Jayapura, Jubi – Yayasan Papua Mandiri atau YAPMI menggelar diskusi untuk aksi antisipasi bencana kekeringan, embun beku hingga banjir di Distrik Agandugume Kabupaten Puncak, Papua Tengah. Diskusi itu digelar bersama pelajar dan mahasiswa di kota studi Jayapura asal Distrik Agandugume yang berlangsung di Asrama Agandugume, Waena Kampung, Distrik Heram, Kota Jayapura, Papua pada Selasa, (17/10/2023).
Ketua YAPMI, Keliopas Moay mengatakan diskusi itu sebagai bentuk sosialisasi untuk antisipasi bencana, bersama mahasiswa asal Distrik Agandugume, Distrik Lambewi dan Distrik Oneri, Kabupaten Puncak, Papua Tengah.
“Bencana kekeringan dan fenomena embun beku selalu terjadi periodik pada pertengahan tahun dari Mei-Agustus di Distrik Agandugume, Distrik Lambewi dan Distrik Oneri. Jadi kami lakukan diskusi ini supaya anak-anak asli (ketiga distrik) situ melakukan penanganan pertama jika terjadi bencana,” kata Moay kepada Jubi di sela-sela kegiatan di Asrama Agandugume, Waena Kampung, Distrik Heram, Kota Jayapura, Papua pada Selasa, (17/10/2023).
Keliopas Moay menuturkan diskusi tersebut bertujuan untuk mendapat masukan terkait kebijakan serta strategi penanganan bencana kekeringan di wilayah terdampak bencana tersebut.
“Karena mereka anak-anak muda (terpelajar) dari wilayah tersebut, maka diskusi ini diharapkan akan memberikan pandangan serta rancangan mitigasi berbasis kearifan lokal sebagai upaya bersama yang terintegrasi dengan program Pemerintah Daerah Puncak dan pemerintah distrik,” ujarnya.
Ketua Ikatan Pelajar Mahasiswa Agandugume atau IPMA kota studi Jayapura, Jekson Tabuni, yang ikut hadir pada diskusi tersebut berharap melalui mitigasi dan penanganan bersama dengan YAPMI akan dapat mengurangi dampak pada warga.
“Kami menyampaikan terimakasih kepada Yayasan Papua Mandiri yang berinisiatif tangani (mengantisipasi) bencana ini dan peduli terhadap orang tua kami. Kami berharap YAPMI terus menyokong kami untuk mengurangi dampak terjadinya korban di tahun mendatang di distrik kami,” kata mahasiswa Universitas Cenderawasih itu.
Diskusi berlangsung dengan antusias. Peserta dibagi kedalam tiga kelompok, kemudian setiap kelompok melakukan presentasi, dilanjutkan dengan tanya jawab.
Dari hasil diskusi ditemukan layanan pendidikan, kesehatan, dan air bersih semakin terkendala pasca bencana. Diskusi itu menghasilkan asesmen agar selama 4-6 bulan kedepan YAPMI melakukan intervensi terhadap aspek-aspek layanan tersebut dan mengambil langkah-langkah strategis dan teknis sesuai sumberdaya yang ada, termasuk menjembatani komunikasi dengan pemerintah untuk keberlanjutannya.
Bentuk mitigasinya antara lain dengan membangun sistem peringatan dini, memberikan pelatihan pertolongan pertama pada korban, dan membangun sistem penyimpanan pangan.
Mahasiswa asli asal Agandugume akan dilibatkan sebagai pelaksana teknis lapangan. YAPMI akan menyediakan sumberdaya sesuai dengan kemampuan yang ada. Mereka berharap pemerintah dapat mendukung keberlanjutan program itu ke depan.
Diskusi yang berlangsung dari pukul 17.00-19.00 WP itu dihadiri puluhan mahasiswa Distrik Agandugume di Asrama Agandugume, Waena Kampung, Distrik Heram, Kota Jayapura.
Sebelumnya, pada bulan Agustus 2023 lalu tim respon darurat YAPMI turut memberikan bantuan kepada warga Distrik Agandugume yang menjadi korban bencana kekeringan, embun beku, dan banjir pada Juni 2023.
Selain mendistribusikan bantuan berupa logistik, tim YAPMI juga melakukan asesmen penanganan bencana kekeringan dan aspek pelayanan lainnya.
Bencana di Distrik Agandugume, Lambewi dan Oneri, Kabupaten Puncak yang baru lalu itu berdampak buruk pada kebun dan hasil kebun warga, sumber air bersih, bahkan mengakibatkan korban jiwa karena sakit dan kelaparan.
Kawasan Agandugume adalah daerah rawa, sehingga sering terjadi banjir ketika hujan deras. Banjir ini terjadi biasanya usai kekeringan, embun beku lalu berujung banjir. Air biasanya tergenang di tanaman Ubi di ladang yang mengakibatkan gagal panen, sehingga terjadi kelaparan yang merenggut nyawa. (*)