Jayapura, Jubi β Kelompok bersenjata Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat atau TPNPB memperingatkan Penjabat Bupati Nduga, Namia Gwijangge dan Komando Resor Militer 172/Praja Wira Yakthi, Brigjen Juinta Omboh Sembiring untuk tidak memasuki dan membangun wilayah Kampung Alguru yang berada di Distrik Krepkuri, Kabupaten Nduga. Hal itu dinyatakan pimpinan TPNPN Komando Daerah Pertahanan III-Derakma-Ndugama, Egianus Kogoya melalui keterangan pers tertulisnya, Selasa (16/8/2022).
“Kami TPNPB Komando Daerah Pertahanan III-Derakma-Ndugama pada tanggal 13 Agustus 2022 mengeluarkan peringatan atas rencana [Penjabat] Bupati [Nduga], Namia Gwijangge dan Dandrem 172/PWY Brigjen JO Sembiring yang hendak memasuki wilayah Alguru untuk melakukan pembangunan,β demikian keterangan pers tertulis Egianus Kogoya.
Kogoya menyatakan peringatan itu disampaikan sebagai respon atas pertanyaan Gwijangge dan Sembiring pada 11 Agustus 2022, yang menyebut Pemerintah Kabupaten Nduga siap menyeberangi Sungai Kenyam dan membangun Kampung Alguru. Egianus Kogoya menyatakan Alguru merupakan basis pertahanan pasukannnya.
“Kami sebagai penghuni Kampung Alguru menolak agenda pemerintah. Kami pimpinan militer TPNPB-OPM merasa akan berperang melawan militer, tukang bangunan, dan semua pihak yang terlibat. [Kampung] Alguru adalah markas kami satu-satunya. Perang TPNPB-OPM dimulai dari Alguru. Mau buka Kampung Alguru sebagai kampung imigran dengan paksa, [itu sama dengan] mencari masalah baru, dan sengaja buat prongram di daerah merah supaya alokasi dana pemerintah pusat bertambah besar,β kata Kogoya.
Kogoya menegaskan ia dan pasukannya akan mempertahankan wilayah Alguru, dan menyerang siapapun yang memaksa masuk ke kampung itu. βBarang siapa yang merancang dan ingin merebut Markas Kodap III, ingat dua kali lipat terlebih dahulu,Β sebelum anak buah balik dari Alguru dalam keadaan kaku, tanpa nyawa,β ujar Kogoya.
Kogoya mengatakan Kampung Alguru bukan kampung, dan telah lama menjadi persinggahan para pimpinan TPNPB, termasuk mending Kelly Kwalik, Yudas Kogoya, Elmin Silas Kogoya, dan Daud Yiginap Lokbere. “Pimpinan kami sudah wariskan bahwa dari Momugu sampai pintu masuk Danau Habema, tidak boleh dikorek atas nama NKRI. Kali Kenyam sebelah, silahkan pemerintah membangun,β ujarnya.
Kogoya juga mengkritik aparat keamanan yang dinilainya memaksa warga Kenyam untuk direkam dan membuat pernyataan mencintai Indonesia pada 12 Agustus 2022. “Masyarakat dalam keadaan terpaksa sumpah janji cinta Merah Putih, lalu mereka [aparat keamanan] foto dan merekam video. Hal ini dilaporkan terjadi di Kenyam, ibu Kota Kabupaten Nduga,” katanya.
Kogoya mengakui pasukan TNI/Polri telah mengambil alih dan menguasai Bandara Kenyam, rumah sakit, Kantor Bank Papua, seluruh kios dan toko yang ada di Kenyam. Ia menyatakan banyak warga sipil yang melarikan diri dari Kenyam, karena takut diinterogasi aparat keamanan.
“Dengan tegas kami meminta agarΒ [pemerintah] menghentikan segalah upaya [dan] program pembangunan dari pemerintah Indonesia yang mematikan Orang Asli Papua,β ujarnya. Kogoya juga menegaskan pihaknya menolak pembangunan jaringan telekomunikasi di Nduga.
Pada Selasa (16/8/2022), Kepala Kepolisian Daerah atau Kapolda Papua, Irjen Mathius D Fakhiri menyatakan secara umum situasi keamanan di Papua kondusif. Fakhiri menyebut kelompok bersenjata yang dipimpin Egianus Kogoya di Kabupaten Nduga memang telah meninggalkan Kenyam, ibu kota Kabupaten Nduga, dan mundur ke Kampung Alguru.
βSampai saat ini, di beberapa titik lebih kondusif. Kecuali [di] wilayah [Kabupaten] Nduga, meskipun sudah dipastikan kelompok TPNPB sudah mundur ke arah Alguru. Semoga saja Nduga bisa tetap kondusif,β kata Fakhiri di Kota Jayapura, Selasa. (*)