Jayapura, Jubi – Patung Mbis dari Kabupaten Asmat, Provinsi Papua Selatan yang tingginya mencapai 12 meter hanya terdapat di Museum Loka Budaya Universitas Cenderawasih, di Jalan Raya Abepura-Sentani, Kota Jayapura, Provinsi Papua.
“Patung Mbis dengan tinggi 12 meter hanya ada di kami [UPT. Museum Loka Budaya Uncen, Kota Jayapura],” ujar Kurator Papua, Enrico Yory Kondologit, saat ditemui Jubi di ruang kerjanya di UPT. Museum Loka Budaya Uncen, pada Rabu (3/1/2024).
Kondologit mengatakan patung Mbis itu merupakan ukiran nenek moyang yang dibuat dari pohon bakau utuh dan diukir bertingkat dalam keadaan terbalik, yakni ujung akar pohon di bagian atas dan ujung pohon di bagian bawah.
Bagian akar pohon, lanjut Kondologit, di ukur penis (Cemen) sebagai lambang kesuburan bagi orang Teluk Flaminggo, Pantai Kasuari, Asmat, di wilayah budaya Ha-Anim.
Patung Mbis yang berasal dari kata Mbiu dalam bahasa setempat, artinya nenek moyang. Patung sejenis yang terdapat di museum lain di Indonesia hanya berukuran tinggi antara dua sampai tiga meter.
Menariknya, patung yang sudah berusia sekitar 500 tahun itu masih dalam kondisi baik di dalam ruang pameran museum. Patung Nenek Moyang Asmat itu disandarkan di tiang penyangga yang terletak di tengah-tengah dengan menghadap ke arah pintu ruang pameran museum.
Selain patung Mbis, terdapat juga benda-benda etnografi lainnya dari seantero Tanah Papua seperti patung ular berkepala manusia (perempuan). Patung yang berasal dari Kampung Ayapo, Sentani Timur di wilayah budaya Tabi itu sebagai lambang terbentuknya Danau Sentani.
Selain itu, ada juga batu pemujaan dari Lembah Baliem atau dalam bahasa Baliem disebut dengan Ye. Batu itu biasanya digunakan untuk membayar maskawin atau pembayaran lainnya serta koleksi etnografi Papua lainnya yang dipajangkan menggunakan etalase kaca, mulai dari batu, ukiran, manik-manik, tenun, dan berbagai koleksi lainnya.
Kondologit mengatakan, selain patung Mbis, di museum yang didirikan pada 1963 itu juga terdapat 20 koleksi benda etnografi Papua lainnya yang tidak terdapat di museum lain di Indonesia dari total koleksi yang dimiliki sebanyak 2.500 koleksi.
Kondologit mengatakan, satu-satunya museum dalam universitas yang berstatus UPT atau setara dengan lembaga pendidikan di Indonesia itu berencana mengembalikan ribuan koleksi etnografi Papua khususnya dari Lembah Baliem dan sekitarnya dari Amerika Serikat dalam tahun ini.(*)