Jayapura, Jubi – Papua Football Academy atau PFA telah memilih 30 nama siswa angkatan baru PFA dari pencarian bakat yang dilakukan di tujuh kabupaten/kota. Di antara 30 nama itu terdapat tiga pemain yang berposisi sebagai penjaga gawang atau kiper.
Direktur teknik PFA, Wolfgang Pikal mengatakan seleksi akhir calon siswa PFA berlangsung di di Stadion Mandala, Kota Jayapura, Papua, pada 19 – 22 Juni 2023. “Untuk posisi kiper, kami punya tiga nama yang akan kita bawa ke PFA. Mereka pemain kelahiran tahun 2010,” kata Pikal kepada wartawan.
Mantan asisten pelatih tim nasional Indonesia berkebangsaan Austria itu mengaku kesulitan mencari pemain sepak bola di Tanah Papua yang berposisi penjaga gawang. Menurutnya, pemain sepak bola belia di Tanah Papua cenderung lebih memilih menjadi penyerang atau pemain depan, karena mereka mengidolakan Boaz Solossa.
“Memang di Papua ini kesulitannya mencari kiper. Menurut saya, itu karena belum ada penjaga gawang yang menjadi ikon dan inspirator. Semua [pemain belia di Tanah Papua] mau jadi striker seperti Boaz Solossa,” kata Pikal.
Pelatih kiper PFA, Mohammad Irsadul Anam juga mengakui sulitnya mencari bakat penjaga gawang handal dari Tanah Papua. “Kalau di PFA, itu jelas sebuah tantangan bagi saya. Sewaktu saya melatih di tim yang [lain], rata-rata [penjaga gawangnya] sudah memiliki dasar penjaga gawang,” kata Anam saat dihubungi belum lama ini.
Anam membeberkan tiga penjaga gawang PFA angkatan pertama akan ditempa dari nol, karena belum memahami betul dasar untuk menjadi penjaga gawang. “Mereka awalnya tidak bisa loncat dan terbang. Benar-benar dari nol. Mereka cuma tahu jatuh dan berdiri saja, tanpa tahu bagaimana menempatkan posisi untuk menghalau bola dan seperti apa mereka bersikap saat timnya menyerang dan bertahan,” bebernya.
Saat mengawali pelatihan di PFA, Anam menceritakan anak didiknya sempat terkejut dengan program latihan. Walaupun awalnya mereka menilai latihan itu terlalu berat, kini anak didiknya sudah bersemangat berlatih.
“Mungkin di SSB asalnya latihan mereka tidak spesialis kiper, jadi mereka sempat terkejut dan kaget, ‘kok latihan kiper seperti [itu]’. Tapi mereka suka dengan program latihannya, walaupun memang berat. Mereka melihat latihan kiper itu ternyata tidak hanya sekadar menangkap bola. Saya nilai memang kurang perhatian untuk pelatihan kiper di Papua,” tambahnya. (*)