Jayapura, Jubi – Wakil Perdana Menteri Fiji, Manoa Kamikamica, menegaskan bahwa Perdana Menteri Sitiveni Rabuka adalah sosok terbaik untuk memimpin pemulihan Fiji setelah “16 tahun kediktatoran.”
Pernyataan Kamikamica ini merupakan respons terhadap kritik dari pemimpin Partai Buruh, Mahendra Chaudhry, yang sebelumnya menyatakan bahwa Rabuka “tidak layak memimpin negara” dan “sering tidak konsisten.” Kritik tersebut muncul setelah Rabuka mengubah keputusannya terkait mantan Menteri Pemberdayaan Perempuan, Anak, dan Perlindungan Sosial, Lynda Tabuya.
Tabuya sebelumnya dicopot dari kabinet setelah video pribadinya menari telanjang di Malam Natal tersebar, namun Rabuka kemudian mempertimbangkan kembali posisinya.
Dalam wawancara dengan RNZ Pacific yang dikutip Jubi, Kamikamica menyatakan bahwa Rabuka mendapatkan dukungan penuh dari pemerintahan koalisi.
“Beberapa orang tidak memberikan kontribusi positif dalam pembicaraan ini. Faktanya adalah, Rabuka telah membawa Fiji keluar dari situasi yang sangat sulit setelah 16 tahun kediktatoran,” ujar Kamikamica.
Fiji mengalami periode pemerintahan otoriter setelah kudeta militer tahun 2006 yang dipimpin oleh mantan Perdana Menteri Frank Bainimarama. Negara itu baru kembali ke demokrasi pada 2014, tetapi pemerintahan Bainimarama tetap dianggap otoriter karena praktik intimidasi terhadap oposisi, pelanggaran hak asasi manusia, dan kontrol ketat terhadap media.
Menanggapi perubahan keputusan Rabuka terkait Tabuya, Kamikamica mengatakan bahwa dalam sistem pemerintahan Westminster, perdana menteri memiliki hak prerogatif untuk membuat dan mengubah keputusan sesuai kebijakannya.
“Sebagai pemerintah yang bijaksana, kami harus mendukungnya sepenuh hati dalam upaya membangun kembali Fiji, yang saat ini masih dalam kekacauan akibat pemerintahan sebelumnya,” tambahnya.
Ketika ditanya apakah dirinya memiliki ambisi untuk menjadi Perdana Menteri, Kamikamica menepis spekulasi tersebut.
“Saat ini hanya ada satu Perdana Menteri, yaitu Sitiveni Rabuka. Koalisi mendukungnya 100 persen, dan itu akan terus berlanjut selama ia menginginkan jabatan tersebut,” tegasnya.
Ia menekankan bahwa prioritas utama saat ini bukanlah politik elektoral, melainkan bagaimana menjalankan pemerintahan secara efektif untuk memenuhi tuntutan rakyat Fiji.
“Butuh waktu sekitar dua tahun bagi kami untuk memahami seberapa besar kekacauan yang terjadi di negara ini. Tahun ini dan tahun depan, Anda akan mulai melihat peningkatan eksekusi kebijakan,” ujarnya.
Kamikamica mencontohkan sektor kesehatan yang mengalami krisis akibat kebijakan pemerintahan sebelumnya. Setelah evaluasi selama lebih dari satu tahun, mereka menemukan bahwa sistem kesehatan Fiji berada dalam kondisi yang sangat buruk dan membutuhkan reformasi besar.
“Kami kini memiliki rencana untuk mulai menyelesaikan masalah tersebut. Kami secara bertahap memperbaiki keadaan, mengingat kami baru memerintah selama dua setengah tahun dibandingkan dengan 16 tahun kediktatoran,” pungkasnya. (*)

Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!