Enarotali, Jubi – Sekretaris Fraksi Bangun Papua DPRP, Alfred Fredy Anouw, meminta kepada Kapolda Papua dan Pangdam Cenderawasih XVII Papua agar segera menarik mundur anggotanya yang dikerahkan di Kabupaten Dogiyai menyusul adanya rentetan kebakaran misterius di sana beberapa hari terakhir.
Anouw yang juga putra daerah Dogiyai mengatakan, pengiriman pasukan Polri, Brimob dan TNI itu berlebihan, seolah Dogiyai sedang terjadi peperangan. Padahal di Dogiyai hanya terjadi rentetan kebakaran yang sejauh ini belum diketahui penyebab dan pelaku.
Atas pengiriman pasukan itu, dikabarkan masyarakat di daerah Kamuu dan Mapia menjadi takut beraktivitas. Pasalnya, setibanya di Dogiyai para aparat keamanan langsung melakukan pawai dengan menggunakan truk milik TNI dan Polri.
Anouw menilai pengerahan pasukan yang berlebihan di sana hanya menimbulkan gejolak berkelanjutan di masyarakat. Pasalnya tidak ada perlawanan militer yang terjadi di sana yang mengharuskan TNI Polri menambah pasukan di sana.
“Ini sangat kami sayangkan, pengerahan pasukan ke sana. Buat apa? Di sana tidak ada masyarakat yang angkat senjata. Kenapa harus ada penambahan pasukan? Cuma kebakaran saja melakukan pengiriman pasukan sangat berlebihan,” kata Alfred Fredy Anouw kepada Jubi, Kamis, (26/5/2022).
Terkait kasus kebakaran di Dogiyai, menurutnya polisi tidak mampu mengungkap tuntas pelakunya dan motif kejadian tersebut.
Bahkan ada spekulasi, lanjut Alfred, rentetan peristiwa itu hanya prakondisi yang sengaja diciptakan aparat, melanggengkan rencana pembentukan Polres dan Kodim yang selama ini ditantang masyarakat.
“Artinya kalau ada pengerahan pasukan di sana, patut diduga ini bentuk intimidasi aparat pada masyarakat. Maka saya meminta agar segera ditarik. Dogiyai bukan area koflik militer. Catat itu,” katanya tegas.
Masyarakat di Dogiyai selama ini hidup berdampingan dengan damai dan tidak ada gejolak yang mengarah pada konflik militer yang membuat perlu penambahan pasukan.
Politisi Partai Garuda ini menegaskan, rakyat Dogiyai menolak pembangunan Polres dan Kodim merupakan bagian dari isi hati rakyat yang langsung disampaikan kepada wakilnya di lembaga DPRD setempat.
Karena itu, lanjut dia, Indonesia sebagai negara demokrasi harus tanggapi secara bijak dan profesional. Jangan tutup keran demokrasi di tanah Papua.
“Jadi tolong ini perhatian pimpinan Polri dan TNI. Jangan memperkeruh suasana di sana dengan aksi-aksi intimidatif seperti ini, persoalan kebakaran itu persoalan biasa yang mestinya tidak perlu penambahan militer yang ibaratnya sedang terjadi peperangan di Kabupaten Dogiyai,” ujarnya.
Ia juga meminta kepada Pemerintah Kabupaten Dogiyai dan Pemerintah Provinsi Papua juga harus turut berperan aktif dalam perlindungan warga negara yang sedang ketakutan.
Kepala Polda Papua, Irjen Mathius D Fakhiri mengaku, pihaknya telah mengirim 1 peleton bantuan personel dari Kabupaten Nabire ke Dogiyai guna melakukan pengamanan di sana.
“Pada Selasa (24/5/2022) besok, saya mengirim 1 peleton pasukan Brimob dari Timika ke Dogiyai, guna melakukan langkah-langkah tegas,” kata Fakhiri.
Dirinya sudah minta segera cari akar persoalan, kenapa bisa terjadi pembakaran selama dua hari berturut-turut. “Semoga sudah ada laporan awal, tapi saya minta dalami lagi,” ujarnya.
Aleks Iyai, salah satu warga Dogiyai mengakui, kota Mowanemani, ibukota Kabupaten Dogiyai menjadi darurat militer. Begitu tiba, aparat keamanan langsung patroli menggunakan truk milik TNI dan Polri.
“Kami di sini takut. Kami sudah bicara supaya kita tidak boleh keluar rumah. Jaga diri dan jaga keluarga masing-masing,” katanya lewat sambungan telepon kepada Jubi, Rabu, (25/5/2022) malam.
Kapolsek Kamuu, Iptu. Michael L. Ayomi yang dikonfirmasi Jubi tak memberikan jawaban. Dua kali telepon biasa dan telepon WhatsApp, tidak memberi respons. (*)
Discussion about this post