Jayapura, Jubi – Sebuah studi ilmiah baru berpendapat bahwa pulau karang belum tentu akan tenggelam, namun bisa mengatasi kenaikan permukaan air laut. Peneliti dari Universitas Auckland, Selandia Baru melakukan studi tentang atol karang di pulau-pulau kecil di Pasifik dan dunia.
Penulis utama Sebastian Steibl dari Universitas Auckland mengatakan artikel tersebut membahas narasi umum bahwa atol karang yang terletak di dataran rendah tidak memiliki peluang untuk bertahan hidup akibat kenaikan air laut yang disebabkan oleh perubahan iklim.
“Kami berpendapat bahwa hal ini sangat salah arah dan ada banyak peluang di luar sana untuk memulihkan ketahanan atol secara lokal,” kata Steibl demikian dikutip Jubi dari rnz.co.nz, Jumat (22/12/2023).
“Jika kita sudah berasumsi bahwa tidak ada yang bisa kita lakukan untuk mengatasinya dan pulau ini akan hancur dan tenggelam. Kita bahkan tidak akan mencari peluang berbasis lokasi dan membantu masyarakat untuk tetap tinggal di pulau mereka,” katanya.
Menurut dia sebanyak 320 atol karang tropis di dunia terdiri dari ribuan pulau dan merupakan rumah bagi jutaan penyu dan burung laut.
Menurut penelitian, pulau-pulau ini secara alami tumbuh hingga satu sentimeter per tahun karena bertambahnya sedimen – jumlah yang cukup untuk melampaui sebagian besar prediksi kenaikan permukaan laut.
Steibl mengatakan atol terdiri dari bahan biologis – tidak seperti batuan vulkanik yang diam di lautan.
“Dari berbagai penelitian yang mengamati pertumbuhan pulau-pulau selama setengah abad terakhir, mereka menemukan bahwa lebih dari 88 persen pulau-pulau atol yang mereka pelajari terus tumbuh seiring dengan kenaikan permukaan air laut, dan selama periode waktu tersebut – bergantung pada wilayahnya – laut levelnya telah meningkat lebih dari setengah meter,” katanya.
Steibl mengatakan terumbu karang di sekitar pulau menghasilkan sedimen ketika karang terdegradasi oleh ikan atau cara lain, kemudian terakumulasi di pulau karena tersangkut di vegetasi.
Dia mengatakan terumbu karang adalah pabrik sedimen dan gelombang adalah ban berjalan yang memindahkan sedimen ke pulau tersebut.
“Interaksi ini membantu atau memungkinkan pulau-pulau ini berkembang.”
Steibl mengatakan terumbu karang yang sehat sangat penting bagi pulau-pulau untuk terus berkembang.
Kesehatan terumbu juga berisiko terhadap perubahan iklim akibat pengasaman laut dan pemanasan laut.
Steibl mengatakan pengurangan emisi gas rumah kaca masih penting namun mengurangi dampak skala lokal, seperti aliran limbah di laut dan penangkapan ikan berlebihan, akan meningkatkan kesehatan terumbu karang.
“Ada banyak tekanan lokal di mana kita dapat secara aktif mengendalikan atau membantu terumbu karang menjadi lebih tangguh.”
“Kita harus memikirkan kembali cara kita mendekati atol dan mulai melihat peluang lokal untuk solusi berbasis lokasi guna membantu pulau-pulau ini dan manusia yang tinggal di pulau-pulau tersebut,” tambahnya dalam penelitian bertajuk Rethinking atoll futures: local resiliency to global chanllengs. (*)