Jayapura, Jubi – Jhony Roto, pria yang berkeliling Indonesia dengan sepeda, ingin sepeda ontelnya bisa dimuseumkan di Kota Jayapura. Hal itu disampaikan Jhony Roto kepada Jubi ketika ditemui di Rumah Bakau, Jl. Pantai Engros, Tobati, Distrik Jayapura Selatan, Kota Jayapura, Papua pada Senin (11/12/2023).
“Ini perjalanan terakhir saya keliling Indonesia dan awal rencana, saya sudah berniat kalau nanti di perjalanan akhir saya dengan sepeda ontel saya itu di Papua, tepatnya Kota Jayapura, maka saya mau sepeda ontel saya nanti bisa dimuseumkan di Kota Jayapura,” kata Jhony Roto.
Jhony Roto berharap ada pejabat di Kota Jayapura yang mau merespon niat baiknya untuk memuseumkan sepeda ontelnya. “Mungkin bisa di taruh di batas negara [PNG dan Papua], atau di pajang di museum,” ujarnya.
Johny Roto memulai perjalanan dengan sepeda ontel dari Desa Kuala Penaso, Kecamatan talang Mandau, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Kepulauan Riau pada 16 Februari 2019. Ia melakukan perjalanan selama empat tahun sembilan bulan itu dengan mengunjungi 36 provinsi di Indonesia.
Johny menceritakan latar belakangnya melakukan perjalanan berkeliling Indonesia. “Ini adalah nazar saya untuk anak gadis saya yang sedang sakit. Anak saya sudah saya bawa berobat tapi setelah diperiksa anak saya tidak sakit, tapi puji Tuhan anak saya sudah pulih,” katanya.
Nazar adalah janji kepada diri sendiri akan berbuat sesuatu jika maksud tercapai. Ia bernazar untuk berkeliling Indonesia dengan sepeda ontelnya. “Saya juga bernazar untuk Bapak Joko Widodo saat itu yang mau mencalonkan lagi sebagai capres,” kata Jhony.
Bapak empat orang anak ini sangat ramah dan banyak membagikan kisahnya selama perjalanan. Ia mengatakan ada beberapa tempat yang tidak bisa ditebak cuacanya.
“Saya waktu di Flores cuacanya tidak bisa ditebak datang panas, panas sekali, kalau hujan dingin sekali. Kalau di Papua itu di Timika cuacanya aneh buat saya, karena lagi cerah tapi tiba-tiba saja hujan deras,” ujarnya.
“Dalam perjalanan saya juga ketemu banyak orang dari berbagai suku, ras, dan kebiasaan-kebiasaan mereka sehari-hari. Ada yang cuek, ada yang ramah ke saya, kalau di Papua orang yang baik banyak sekali,” katanya.
Waktu ia sampai di Kupang ibertepatan dengan Covid-19 dan ‘lock down’. Ia tertahan di sana cukup lama, selama tiga bulan. Selama di Kupang ia dibantu Bagian Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam, Dinas Sosial Pemerintah Provinsi NTT.
“Dinas Sosial Provinsi NTT beri bantuan biskuit, lauk-pauk, mie instan, selimut halus, dan makanan siap saji paket A, Dinas Sosial Kota Kupang juga beri bantuan dalam bentuk uang,” katanya.
Jhony menceritakan sebelum bernazar untuk keliling Indonesia dari Sabang sampai Merauke, ia juga memiliki pengalaman merantau pada masa muda.
“Saya sudah terbiasa merantau, mulai dari saya lajang waktu itu umur 15 tahun saya merantau ke Malaysia jadi pekerja buruh lepas, di sana, di Serawak, saya tinggal selama 16 tahun,” katanya.
Selama perjalanan berkeliling Indonesia, Jhony lebih sering tidur di masjid, di emperan, di hutan, dan di beberapa tempat komunitas yang mau menerimanya untuk bermalam beberapa hari.
“Apa yang saya lakukan ini untuk melihat secara langsung setiap tempat di Nusantara ini, saya juga berbagi kisah dengan setiap orang yang saya temui, mengenal banyak orang, mendengar banyak infomasi, dan berbagai macam orang di negara kita ini,” ujarnya.
Jhony juga berharap sebelum liburan Natal ia bisa melanjutkan perjalanannya ke Merauke. Ia juga berharap saat kembali ke Jawa nanti bisa bertemu dengan Presiden Joko Widodo. (*)