Jayapura, Jubi – Sejumlah mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis atau FEB Universitas Cenderawasih mengikuti pelatihan wirausaha di Kota Jayapura, Papua, pada Jumat hingga Sabtu (18/11/2023). Pelatihan wirausaha itu merupakan kolaborasi antara PT Freeport Indonesia, Krealogi, dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Cenderawasih.
Pelatihan wirausaha bertajuk “Kokarya Studentpreneur” itu diikuti 30 mahasiswa dari Jurusan Ilmu Ekonomi, Jurusan Manajemen, dan Jurusan Akuntansi FEB Universitas Cenderawasih. Selama dua hari mahasiswa dibekali berbagai materi seputar wirausaha, seperti desain produk sesuai pasar, memasarkan produk melalui cerita, permodalan untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), serta berbagai pengalaman usaha mahasiswa maupun dari pelaku usaha lainnya.
“Dalam konteks ekonomi perlu dibangkitakan sebuah semangat baru dengan membawa anak-anak Papua khusus di Papua untuk bergerak di dunia ekonomi atau wirausaha,” kata Technical Expert Corporate Communications and General Affairs PTFI, Kerry Yarangga pada Sabtu.
Yarangga mengatakan pelatihan itu diharapkan memberi pengetahuan bagi mahasiswa guna melahirkan dan mengembangkan ekonomi kreatif dari produk-produk lokal. Yarangga berharap setelah menjadi sarjana para mahasiswa tidak fokus menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau karyawan, tetapi menjadi wirausaha di Tanah Papua.
“Jadi [setelah lulus] tidak hanya dilihat sebagai Pegawai Negeri Sipil [atau menjadi] karyawan swasta, tapi bisa menjadi entrepreneur dan bos bagi sebuah dunia usaha. [Mereka bisa] mengangkat produk-produk lokal yang ada di Papua, yang memiliki nilai jual ekonomi dan bersaing di era digitalisasi, [sehingga] produk Papua bisa dikenal sampai ke dunia internasional,” ujarnya.
Yarangga mengucapkan terima kasih kepada kepada Universitas Cenderawasih serta Krealogi. Ia mengatakan kolaborasi pelatihan kewirausahaan itu akan terus berlanjut guna mendorong mahasiswa terjun ke dunia wirausaha.
“Kami akan evaluasi, dan proses itu akan jalan terus. Ada beberapa dari anak-anak itu sudah memiliki usaha. Yang dibutuhkan dalam dunia bisnis adalah kita bisa dipercaya untuk menggerakan sebuah ekonomi dan mendapatkan modal. Proses itu dulu yang kami bangun. Saya tidak bicara jauh tentang komitmen tentang pendanaan, tetapi bagaimana membangun seseorang untuk bisa dipercaya. Kita berproses hari ini untuk membangun kepercayaan dan mentalitas. Itu dulu,” katanya.
Direktur Kemitraan dan Komunitas Krealogi, Hanna Keraf meyakini kolaborasi itu dapat membantu para mahasiswa menjadi wirausaha yang bekerja untuk diri sendiri dan membuka lapangan pekerjaan baru. Hanna berharap program itu dilakukan secara berkelanjutan berdasarkan sektor usaha.
“Peserta datang dari latar belakang usaha, seperti makanan olahan hingga jasa. Yang kita berikan dua hari ini lebih secara umum, namun [bisa] lebih dipertajam. Saya yakin kolaborasi bersama kami bisa membantu mahasiswa membuka lapangan pekerjaan baru,” ujarnya.
Salah satu peserta pelatihan, Aylin Oyaitouw mengatakan pelatihan itu sangat bermanfaat untuk merangsang mahasiswa memulai usaha maupun mengembakan usahanya. Oyaitouw berharap ada pelatihan lanjutan yang didukung dengan bantuan berupa modal usaha.
“Bagi saya yang sudah berwirausaha, [pelatihan itu] dapat meningkatkan keterampilan dan pengetahuan. Saya sangat berharap ada dukungan modal untuk usaha. [Saya punya] usaha aneka olahan dari pisang [yang dijadikan] cemilan untuk oleh-oleh khas Papua,” katanya. (*)