Enarotali, Jubi – Belakangan ini Kabupaten Dogiyai dikenal dengan sebutan Kota Api. Pasalnya sejak awal April 2022 hingga kini, kerap terjadi kebakaran terhadap rumah kios mulai dari Mowanemani, Idakebo, Bomomani dan sekitarnya.
Anehnya, rumah kios yang terbakar, hanya milik warga non Papua yang telah lama bermukim di daerah Kamuu dan Mapia.
Data rentetan peristiwa kebakaran “misterius” di Dogiyai yang diperoleh Jubi sebagai berikut; kebakaran pertama terjadi pada Selasa, (3/5/2022) dini hari. Api melahap enam unit bangunan kios dan satu apotek di Kampung Ikebo, Distrik Kamu. Kebakaran kembali terjadi pada Sabtu dini hari (7/05/2022 ) di Pasar Bomonani, Distrik Mapia. Di sana sembilan kios terbakar.
Selanjutnya kembali terjadi terbakar kios pedagang di Idakebo, Kamuu Utara, pada Senin dini hari (9/5/2022). Kemudian, pada tanggal 19 Mei 2022 deretan rumah milik warga pendatang di Kampung Ekemanida, Distrik Kamu, terjadi kebakaran pada pukul 12.00.
Kejadian Minggu, (22/5/2022) malam di antaranya rumah milik warga Toraja samping Polsek Kamuu, Sekretariat KNPB Wilayah Dogiyai, deretan kios di komplek Puskesmas Mowanemani. samping gereja Ebenezer Mowanemani, rumah adat ‘Emaawa’ milik warga Kotopa, sederetan kios di Kampung Ikebo, persimpangan jalan menuju Kamuu Selatan sebelah kiri.
Sejak awal Kepolisian Sektor (Polsek) Kamuu sebagai satu-satunya pihak yang seharusnya mampu menyelidiki penyebab kebakaran. Namun sejauh ini belum pernah terungkap penyebab utama rentetan peristiwa kebakaran itu, apalagi mengetahui pelaku. Demikian pula Pemerintah Kabupaten Dogiyai melalui Badan Penanganan Bencana Daerah (BPBD), dianggap tidak mampu lagi mengungkapkan sebab dan akibat.
Wartawan Jubi melalui melakukan upaya konfirmasi kepada Kepala BPBD Kabupaten Dogiyai, Yanuarius Goo.
Dia mengatakan, pihaknya belum bisa pastikan akibat dari kebakaran selama ini. Pasalnya, pihak korban tidak memberikan data kepada pihaknya, demikian juga pihak BPBD tidak bisa berbuat banyak. Lantaran belum ada fasilitas memadai untuk melakukan penanganan terhadap bencana alam seperti kebakaran yang marak di Dogiyai selama ini.
“Kami belum bisa pastikan data, juga belum tahu penyebab. Karena masyarakat yang korban tidak biasa memberikan data kepada kami,” kata Yanuarius Goo kepada Jubi ketika dikonfirmasi melalui telepon selulernya, Senin, (23/5/2022).
Ia menambahkan, mobil pemadam kebakaran baru tiba di Nabire sehingga dalam waktu dekat akan dibawa naik ke Dogiyai. Diharapkan agar bisa membantu warga. “Tapi kami harap tidak lagi menyebar, cukup yang terjadi saja,” ucapnya.
“Kalau boleh kami jujur, rentetan kebakaran ini arahnya ke politik saja. Ya politik pro kontra dengan masyarakat Dogiyai tidak menginginkan Mapolres hadir di Dogiyai dan lainnya,” katanya.
Kapolsek Kamuu, Iptu Michael L. Ayomi yang dikonfirmasi Jubi melalui pesan WhatsApp untuk meminta data dan akibat dari rentetan kebakaran itu. Tapi dia justru ia menyarankan agar menghubungi Kapolres Dogiyai yang baru.
“Oh iya dix (adik), wartawan, minta maaf sa kira komandan dong, maaf sementara kami ada kirim ke kapolres jadi nanti dix coba konsul dg kapolres saja, tolong dimengerti kk tarabisa komen,” balas Kapolsek Kamuu, Iptu Michael L. Ayomi.
Sebanyak dua kali wartawan Jubi meminta nomor Handphone (WhatsApp) Kapolres Dogiyai yang baru, namun tidak berbuah tanggapan. Sekalipun pesan chat WA tercentang biru, tanda oesan sudah dibaca.
Dilansir Antara, sekitar 100 orang terdiri dari perempuan dan anak-anak, sejak Minggu (22/5) malam mengungsi ke pos TNI-Polri di Kabupaten Dogiyai, Papua setelah rumah dan kios yang mereka tempati dibakar warga yang belum diketahui pasti siapa pelakunya.
“Memang benar Minggu malam hingga Senin dini hari terjadi pembakaran rumah warga di tiga lokasi sehingga mereka mengungsi ke pos TNI-Polri,” kata Kapolres Dogiyai Kompol Bambang Suranggono, Senin, 23 Mei 2022.
Pihaknya belum bisa pastikan kelompok mana yang melakukan pembakaran. Namun diduga masyarakat asli Dogiyai dan sekitarnya. “Belum dipastikan karena mereka sudah bergabung yang awalnya berupaya membakar pasar namun tidak berhasil sehingga mengalihkan ke rumah warga,” katanya.
DPRD duga loloskan misi aparat kepolisian
Saat ini DPRD Kabupaten Dogiyai yang terlibat di dalam Tim Pansus sedang mengantarkan aspirasi rakyat Dogiyai tentang tiga hal. Di antaranya penolakan pembentukan Daerah Otonom Baru (DOB), penolakan pembentukan Mapolres Dogiyai dan pencabutan kembali Otsus Jilid II.
Namun realita di wilayah Kamuu dan Mapia berkata lain. Dikabarkan Kapolda Papua telah melantik Pj Kapolres Dogiyai, Kapolres Dogiyai Kompol Bambang Suranggono.
Ketua Komisi I DPRD Dogiyai, Agustinus Tebai, salah satu anggota DPRD yang terlibat di dalam Tim Pansus DPRD menyalurkan aspirasi rakyat Dogiyai atas penolakan pembentukan DOB, penolakan Otsus dan penolakan Mapolres hadir di Dogiyai menegaskan, mestinya aparat keamanan mengungkapkan penyebab dari rentetan kebakaran ini.
Jika tidak, ia menduga justru aparat jadi biang di dalam peristiwa itu, guna mempercepat proses kehadiran Mapolres di Dogiyai.
“Polisi tidak mampu ungkap akibat dari kebakaran itu. Apakah penyebabnya kompor atau listrik atau apa. Kami duga (ini) cara pihak kepolisian mempercepat kehadiran Polres adalah dengan jalan bakar sana bakar sini, dan sasaran rumah dan kios milik warga non Papua,” katanya tegas.
Tebai menduga , itu juga cara lain untuk menghentikan aksi 18 organisasi rakyat yang tergabung dalam Solidaritas Rakyat Papua ( SRP) di Dogiyai yang menolak tegas atas kehadiran Polres dan Kodim.
“Rangkaian kebakaran di Dogiyai bagian dari skenario untuk hadirnya Polres. Kebakaran terjadi tadi malam di Dogiyai merupakan acara penjemputan Kapolres Baru dan jajarannya di Dogiyai. Sebenarnya pihaknya Kepolisian mengungkapkan siapa pelaku atau aktor kebakaran ini. Kalau tidak mengungkapkan pelaku, saya duga justru akan menjadi pertanyaan besar bagi publik,” ungkapnya.
Tokoh pemuda Dogiyai, Musa Boma mengatakan, Kapolda Papua seharusnya memahami karakteristik orang Kabupaten Dogiyai, bahwa mereka tidak suka bicara banyak.
“Ya kami selalu menjaga komitmen yang kami buat. Kalau kami bilang ya dan menerima, maka pasti kami terima dengan tulus hati, kami akan memberikan semua permintaanmu. Sebaliknya, kami bilang tidak dan menolak maka pasti kami tolak dengan tulus hati pula. Jadi, kami masyarakat Dogiyai sudah berkomitmen untuk menolak kehadiran Polres Dogiyai itu maka pasti kami menolak,” kata Boma.
Ia menegaskan, satu lokasi tanahpun tidak akan diberikan kepada aparat kepolisian jika tidak mengungkapkan akibat dan aktor dibalik semua rentetan kebakaran selama ini.
“Kami tidak akan kasih lokasi satupun kepada aparat untuk bangun markas. Yang tersisa hanya tanah, air dan hutan saja,” ujarnya. (*)
Discussion about this post