Jayapura, Jubi – Perang kata-kata dan symbol kapak di kotak suara menjadi kontroversi akibat aturan UU soal pemilihan referendum di Kaledonia Baru yang akan disahkan.
Pemimpin pro-Prancis Sonia Backès, dalam unjuk rasa sebelumnya pada 28 Maret 2024, juga menyinggung “menyebabkan keresahan” di pihak mereka dan kemampuannya untuk “membuat keributan” untuk memastikan suara mereka didengar kembali di Parlemen Prancis.
“Kerusuhan, akan datang dari kami jika ada yang mencoba menginjak kami,” ujarnya pada 28 Maret sebagaimana dilansir Radio New Zealand yang dikutip Jubi, Sabtu (13/4/2024).
“Kita harus membuat keributan, karena sayangnya kuncinya adalah gambar,” ujarnya. “Tetapi pesan kecil dengan kotak suara dan foto Eloi Machoro ini adalah provokasi,” tambahnya.
“Saya menerima ancaman pembunuhan setiap hari, anak-anak saya juga,” katanya kepada Radio Rythme Bleu.
Kapak dan kotak suara
Pada konferensi pers CCAT awal bulan ini, di atas meja terdapat sebuah kotak suara yang di atasnya terdapat kapak.
Hal ini secara luas ditafsirkan sebagai pengingat akan tindakan ikonik yang dilakukan oleh pemimpin pro-kemerdekaan Eloi Machoro, yang pada tanggal 18 November 1984, menghancurkan kotak suara dengan kapak sebagai tanda boikot pemilu.
Tindakan ikonik tersebut adalah salah satu pemicu yang kemudian menjerumuskan Kaledonia Baru ke dalam perang saudara hingga rencana perdamaian yang disebut “Accords de Matignon” dinegosiasikan dan disepakati pada tahun 1988 dengan pemimpin pro-Prancis dan pro-kemerdekaan Jacques Lafleur dan Jean- Marie Tjibaou berjabat tangan untuk mengakhiri periode yang digambarkan sebagai “peristiwa”.
Pada 4 Mei 1989, Jean-Marie Tjibaou ditembak oleh pasukan khusus Prancis. (*)
Discussion about this post