Jayapura, Jubi – Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut atau ISPA dan malaria paling dominan diderita masyarakat pada dua distrik yakni Distrik Sentani Timur dan Distrik Waibhu, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua.
“Paling banyak penyakit ISPA, saya belum dapat laporan, karena teman-teman baru masuk kantor, biasanya tanggal 10 nanti baru ada data validnya,” kata Kepala Puskesmas UPTD Kampung Harapan, Distrik Sentani Timur, dr Hanover Budianto pada Jumat (5/1/2024).
Menurut dokter Budianto rata-rata per tahun jumlah kasus malaria selama 2023 sebanyak 240 kasus per 1000 orang. dr Budianto mengatakan sepanjang 2023 di antara 10 kasus warga yang dilayani, ada dua kasus yang paling banyak yaitu ISPA dan malaria. Selain itu penyakit lain yang ditangani seperti jaringan sendi/otot, diare, infeksi kulit (jamur/bakteri), kurang darah, sakit gigi, cacingan, luka seperti robek atau iritasi.
Menurutnya, dua kasus tersebut dipengaruhi oleh faktor lingkungan. “Seperti tahun 2020, penularan Covid-19, walaupun belum tentu Covid-19, serta perilaku masyarakat menjaga higienis, seperti cuci tangan dan memakai masker untuk mencegah debu yang masuk [saluran pernapasan],” ujarnya.
Begitu pun, dengan malaria, lingkungan juga mempengaruhi hal tersebut. “Contohnya, nyamuk itu biasa beroperasi mencari makan sekitar sore hingga malam. Sedangkan di waktu tersebut, kita masih berkegiatan di luar sehingga mudah tergigit nyamuk,” katanya.
Penyakit ini biasanya ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles yang terinfeksi . Nyamuk yang terinfeksi membawa parasit Plasmodium. Budianto menambahkan untuk mencegah malaria, pihaknya biasa membagikan kelambu ke masyarakat. Sayangnya, kelambu tidak digunakan.
Ia mengatakan puskesmas yang dipimpinnya itu melayani sekitar 14 ribu sampai 15 ribu pengunjung tiap tahun.
Pelayanan dimulai pada jam 8 pagi untuk loket, biasanya paling lambat pukul 8.15 pagi hingga pukul 2 siang waktu Papua. Untuk Poli umum Senin hingga Sabtu. Namun bila ada yang ingin berobat bisa ke instalasi gawat darurat atau IGD yang buka 7 hari kali 24 jam.
Begitu pun di UPTD Puskesmas Waibhu, pada 2022, penyakit ISPA paling tinggi ditemukan kemudian untuk tahun 2023, malaria untuk periode Januari- Juni 2023.
Hal itu dikatakan Kepala UPTD Puskesmas Waibhu Denny D. Pelamonia, SKM di ruang kerjanya pada Kamis (4/1/2024).
“Sementara yang baru direkap Januari – Juni 2023, malaria terbanyak, untuk data pastinya sementara masih dikumpulkan, nanti minggu depan,” katanya.
Selanjutnya, untuk jumlah pengunjung puskesmas periode Januari – Juni 2023 sebanyak 12.304 kunjungan. Namun sama halnya dengan kasus yang dominan, yakni ISPA dan malaria. Dokter Pelamonia mengatakan jumlah pengunjung puskesmas secara keseluruhan sejak Januari – Desember 2023 masih sementara dikerjakan.
Puskesmas Waibu 2022, penyakit paling banyak ISPA, selain berefe dari sisa kasus Covid-19. pada 2023, kasus penyakit paling banyak adalah malaria. Pelamonia menyatakan, disamping faktor gigitan nyamuk. Faktor lainnya yaitu pola hidup masyarakat dan faktor cuaca di Papua yang tidak menentu. Perubahan pancaroba berpotensi mempengaruhi gangguan saluran pernapasan.
“Masyarakat biasa kalau datang ke sini [puskesmas] langsung bilang malaria, padahal belum periksa,” katanya.
“Cuaca di Papua ini tiba-tiba panas, tiba-tiba hujan, tiba-tiba panas lagi,” ujarnya.
Ia mengaku untuk enam bulan terakhir belum direkap karena masih ada proses akreditasi. “Masih sementara dikerjakan untuk di setiap penangggunh jawabnya,” katanya.
Dokter Pelamonia merinci tahun lalu dalam enam bulan pertama jumlah kunjungan warga berobat adalah sebagai berikut Januari 1.624 orang, Februari sejumlah 2.084, pada Maret berjumlah 1.943, April jumlah kunjungan 1.835. Pada Mei warga yang berobat 2.364, lalu pada Juni jumlahnya 2.421 dengan total 12.304 kunjungan warga menerima pelayanan kesehatan. (*)