Nabire, Jubi – Peristiwa penembakan tiga warga hingga tewas oleh aparat TNI (Tentara Nasional Indonesia) dengan tuduhan anggota TPNPB-OPM (Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka) di Kampung Pepera, Kabupaten Puncak Jaya, Papua Tengah menimbulkan kerusuhan pada Rabu, 17 Juli 2024 pukul 9 pagi di RSUD Mulia.
Kerusuhan menyebabkan seorang warga Non-OAP (Orang Asli Papua) berprofesi sebagai tukang ojek tewas dan tiga lainnya terluka. Selain itu, ratusan warga Non-OAP terpaksa mengamankan diri ke Markas Kodim 1714/ Puncak Jaya dan Kantor Polres Puncak Jaya. Situasi Puncak Jaya dinyatakan aman dan kondusif pada Kamis, 18 Juli 2024 sore.
Untuk menangani peristiwa itu, Pemerintah Kabupaten Puncak Jaya mengadakan rapat dengan Forkopimda (Forum Koordinasi Pimpinan Daerah), keluarga korban penembakan, tokoh agama dan tokoh masyarakat, tokoh pemuda, pimpinan OPD (Organisasi Perangkat Daerah) Pemkab Puncak Jaya, pimpinan ormas, dan perwakilan Kerukunan Warga Nusantara pada Kamis, 18 Juli 2024 pukul 15.24 WIT.
Rapat membahas pemulihan kondisi keamanan pasca kisruh di Mulia, Puncak Jaya itu diadakan di kediaman Sekda Puncak Jaya dan dipimpin Penjabat Sekda (Sekretaris Daerah) Puncak Jaya Yubelina Enumbi.
Pemkab Puncak Jaya mengeluarkan siaran pers pada Jumat (19/7/2024). Siaran pers berisi laporan upaya preventif dan restoratif pasca ricuh di depan RSUD melalui mediasi antara TNI-Polri dan keluarga korban yang difasilitasi Pemkab Puncak Jaya dan menyatakan situasi Kabupaten Puncak Jaya aman.
Dalam siaran pers, Penjabat Sekda Yubelina Enumbi menjelaskan, hasil laporan Rapat Pemulihan Kondisi Kamtibmas Forkopimda bersama tokoh masyarakat, keluarga korban, pimpinan Ormas dan OPD ditujukan kepada Menteri Dalam Negeri RI di Jakarta.
“Rapat dilaksanakan setelah tim mediasi melakukan pertemuan dan [melakukan] klarifikasi kronologis di lokasi duka Distrik Muara dan disepakati kondisi Mulia per Kamis (18/7/2024) secara resmi dinyatakan aman dan kondusif,” katanya.
Tidak membedakan warga OAP maupun Non–OAP
Enumbi menyebutkan, dalam pertemuan itu keluarga korban menyampaikan bahwa kejadian di RSUD Mulia adalah spontanitas dan bukan terencana.
“Peristiwa Rabu, 17 Juli 2024 itu bisa terjadi karena dipengaruhi adat istiadat Lani sebagai bentuk ekspresi jika ada keluarga yang dihormati atau dicintai meninggal dunia dengan cara yang tidak wajar,” ujar Enumbi dalam siaran pers.
Ia menyatakan Forkopimda turut berduka cita yang mendalam atas kejadian yang mengakibatkan kerugian material, korban jiwa, baik masyarakat asli Puncak Jaya maupun warga Nusantara di Kabupaten Puncak Jaya.
“Sikap Pemerintah tidak membeda-bedakan, warga OAP maupun Non-OAP sama adalah masyarakat Puncak Jaya, sebab semua adalah masyarakat kami yang mendiami Puncak Jaya,” katanya.
Meski ada aksi perusakan karena alasan adat, katanya, hal demikian habis saat itu saja. “Jika terjadi aksi pelemparan, itu hal biasa dan berlangsung hanya hari itu saja. Tidak berlanjut sampai esok, 19 Juli 2024 sampai selanjutnya,” ujarnya.
Enumbi mengimbau warga Nusantara (Non-OAP) yang mengamankan diri di Polres dan Kodim 1714/Puncak Jaya dapat kembali ke rumah atau kios masing-masing.
“Selanjutnya aktivitas pelayanan, perdagangan, pelayanan kesehatan di RSUD dan puskesmas, aktivitas pendidikan, kantor pemerintah maupun swasta, BUMN, warung, ojek, dan lainnya dapat berjalan seperti biasa.
Penjabat Sekda melalui siaran pers mengatakan untuk aktivitas usaha sudah bisa buka sesuai jam operasional yang sudah ditentukan sesuai Surat Edaran Bupati dengan batas sampai pukul 17.00 WIT. Sedangkan untuk ojek batas operasional sampai pukul 17.00 WIT hanya di dalam kota, tidak melewati batas kota yang sudah ditentukan selama 1 sampai 2 bulan ke depan.
“Adapun setelah upaya damai ini masih terdapat aksi kejahatan, pelaku kejahatan yang melakukan gangguan dengan melakukan penodongan dianggap sebagai kejahatan dan akan ditindak secara hukum dan dari pihak keluarga korban menyatakan tidak ada kaitan dengan kejadian kemarin,” ujarnya.
Enumbi meminta seluruh masyarakat tetap waspada dan meminta aparat untuk merutinkan patroli senjata tajam.
Kronologis Peristiwa versi Pemkab Puncak Jaya
Dalam laporan kepada Mendagri, Pemkab Puncak menyertakan kronologis kejadian penembakan 3 OAP (Orang Asli Papua) oleh TNI dan kerusahan di RSUD Mulia.
Pada Selasa, 16 Juli 2024 sekira pukul 20.00 WIT terjadi penembakan di Kampung Pepera di depan SD YPPG Mulia. Korban masyarakat sipil meninggal dunia 3 orang, yaitu Dominus Enumbi (Ketua Bamuskam asal Kampung Karubate), Pemerinta Morib (Kepala Kampung Dokome), dan Tonda Wanimbo (Bendahara Kampung Temu asal Distrik Ilamburawi).
Penembakan melibatkan Satgas 753, Maleo, dan Satgas Elang/BIN setelah mendengar ada salah satu pimpinan KKB/OPM berada di TKP dan mengira [ketiga] korban adalah KKB sehingga aparat melakukan penembakan.
Atas kejadian tersebut pihak keluarga korban tidak menerima pemberitaan yang beredar bahwa ketiga korban adalah anggota KKB/OPM atau simpatisan di beberapa media nasional, serta meminta klarifikasi dari aparat, khususnya TNI di RSUD Mulia.
Pada Rabu, 17 Juli 2024 sekitar pukul 09.00 WIT dilakukan dialog penyelesaian yang berujung ricuh, karena keluarga korban tidak puas dengan penjelasan aparat yang berujung pelemparan batu dan aksi pembakaran sejumlah kendaraan.
Aksi tersebut berlanjut dengan kekerasan yang dilakukan sejumlah massa kepada warga Nusantara, yakni Abdullah Jaelani (tukang ojek/meninggal dunia), Surati Nina (pemilik warung/ luka panah di dada dan tangan putus), Sani Lololembang (ASN/luka tebas tangan), Arief (luka tebas tangan). Para korban kemudian dilarikan ke RSUD Mulia untuk mendapatkan perawatan.
Sejak kejadian tersebut situasi kota Mulia mencekam yang berujung penjarahan di beberapa kios. Akibatnya seluruh aktivitas berhenti total dan sejumlah warga mengamankan diri ke Kodim 1714/ Puncak Jaya dan Mapolres Puncak Jaya.
Pada Kamis, 18 Juli 2024 pukul 08.30 WIT dilakukan pengantaran jenazah dan para korban luka dievakuasi ke Jayapura untuk dirujuk ke Rumah Sakit Dok II dan mengebumikan korban meninggal dunia di Probolinggo, Jawa Timur menggunakan pesawat Smart Air.
Pada Kamis, 18 Juli 2024 pukul 10.00 WIT, menyikapi situasi, Penjabat Sekda Puncak Jaya mengumpulkan pihak keluarga korban, sejumlah pimpinan ormas, tokoh pemuda, tokoh masyarakat, dan Kepala OPD untuk melakukan langkah-langkah preventif.
Dari rapat tersebut dilakukan pertemuan dengan keluarga masyarakat di lokasi duka dihadiri Ketua Klasis GIDI Mulia Pdt Telius Wonda, tokoh masyarakat Otius Wonda, keluarga ketiga korban Leson Gire, Ketua GAMKI Maikel Wonerengga, Kepala Distrik Muara Yoses Wonda, Kepala Distrik Mulia Tekiles Wonda, keluarga, dan masyarakat.
Dalam pertemuan itu disepakati, beberapa hal: Perwakilan keluarga korban Leson Gire mengatakan harus dilakukan klarifikasi bahwa ketiga korban adalah masyarakat sipil, kepala kampung, dan Bamuskam (Badan Musyawarah Kampung) dengan kronologi sesungguhnya.
Leson Gire mengatakan pihak keluarga menyepakati jalan damai dan tidak akan memperpanjang masalah dan aksi, serta meminta keluarga Nusantara untuk kembali beraktivitas seperti biasa.
Ia meminta kepada Kodam XVII/Cenderawasih dan jajaran untuk meminta maaf dan memulihkan nama baik masyarakat Puncak Jaya dengan membentuk Tim Pencari Fakta untuk mencari kebenaran.
“Keluarga kami bukanlah anggota TPNPB-OPM melain murni aparatur kampung yang dibunuh sehingga harus melakukan pemulihan nama baik keluarga kami,” katanya.
Gire mengatakan aksi pembakaran kendaraan dan pelemparan diakui sebagai bagian dari adat dari bentuk ketidakpuasan keluarga korban.
“Kami meminta ojek dan kios untuk mematuhi aturan jam operasional perdagangan dan batas wilayah antar-jemput penumpang melebihi batas. Kami mengajak seluruh keluarga dan masyarakat Nusantara untuk bersama-sama menjemput HUT RI Ke-79 bulan Agustus nanti,” katanya.
Gire mengatakan, aparat memahami tugas pokok TNI/Polri untuk tetap menjaga keamanan dan Kamtibmas dengan presisi dan tetap berkoordinasi agar tidak lagi terjadi korban masyarakat.
Pj Gubernur Ribka Haluk minta hentikan sebar hoaks
Jubi.id meminta tanggap dari Penjabat Gubernur Papua Tengah terkait penanganan peristiwa tersebut. Biro Humas Pemprov Papua Tengah mengirimkan pernyataan tertulis Penjabat Gubernur Dr Ribka Haluk pada Jumat (19/7/2024).
Pada pernyataan berjudul ‘Penjabat Gubernur Ribka Haluk Gelar Rapat Tertutup Atasi Permasalahan di Puncak Jaya’ itu, Dr Ribka Haluk mengatakan Kabupaten Puncak Jaya sudah berangsur aman dan kondusif, karena itu tidak boleh ada lagi pihak tidak bertanggung jawab yang menyebarkan berita hoaks yang dapat menimbulkan ketakutan di masyarakat.
“Informasi dari tim yang kami utus ke Puncak Jaya melaporkan bahwa kondisi di sana sudah aman dan kondusif. Hanya saja, ada informasi hoaks yang beredar dan menimbulkan rasa takut di masyarakat. Kami terus menjamin keamanan masyarakat dan meminta untuk menghentikan penyebaran isu hoaks,” katanya.
Ia mengatakan tim yang difasilitasi Pemprov Papua Tengah dan Pemkab Puncak Jaya bersama TNI dan Polri telah menggelar pertemuan dengan keluarga korban dan masyarakat setempat. Pertemuan berjalan dengan baik dan menghasilkan kesepakatan untuk bersama-sama memulihkan kondisi di sana.
“Masyarakat di sana telah bersepakat untuk menyudahi permasalahan ini. Mereka menyampaikan bahwa peristiwa kemarin adalah spontanitas. Dalam pertemuan tersebut, para pemuda setempat akan mengawal kondisi keamanan di sana, karena mereka ingin memeriahkan HUT Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 2024 mendatang,” katanya.
Dalam pertemuan itu, kata Ribka Haluk, keluarga korban dan masyarakat meminta agar dibentuk Tim Pencari Fakta dari Komnas HAM dan LBH untuk mengungkap permasalahan di Puncak Jaya itu.
“Hal ini kemudian direspon dengan baik oleh TNI. Dandim setempat menyampaikan dukungannya terhadap pembentukan Tim Pencari Fakta. Saya pikir ini langkah yang baik dan kita akan terus bekerja keras untuk memulihkan situasi di sana,” ujarnya.
Ribka Haluk mengatakan masyarakat yang sempat mengungsi ke Polres, Kodim, dan Polsek telah kembali ke rumah mereka masing-masing. Bahkan pusat perekonomian sudah kembali beroperasi.
“Sudah tidak ada lagi masyarakat yang mengungsi, mereka sudah kembali beraktivitas seperti biasa. Bahkan para pedagang dan tukang ojek sudah kembali beroperasi. Hanya saja, jam operasional sementara ini masih dibatasi,” ujarnya.
Pelayanan pemerintahan, katanya, juga sudah berjalan seperti biasa. Ia berharap situasi yang sudah aman dan kondusif tersebut bisa terus terpelihara.
“Besok, tim kami juga akan memotivasi para tenaga medis yang trauma akibat kejadian ini. Namun, kami pastikan pelayanan kesehatan sudah beroperasi dan kembali memberikan pelayanan kepada masyarakat,” kata Ribka Haluk. (*)
Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!