Jayapura, Jubi- Diplomat terkemuka Tiongkok Wang Yi mengecam perebutan pengaruh geo-politik di Pasifik, dengan mengatakan bahwa negara-negara kepulauan Pasifik bukanlah “halaman belakang negara besar mana pun”.
Pernyataan tersebut disampaikan Menteri Luar Negeri PNG dalam kunjungannya ke Papua Nugini, di mana ia mengadakan pembicaraan bilateral dengan mitranya dari PNG dan memberikan dana hibah untuk upaya bantuan bencana di PNG. Demikian dikutip jubi.id dari https://www.fijivillage.com yang melansir dari abc.net.au, Selasa (23/4/2024).
Perjalanan ini dilakukan hanya beberapa hari sebelum Perdana Menteri Australia Anthony Albanese tiba di Port Moresby untuk berjalan di Jalur Kokoda dalam kunjungan simbolis yang menyoroti sejarah masa perang antara Australia dan PNG.
Wang terakhir kali berada di PNG pada 2022, selama kunjungan regional dimana Tiongkok tidak berhasil mencapai kesepakatan keamanan dan perdagangan regional.
Namun Tiongkok telah menandatangani perjanjian keamanan dan kepolisian yang besar dengan tetangga PNG, Kepulauan Solomon, yang menyebabkan kekhawatiran besar di Canberra.
Pemerintah Australia kemudian mendapatkan perjanjian keamanan bilateral dengan Papua Nugini akhir tahun lalu.
Di tengah spekulasi, Menteri Luar Negeri PNG, Justin Tkatchenko, mengatakan kepada rekan-rekannya di Australia awal tahun ini bahwa PNG tidak melakukan perjanjian keamanan apa pun dengan Tiongkok.
Dalam konferensi pers setelah pertemuan bilateral, dimana tidak ada pertanyaan yang diperbolehkan, Wang mendesak agar “tidak campur tangan pada urusan dalam negeri negara-negara Kepulauan Pasifik”.
“Negara-negara Kepulauan Pasifik berhak mengundang kerja sama persahabatan dengan semua mitra pembangunan,” ujarnya.
“Baik Tiongkok dan negara-negara Kepulauan Pasifik adalah anggota global selatan dan merupakan negara berkembang,”katanya.
“Ini jujur dan terbuka bagi kedua belah pihak untuk saling membantu,”tambahnya.
“Negara-negara Kepulauan Pasifik adalah rumah bagi masyarakat di kawasan ini, mereka bukanlah halaman belakang negara besar manapun.”katanya
Sebelumnya Perdana Menteri sementara Kepulauan Solomon Manasseh Sogavare menganggap sebutan ‘halaman belakang’ sebagai istilah yang menghina.
Mengutip https://news.cgtn.com menyebutkan jika Australia tidak senang dengan campur tangan Tiongkok untuk membantu negara-negara ini berkembang, mungkin Australia sendirilah yang patut disalahkan.
Perdana Menteri Fiji Sitiveni Rabuka juga pernah men-tweet, “Fiji bukanlah halaman belakang siapa pun – “kami adalah bagian dari keluarga Pasifik. Dan kekhawatiran terbesar kami bukanlah geopolitik – melainkan perubahan iklim”tulisnya.
Perdana Menteri tidak hanya menekankan Fiji adalah negara berdaulat dan bukan “halaman belakang” siapa pun, namun juga menganggap perubahan iklim sebagai perhatian utama, bukan persaingan geopolitik.(*)
Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!