Jayapura, Jubi – Penjabat Wali Kota Jayapura, Provinsi Papua, Frans Pekey mengatakan, sebanyak 32 ribu warga masih kategori miskin akibat ketidakmampuan berdaya saing.
“Minimnya pengetahuan, sumber daya manusia unggul mengakibatkan sebagian warga asli Papua kembali menjadi petani dan nelayan,” ujar Pekey di Hotel Grand Talent Jayapura, Kamis (4/8/2022).
Dikatakannya, kemiskinan, ketimpangan, kesenjangan menjadi tantangan pembangunan salah satunya pembangunan manusia di era derasnya arus globalisasi.
“Tidak hanya pemerintah tapi juga setiap stake holder dan masyarakat untuk siap berubah dan berdaya saing dalam meningkatkan kehidupannya,” ujar Pekey.
Menurutnya, permasalahan orang asli Papua susah berkembang karena sudah mengakar sistem kekeluargaan. Misalnya, saat membuka usaha toko, saudara dibolehkan utang, dan jika berbelanja di tempat lain selalu membayar.
“Harus bisa dibedakan antara usaha dan keluarga kalau mau ingin sukses dan berkembang. Hal ini selalu saya sampaikan pada setiap kali pertemuan, agar kita bisa merubah paradigma dari konsumtif menjadi produktif,” jelasnya.
Dikatakannya, masih banyaknya warga asli Papua khususnya di Kota Jayapura yang hidup di bawah garis kemiskinan, pemerintah daerah terus melakukan langkah-langkah mulai dari kebijakan dan program kegiatan guna menuntaskan kemiskinan.
“Kemiskinan bukan hanya soal uang, tapi juga pendidikan, ekonomi, perhubungan. Kalau semua tiu terjadi, maka masyarakat tidak dapat apa-apa (susah untuk berkembang),” ujarnya.
Pekey berharap, dengan melimpahnya sumber daya alam, perhatian dari pemerintah daerah dan pemerintah pusat dapat dimanfaat untuk kesejahteraan agar bisa mandiri dan berhasil.
“Jadi, kalau dapat bantuan uang atau barang jangan langsung dihabiskan tapi juga di sisihkan untuk modal usaha, tapi kalau dapat barang, separuh di jual separuhnya lagi dijual agar bisa menghasilkan uang,” ujarnya.
Pekey menambahkan, jumlah warga di Kota Jayapura sebanyak 363.143 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga sebanyak 115.082. (*)
Discussion about this post