Jayapura, Jubi – Pasangan muda Papua atau yang berumah tangga dini rentan mengalami kekerasan dalam rumah tangga atau KDRT. Kekerasan yang dilakukan terhadap fisik maupun psikis biasanya terjadi karena pasangan muda masih sulit mengelola emosinya.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana, Kota Jayapura, Betty Anthoneta Puy mengatakan kebanyakan laki-laki maupun perempuan Papua berumah tangga dalam usia dini. Kondisi itu menurutnya rawan terhadap terjadinya kekerasan dalam rumah tangga.
“KDRT itu akan terjadi ketika laki-laki atau perempuan mengalami ketidakstabilan emosi, tekanan dan stres” ujar Betty dalam diskusi yang diselenggarakan Direktorat Informasi dan Komunikasi Politik, Hukum, dan Keamanan Kominfo berkolaborasi dengan Pemerintah Kota Jayapura di Ropopang Cafe & Resto, Jalan Pasar Youtefa, Distrik Abepura, Kota Jayapura, Papua pada Kamis, (19/10/2023).
Betty Anthoneta Puy mengingatkan bahwa wujud dari KDRT itu tidak saja kekerasan fisik tetapi juga kekerasan psikis.
“Kekerasan yang dilakukan seseorang berupa melukai bagian tubuh seperti penyiksaan, pemukulan, dan penganiayaan terhadap korban menggunakan benda-benda tertentu, yang menimbulkan luka-luka fisik. (Sedangkan) kekerasan psikis itu seperti memaki-maki, mengungkit-ungkit masa lalu, merendahkan, menghina dan pelabelan negatif,” katanya.
Diskusi bertajuk ‘Perempuan Papua Berdaya Mendorong Papua Maju’ itu diikuti dengan antusias oleh anak-anak muda dan mahasiswa.
“Kita tahu KDRT selalu yang dilakukan laki-laki. Tapi ada juga KDRT yang dilakukan oleh perempuan. KDRT itu (dapat) terjadi karena kecemburuan, perselingkuhan atau dalam pengaruh alkohol. Oleh karena itu sebelum berumah tangga kamu harus persiapkan diri dengan baik dan matang dan pertimbangkan juga segala resiko yang akan terjadi dalam keluarga,” ujarnya.
Betty Puy mengimbau kepada perempuan Papua agar menjaga diri dan berdayakan diri untuk melahirkan generasi cerdas di masa depan.
Co-Founder Sehati Sebangsa Indonesia Foundation, Jeni Karay yang juga hadir pada acara itu mengganggu saja bertengkar maka itu adalah tanda-tanda rentan terjadi KDRT setelah berumah tangga.
“Dalam pacaran saja hubungan tidak beres, itu akan mempengaruhi ketika sudah berumah tangga,” kata publik figur perempuan Papua itu.
Karay menegaskan kepada perempuan-perempuan Papua harus berkualitas supaya melahirkan generasi yang cerdas.
“Perempuan-perempuan harus meningkatkan kualitas diri untuk lahirkan generasi cerdas dan memajukan tanah papua,” ujar Perempuan Papua darah Jawa Tengah itu. (*)