantinya kami akan mengadakan pleno-pleno untuk membahas program kerja ke depan, namun intinya untuk memilih pengurus PGRI baru periode 2022-2026,” katanya.
Menurutnya, kevakuman yang terjadi karena pengurus PGRI sebelumnya ada yang telah meninggal dunia dan berpindah tugas. Untuk itu, konferensi dilakukan agar ada pengurus yang menaungi wadah para guru dan tenaga kependidikan di seluruh Jayawijaya ini.
“Dengan pemilihan pengurus baru, nantinya diharapkan ada program-program kerja dalam rekomendasi setiap pleno yang dilakukan demi organisasi ini hingga 2026 mendatang,” kata Monika Wally.
Sekretaris Daerah Jayawijaya, Thony M. Mayor berharap konferensi ini dapat memberikan rekomendasi-rekomendasi yang akan digunakan sebagai rujukan, untuk memajukan pendidikan di Jayawijaya.
“Rekomendasi yang akan diberikan melalui dinas terkait untuk merancang program dan kegiatan, dan mengatasi permasalahan pendidikan di Jayawijaya. Melalui momen ini seluruh PGRI dapat duduk bersama berunding tentang perkembangan pendidikan di Jayawijaya,” katanya.
Ia berharap selain adanya rekomendasi yang memperjuangkan tentang hak-hak setiap guru, diharapkan ada pula tentang kewajiban dari anggota PGRI itu sendiri, terutama guru di seluruh Jayawijaya.
“Tugas utama seorang guru yaitu mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik mulai
dari PAUD sampai pendidikan menengah. Permasalahan pendidikan di Jayawijaya sangat kompleks, sehingga diharapkan persoalan ini harus diangkat pada konferensi dalam bentuk rekomendasi,” kata Thony Mayor.
Sementara itu, Sekretaris Dinas Pendidikan Jayawijaya, Bambang Budiandoyo menyebut PGRI sebagai wadah atau organisasi profesi yang
mewadahi guru dan tenaga kependidikan, mempunyai peranan yang penting dan strategis sepanjang perjalanannya.
“Saat ini tugas dan tanggung jawab guru bukan semakin mudah tantangannya, melainkan lebih sulit jika dibandingkan masa lampau awal
berdirinya PGRI,” ucap Bambang.
Seperti dicontohkannya pada era globalisasi dan digitaliasi saat ini, banyak orang tua yang menyekolahkan anaknya kemudian menuntut seorang guru bisa menyesuaikan diri, dengan kemajuan zaman saat ini.
“Baik itu seperti penguasaan terhadap Informasi Teknologi (IT), ini menjadi penting, sedangkan belum semua guru kita memahami literasi IT dengan baik, sehingga itu adalah tantangannya,” katanya. (*)
Discussion about this post