Enarotali, Jubi – Mahasiswa Papua yang tergabung dalam Petisi Rakyat Papua (PRP) Sekber Kota Bandung, Jawa Barat, melakukan aksi penolakan pembentukan Daerah Otonomi Baru (DOB) di atas Tanah Papua. Aksi tersebut dilaksanakan di depan Gedung Merdeka, Jalan Asia-Afrika, Bandung, Jawa Barat, Senin (18/4/2022).
Massa membentangkan sejumlah pamflet dan poster bertuliskan “Tolak Daerah Otonomi Baru (DOB) di Seluruh Tanah Papua dan Berikan Hak Menentukan Nasib Sendiri Sebagai Solusi Demokratis bagi Bangsa West Papua”.
Koordinator lapangan, Amos Jikwa mengatakan, rakyat Papua yang masih tersisa sadar akan penindasan, serta bagaimana masa depan alam dan orang Papua.
“Kami menyatakan sikap bahwa kami menolak rencana pembentukan Daerah Otonomi Baru yang sedang diupayakan oleh elite politik Papua dan Pemerintah Pusat di Jakarta,” kata Amos Jikwa kepada Jubi melalui keterangannya, Selasa (19/4/2022).
Ia menegaskan, rencana pembentukan tiga provinsi baru di atas Tanah Papua, tidak terlepas dari kepentingan eksploitasi sumber daya alam dan manusia, dengan memarginalisasi orang Papua yang akan menjadi masalah dalam ketersediaan tenaga produktif di daerah yang baru dibentuk.
“Salah satu dampaknya adalah politik sukuisme akan meningkat akibat dari politik pecah belah antara manusia Papua sendiri,” katanya.
Bukan hanya DOB yang ditolak, kata dia, rakyat Papua dari Sorong sampai Merauke dengan tegas mengutuk keras kehadiran negara Indonesia di atas Tanah Papua, karena dianggap ilegal.
“Sebab tanggal 1 Mei 1963 itu Indonesia melakukan aneksasi Papua ke dalam Indonesia. Dan mereka melakukan banyak cara untuk mempertahankan hegemoni mereka di atas Tanah Papua,” ujarnya.
Juru bicara PRP Bandung, Ake Kosay mengatakan, aksi penyampaian aspirasi telah berjalan lancar, sampai mereka kembali ke asrama Mahasiswa Papua Kamasan II Cilaki Bandung dengan tertib.
“DOB ini akan membuka penambahan markas militer yakni TNI, Polri, Brimob, Paskhas dan lainnya di Tanah Papua. Sampai hari ini orang Papua masih trauma akibat operasi militer yang dilakukan di Nduga, Puncak, Maybrat, Intan Jaya, Kiwirok, Aifat, Yahukimo dan beberapa daerah lainnya di Tanah Papua.”
“Dampak DOB akan ada banyak transmigrasi dan kepunahan ras Melanesia, dan identitas sebagai Orang Asli Papua semakin menuju ke gerbang pemusnahan,” tambah Kosay. (*)
Discussion about this post