Jayapura, Jubi- Tercatat dari 20 kandidat perempuan yang ikut pemilihan umum serentak di negara kepulauan Solomon, Rabu (17/4/2024), hanya dua perempuan yang dipastikan masuk parlemen. Satu dari jalur partai politik dan satunya lagi dari jalur independent. Sementara lainnya masih dalam proses perhitungan.
“ Anggota parlemen petahana Freda Soria Comua dan calon independen Choylin Douglas adalah dua kandidat perempuan pertama yang resmi lolos dalam pemilu ini, sementara calon independen lainnya, Cathy Nori, disebutkan masih menunggu hasil akhir perhitungan,”demikian dikutip Jubi dari https://www.rnz.co.nz, Senin (22/4/2024).
Komisi Pemilihan Umum Kepulauan Solomon mengungkapkan jumlah kandidat perempuan yang mencalonkan diri pada pemilu nasional tahun 2024 hanya berjumlah enam persen dari total jumlah kandidat yang ikut serta, lebih rendah dibandingkan pemilu sebelumnya pada tahun 2019.
Chief Electoral Officer, Jasper Anisi mengatakan kepada RNZ Pacific bahwa ada 334 kandidat yang terdaftar untuk pemilu bersama tanggal 17 April, dan 20 di antaranya adalah perempuan. Pada tahun 2019, terdapat 26 kandidat perempuan yang mencalonkan diri.
“Wilayah Pasifik memiliki keterwakilan perempuan terendah di dunia dalam lembaga-lembaga terpilih, termasuk Kepulauan Solomon. Dari 50 kursi Parlemen, hanya empat yang dipegang oleh perempuan. Jumlah ini merupakan jumlah tertinggi perempuan yang pernah terpilih. Hanya enam anggota parlemen perempuan yang terpilih sejak kemerdekaan pada tahun 1978. Tidak dapat disangkal, tantangan masih ada,”demikian dikutip jubi.id dari https://www.undp.org/pacific/
Para pengamat pemilu di Solomon mengatakan, masyarakat Kepulauan Solomon percaya seharusnya ada lebih banyak anggota parlemen perempuan, namun “perempuan terus menghadapi hambatan yang signifikan terhadap partisipasi politik yang setara”.
Pemerintahan sebelumnya telah mengusulkan undang-undang baru yang akan menetapkan tindakan khusus sementara (TSM) untuk menjamin tambahan kursi bagi perempuan di DPRD Provinsi.
Namun, apakah hal itu akan terealisasi atau tergantung pada pemerintahan yang akan datang.
Di Kepulauan Solomon, saat ini hanya ada empat anggota parlemen perempuan. Dengan adanya kabar anggota parlemen Lanelle Tanagada dan Ethel Vokia akan digantikan oleh suami mereka, jumlah tersebut hampir pasti akan menurun.
Dr Sonia Palmieri, pakar gender di Australian National University kepada www.abc.net.au mengatakan hal ini merupakan indikasi tren di Pasifik di mana istri dipilih untuk menggantikan suami, terutama di negara-negara yang sedang terjadi perselisihan pemilu. “Ini adalah situasi tim,” katanya.
“Tetapi hal ini juga menunjukkan bahwa perempuan sebenarnya hanya sekedar pengganti. Jadi norma yang kita tahu adalah kepemimpinan politik dipandang sebagai tempat sah laki-laki. Ketika perempuan ada di sana, ini adalah situasi sementara. Jadi sekali lagi, kita tidak benar-benar mengubah norma yang sangat kuat bahwa kepemimpinan dan kepemimpinan politik khususnya adalah milik laki-laki… hak prerogatif laki-laki di Pasifik.” jelasnya.
Dia mengatakan politik Kepulauan Solomon, dan keterwakilan politik, masih merupakan “tempat yang sangat sulit bagi perempuan”. (*)
Discussion about this post