Jayapura, Jubi – Keterbatasan jaringan internet menjadi kendala pendaftaran program Afirmasi Pendidikan Tinggi atau ADik di beberapa daerah yang jauh dari perkotaan seperti Kabupaten Jayapura, Keerom, Sarmi, Mamberamo Raya, Supiori, Kepulauan Yapen, dan Waropen.
Hal itu dikatakan Kepala Bidang Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Dinas Pendidikan, Perpustakaan, dan Arsip Daerah Provinsi Papua, Laurens Wantik, pada Minggu (30/7/2023).
Menurut Wantik, pendaftaran beasiswa ADik memang membutuhkan jaringan internet yang mumpuni, sebab data yang diinput adalah real time (waktu sebenarnya) dan sesuai jumlah kuota yang diberikan bagi masing-masing kabupaten dan kota. Artinya, input data tidak bisa ditunda-tunda.
“Kami sudah mengidentifikasi, masalah jaringan internet yang paling dominan. Jadi kalau internet putus atau jelek, ya tidak bisa mengisi, terutama daerah-daerah yang jauh dari perkotaan. Mungkin jaringan bisa dicari, tapi waktu yang diberikan hanya sebulan,” kata Wantik di Kota Jayapura.
Selain masalah internet, ujar Wantik, persentase kecil lainnya yang didapat pihaknya adalah ada satu atau dua anak Papua yang tidak berminat untuk mengikuti program beasiswa ADik. Hal itu menurut ia, kemungkinan memikirkan hal-hal lain.
“Mungkin mereka berfikir ini beasiswa apa. Ini jelas masalah sosialisasi di tingkat pemerintah kabupaten. Hal berbeda terlihat di daerah perkotaan, yang mana minat anak-anak sangat tinggi, dan memiliki jaringan internet bagus sehingga Dinas Pendidikan meminta tambahan kuota sebanyak 100 orang lagi. Jadi itu kendala-kendala yang kami temui,” ujarnya.
Saat ditanya soal kuota Papua, kata Wantik, tahun ini ada penurunan karena sejak 2020 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengubah mekanisme rekrutmen, yang sebelumnya tes dilakukan tatap muka seperti potensi akademik, penalaran, dan psikotes. Kini hal itu tidak dilakukan karena Indonesia dilanda wabah Covid-19.
“Jadi dari 2020, 2021, 2022 seleksi berdasarka nilai raport mulai semester 1 sampai semester 5, namun poin penting yang harus diketahui adalah afirmasi bukan nilai yang diturunkan, tetapi merupakan salah satu jalur yang mungkin biasanya dibutuhkah 7-8 langkah, afirmasi dikurangi menjadi 5 langkah. Intinya, anak-anak yang memiliki nilai rendah tentu tidak akan lolos dalam seleksi,” jelasnya.
Laurens Wantik mengatakan perguruan tinggi kerjasama ADik sebanyak 98, yang mana 17 merupakan universitas swasta, 81 universitas negeri yang tersebar mulai dari Aceh, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Ambon, Maluku, dan NTT, dengan harapan wawasan anak-anak Papua bisa lebih luas.
“Kalau dilihat secara provinsi, program ADik ini meliputi 16 provinsi di Indonesia. Dalam pemilihan seleksi murni ditangaini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,” ujarnya.
Berikut daftar jumlah pendaftar dan lulus siswa-siswi program ADik Papua 2023:
1. Kota Jayapura dari kuota 300, mendaftar 249, lulus 130 orang.
2. Kabupaten Jayapura dari kuota 200, mendaftar 67, lulus 65 orang.
3. Kabupaten Keerom dari kuota 150, mendaftar 19, lulus 31 orang.
4. Kabupaten Sarmi dari kuota 100, mendaftar 30, lulus 21 orang.
5. Kabupaten Mamberamo Raya dari kuota 100, mendaftar 50, lulus 39 orang.
6. Kabupaten Biak Numfor dari kuota 200, mendaftar 107, lulus 52 orang.
7. Kabupaten Supiori dari kuota 100, mendaftar 20, lulus 9 orang.
8. Kabupaten Kepulauan Yapen dari kuota 100, mendaftar 40, lulus 34 orang.
9. Kabupaten Waropen dari kuota 100, mendaftar 38, lulus 18 orang. (*)
Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!