Nabire, Jubi – Aparat kepolisian dari resort Dogiyai menembak mati warga sipil bernama Yosua Keiya (20) disusul lagi dengan Yakobus Pekei ((20) pada hari yang sama saat kunjungan Wapres RI Ma’ruf Amin.
Hal ini dianggap oleh sejumlah Aktivis HAM justru menciderai harkat dan martabat seorang pemimpin negara.
Aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) wilayah adat Meepago, Yones Douw mengatakan Presiden Republik Indonesia Jokowi dan Wapres Ma’ruf Amin yang datang kunjungi Papua, seakan datang menumpahkan darah orang asli Papua (OAP).
“Jika pemerintah Indonesia betul mencintai orang asli Papua merupakan bagian dari Indonesia, maka pelaku penembakan terhadap pemuda di Dogiyai harus diadili. Bukan saja itu, kasus di Bomomani Dogiyai juga pelakunya harus diungkapkan, dan kasus-kasus yang ada di tanah Papua pelakunya harus diadili, terutama pelaku penembakan terhadap Yosua Keiya dan Yakobus Pekei. Masa Wapres datang, langsung tumpah darah manusia Papua,” kata Yones Douw kepada Jubi di Nabire, Sabtu, (15/7/2023).
Menurut Douw, dari laporan yang diterima terkait kasus Dogiyai, pada Kamis (13/7/2023) bukan dipicu oleh masyarakat OAP Dogiyai, namun kasus tersebut dimunculkan oleh aparat keamanan.
“Awalnya, ada dua pemuda yang duduk di pinggir jalan kampung Obayo, distrik Kamuu Utara. Mereka dua tidak tahu kejadian di tempat lain, tetapi mereka dua duduk-duduk lalu tiba-tiba mobil toyota hilux berwarna coklat muncul, salah satunya melihat kendaraan itu lalu melarikan diri, namun korban Yosua Keiya tidak lari karena ia merasa tak punya kesalahan apapun,” terang Douw.
Douw melanjutkan, korban tetap berdiri, Brimob lurus ke dia dari situ langsung mereka tembak mati tanpa kata atau tembakan peringatan satupun oleh satuan Brimob kepada Yosua.
Atas kejadian itu, masyarakat tidak terima dengan tindakan aparat kepolisian lalu melakukan pembalasan dengan pembacokan terhadap masyarakat sipil non Papua. Selain pembacokan, kemarahan masyarakat juga menyasar pada beberapa kios dan rumah yang dibakar.
“Itu warga asli (OAP) melampiaskan emosi, dan protes terhadap masyarakat asli Papua Dogiyai terhadap tindakan aparat keamanan yang menjadi pelaku penembakan itu,” kata Douw.
Douw juga menepis isu dari aparat keamanan bahwa pihaknya diserang dan dipalang oleh masyarakat Dogiyai. Bagi dia hal itu merupakan penipuan terhadap publik.
“Faktanya, aparat keamanan satuan Brimob Dogiyai yang menembak lalu masyarakat tidak menerima. Itu yang masyarakat melakukan pembalasan pembakaran belasan kios dan tokoh,” katanya.
Ia menambahkan, dua pemuda yang ditembak mati di tempat tersebut, tidak pernah mabuk dan tidak pernah palang jalan, tetapi aparat keamanan melakukan kekerasan penembakan terhadap dua pemuda tersebut.
“Jadi, kami orang asli Papua itu harus dikorbankan entah itu mau datangkan Polres atau Kodim. Mau bikin kantor, orang Papua harus korban dulu, mau mekarkan DOB juga masyarakat jadi korban. Mau hadirkan Polres masyarakat ditembak, mau bikin jalan, masyarakat Papua ditembak. Kami orang Papua ini juga manusia yang diciptakan oleh Tuhan,” ungkapnya. (*)