Jayapura, Jubi – Wakil Rektor III Universitas Mataram Dr Sujita ST MT menyatakan pihaknya tidak melarang berfoto ataupun mengusir Yordan Nyamuk Karunggu, Naldo, dan Tombol dari kampus Universitas Mataram. Sujita menyatakan Universitas Mataram atau Unram sangat menghormati dan menghargai mahasiswa Papua.
Hal ini disampaikan Sujita untuk menanggapi pernyataan Karunggu yang menyebut pihak kampus melarangnya berfoto serta mengusir Karunggu, Naldo, dan Tombol dari lingkungan kampus Unram gara-gara membawa poster Bintang Kejora. “Unram sangat menghormati dan menyayangi anak-anak dari Papua,” kata Sujita melalui panggilan telepon pada Rabu (2/3/2023) malam.
Sebelumnya, Yordan Nyamuk Karunggu menyatakan ia dan dua orang temannya dilarang berfoto dan diusir dari lingkungan kampus Unram di Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, saat hendak merayakan keberhasilan Karunggu mengikuti yudisium Fakultas Hukum Unram pada Selasa (1/8/2023). Ketiga mahasiswa asal Papua itu dilarang berfoto dan diusir dari kampus gara-gara membawa poster Bintang Kejora.
Meskipun membantah adanya pelarangan berfoto dan pengusiran itu, Sujita menyatakan tindakan Karunggu telah menyimpang dari norma hukum di Indonesia, serta mencoreng nama Universitas Mataram. Sujita menyatakan Karunggu pernah mengibarkan bendera Bintang Kejora pada 2022.
“[Tindakan] saudara Nyamuk itu terlalu menyimpang dari norma hukum di Indonesia. Pernah kejadian, [dia] mengibarkan Bintang Kejora pada 2022, di halaman kampus. Akhirnya kami dipersalahkan. [Tindakan itu] sangat mencoreng bangsa kita. Unram adalah universitas negeri, maka kami lawan [tindakan itu] karena mencoreng nama bangsa Indonesia,” ujarnya.
Sujita menyatakan Karunggu sebagai mahasiswa penerima beasiswa ADik tidak seharusnya membawa poster Bintang Kejora. Menurut Sujita, sebaiknya Karunggu fokus berkuliah agar saat pulang bisa membangun Papua.
“Saya keras, karena hendak menunjukan kecintaan kami terhadap mahasiswa Papua. Supaya mahasiswa Papua bisa belajar dengan baik dan kembali membangun Papua. [Mereka] dididik di sini kan tujuannya untuk membangun dan memimpin Papua,” katanya.
Sujita menyatakan Unram selalu memperlakukan mahasiswa Papua dengan baik. Sujita menjelaskan ada delapan mahasiswa Papua yang dibebaskan biaya studinya, lantaran belum lulus setelah melewati batas waktu beasiswa ADik.
“Anak-anak Papua yang beasiswanya habis semester sepuluh dan semester 11 [serta] tinggal menyelesaikan skripsi, kami bebaskan [dari kewajiban membayar] Uang Kuliah Tunggal. Itu bentuk kasih sayang [dan penghormatan kami] kepada mereka. Kalau tidak, sudah kami [nyatakan] drop-out,” ujarnya. (*)