Jayapura, Jubi – Kurator Udeido Collective, Dicky Takndare mengatakan Papua sangat membutuhkan kolektor karya seni para seniman Papua untuk menstimulus pengembangan karya cipta mereka sekaligus meningkatkan taraf hidup para seniman itu.
Saat ditemui Jubi di lokasi pemeran seni rupa Bholuh ‘dari tanah’ pada hari kedua di Gedung Sophie P3W Padang Bulan, Kota Jayapura, Papua, Jumat (2/2/2023), Takndare menegaskan bahwa kolektor karya seni Papua itu belum ada, padahal perannya sangat menentukan kesinambungan karya seni Papua.
Dia mengatakan saat ini dalam kaitannya dengan karya seni dan pameran karya seni, Papua tidak kekurangan pengunjung, apresiator, kurator, dan bahkan mungkin juga kritikus seni. Tetapi masih kekurangan orang-orang yang bersedia membeli bahkan mengoleksi hasil karya seni tersebut.
“Saya berharap itu ada pejabat atau pemerintah begitu datang (ke pameran karya seni) melihat hasil karya perupa muda Papua. (Lalu) mereka mengoleksi karya-karya seni ini, tetapi (sayangnya) sejauh ini belum ada,” kata Takndare.
Kurator Udeido Collective itu menjelaskan perihal pembangunan ekosistem seni rupa salah satu aspek yang penting adalah distribusi karya. Saat ini misalnya, pameran Bholuh telah berhasik merangkul seniman, ada akses ke ruang seni, walaupun Gedung Sophie P3W yang mereka gunakan saat ini bukan didesain untuk pameran karya seni. Namun menurut Takndare ruang itu sudah bisa dijadikan ruang pameran dan akhirnya bisa disebut sebagai ruang alternatif.
“Yang saya pikir itu, perlu lagi kita punya kolektor. Itu yang menjadi harapan kami seniman Papua. Dan saya harap juga orang-orang tua yang secara ekonomi mereka mapan mesti ambil peran untuk memajukan seni rupa ini dengan cara mulai mengoleksi karya-karya anak Papua sendiri dengan harga yang layak. Jadi mengoleksi dong pu karya dengan harga yang layak itu untuk beri semangat para seniman Papua kembangkan (karyanya) ,” katanya.
Takndare yang telah cukup lama terlibat dalam menggerakkan kolektif seniman muda asli Papua itu menegaskan agar para pejabat di Papua mulai memberi perhatian khusus pada hasil karya para seniman Papua dengan membeli hingga mengoleksi karya para seniman.
“Jangan hanya bisa keluarkan uang banyak sekali untuk bikin acara-acara (besar). Namun disisi lain seni rupa itu penting karena karya (para seniman) berbicara kepada banyak orang dan itu perlu didukung oleh semua pihak,” tegasnya.
Dengan membeli satu lukisan saja, itu sudah menolong napas seni rupa Papua. “Dan oleh sebab itu barang bisa jalan lagi (kerja seni berlanjut),” tegas organisator Udeido Collective itu.
Seniman juga makhluk sosial dan makhluk ekonomi, lanjut Dicky. Sehingga pendapatan dari hasil kerja seninya sangat penting. “Orang butuh pendapatan untuk kasih keluarga sebagian, dan sebagian pakai beli material lagi untuk kerja karya yang baru lagi,” lanjutnya.
Ia mengimbau kepada semua pembaca, khususnya Bapak atau Mama yang mendukung pengembangan karya seni Papua oleh anak asli Papua, agar ikut memajukan seni rupa Papua dengan membeli karya anak-anaknya.
“Jawabnya beli seniman-seniman Papua pu karya saja dengan harga yang layak,” pinta Dicky Takndare. (*)

Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!